Prosedur Assertif Training Teknik Assertive Training

mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, 2 Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mend ahuluinya, 3 Memiliki kesulitan untuk mengatakan “Tidak”, 4 Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya. 5 Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah teknik yang membantu siswa untuk mengungkapkan segala perasaan yang ia alami dengan berani tanpa harus menyinggung hak orng lain. Dengan menguasai perilaku asertif, diharapkan siswa terisolir dapat memperoleh kesesuaian sosial yang ditandai membaiknya interaksi dengan teman sekelasnya.

2.3.2.2 Prosedur Assertif Training

Menurut Alberti 1977 latihan asertif adalah prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dan perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 1 Latihan ketrampilan, berupa peniruan dengan contoh modeling, umpan balik secara sistematik, tugas pekerjaan rumah, latihan-latihan khusus antara lain melalui permainan. 2 Mengurangi kecemasan, melalui imajinasi ataupun keadaan aktual. 3 Menstruktur kembali aspek kognitif, melalui penyajian didaktik tentang hak-hak manusia, kondisioning sosial, uraian dan nilai-nilai pengambilan keputusan dalam Gunarsa, 2004: 216 Menurut Osipow 1984 prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa pendekatan perilaku dalam konseling, yaitu sebagai berikut: 1 Menentukan kesulitan klien dalam bersikap asertif, dengan penggalian data terhadap klien, konselor mengerti dimana ketidakasertifan pada kliennya. 2 Mengidentifikasikan perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan- harapannya. Pada tahap ini peneliti dapat mengungkapkan perilakusikap yang diinginkan klien sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dan harapan-harapan yang diinginkannya. 3 Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan tidak diperlukan. Dengan kata lain peneliti dapat menentukan perilaku yang harus dimiliki klien untuk menyelesaikan masalahnya dan juga mengenali perilaku- perilaku yang tidak diperlukan yang menjadi pendukung ketidakasertifannya. 4 Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya. Setelah peneliti menentukan perilaku yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan, kemudian ia menjelaskannya kepada klien tentang apa yang seharusnya ia lakukan dan ia hindari dalam rangka menyelesaikan permasalahannya dan memperkuat penjelasannya tersebut. 5 Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional, sikap-sikap dan kesalahpahaman yang ada dipikiran klien. 6 Menentukan respon-respon asertifsikap yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahannya melalui contoh-contoh 7 Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ulangnya. Peneliti memandu klien untuk mempraktikkan perilaku asertif yang diperlukan, menurut contoh yang diberikan konselor sebelumnya. 8 Melanjutkan latihan perilaku asertif 9 Memberikan tugas kepada klien secara bertahap untuk melancarkan perilaku asertif yang dimaksud. Untuk kelancaran dan kesuksesan latihan, konselor memberikan tugas kepada klien untuk berlatih sendiri di rumah ataupun tempat-tempat lainnya. 10 Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan. Penguatan dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa klien harus dapat bersikap tegas terhadap permintaan orang lain padanya, sehingga orang lain tidak mengambil manfaat dari kita secara bebas. Selain itu yang lebih pokok adalah klien dapat dapat menerapkan apa yang telah dilatihnya dalam situasi yang nyata. dalam Reza, 2010 yang diunduh dari http:muhammad-reza.blogspot.com201003pelatihan- arsetivitas.html diakses 9812 Jadi dalam teknik assertive training ini, klien dibantu untuk belajar bagaimana mengganti respon yang tidak sesuai dengan respon yang baru yang sesuai. Melalui teknik ini, perilaku siswa yang terisolir dapat digantikan dengan perilaku yang lebih adaptif, sehingga siswa terisolir dapat berinteraksi dengan teman-temannya.

2.4 Mengatasi

Perilaku Terisolir Siswa Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VII MTS NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

2 23 58

KEEFEKTIFAN KONSELING BEHAVIOR DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU KONFORMITAS NEGATIF PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA ISLAM NAHDLATUSYSYUBBAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015201

13 122 145

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 25 84

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SD NEGERI PEKUNDEN SEMARANG

1 17 238

MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS IV MELALUI LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SD NEGERI 2 GLINTANG Mengatasi kenakalan siswa kelas iv melalui layanan konseling perorangan di SD Negeri 2 Glintang Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2011 /2012.

0 0 16

IMPLEMENTASI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SELF-CONFIDENCE BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 KARANGANYAR.

0 1 17

Efektifitas konseling kelompok teknik assertive training dalam mengurangi perilaku prokrastinasi akademik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Palu | Mutmainnah | Jurnal Konseling dan Psikoedukasi 6264 20701 1 PB

1 1 10

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DENGAN TEKNIK MODELING SIMBOLIS UNTUK MENGURANGI SIKAP POSITIF TERHADAP BULLYING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI PEKUNDEN SEMARANG

1 1 108

PENERAPAN BEHAVIORISTIK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS X SMK MAA’RIF KUDUS

0 0 19

PENERAPAN KONSELING GESTALT DENGAN TEKNIK KURSI KOSONG UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR PADA SISWA KELAS VIII SMP 1 BAE TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI

2 2 16