Siswi perempuan juga mulai menerima RR. Beberapa siswa sudah tidak mengejek ataupun mengganggu RR. Ketika pelajaran RR juga lebih sering memperhatikan
daripada sibuk sendiri.
4.1.3 Konseling Behavior dengan Teknik Assertive Training pada Siswa
Terisolir Kelas IV SD Negeri Pekunden Semarang.
Konseling yang diberikan untuk treatment pada siswa terisolir ini dilakukan dalam 5 kali pertemuan, yaitu assessment, goal setting, implementasi
teknik dan evaluasi terminasi. Berikut adalah hasil konseling behavior dengan teknik asertif pada siswa terisolir :
4.1.3.1 Assessment
Tahap pertama yang peneliti lakukan adalah assessment untuk menggali permasalahan siswa terisolir menggunakan analisis ABC Antiseden, Behavior,
Concequence. Pada kedua siswa meskipun mereka sama-sama terisolir namun analisis ABC yang diperoleh berbeda. Dari VB diperoleh bahwa ia sering
diganggu dan ditolak saat ingin bergabung ke kelompok bermain, pada penjelasan ini peneliti dan konseli merumuskan bersama sebagai A Antiseden dari konseli.
Ketika konseli mendapatkan A yang demikian, konseli merespon dengan B Behaviour seperti marah dan malas berteman dengan teman perempuan di
sekelasnya. Dari B yang muncul, C Concequence yang mengikutinya adalah berupa perilaku menjauhi teman sekelasnya, dan konseli dijauhi pula oleh teman
sekelasnya. Sedangkan dari konseli RR, diperoleh bahwa konseli memang sering
dijauhi dan disalahkan ketika bermain oleh siswi perempuan dan kerap menerima perlakuan seperti diganggu dan dipukul oleh beberapa siswa laki-laki. Disini
dirumuskan peneliti dan konseli sebagai A Antiseden. Dari A yang telah dirumuskan, konseli memunculkan perilaku B diantaranya menjauhi teman,
diam saja, dan terkadang melawan perlakuan teman. Dari B Behaviour yang muncul, menimbulkan C Concequence diantaranya makin dijauhi oleh siswa
perempuan dan siswa laki-laki yang mengganggu semakin menjadi. Sebagai tindak lanjut dan follow up, peneliti mengevaluasi dengan menyimpulkan hasil
konseling pada pertemuan pertama. Peneliti juga membuat kesepakatan dengan konseli untuk kembali bertemu untuk membahas Goal Setting di pertemuan
berikutnya.
4.1.3.2 Goal Setting
Tahap kedua yang peneliti lakukan sebagai langkah treatment adalah menentukan goal setting atau tujuan dalam konseling behavior. Goal setting yang
ditentukan pada kedua konseli berbeda, pada VB ia memiliki goal setting konseli ingin lebih dihargai dan didengar oleh teman sekelasnya agar tidak saling
menjauhi satu sama lain. sedangkan pada RR, goal settingnya adalah konseli ingin teman-temannya berhenti menyalahkan dirinya saat bermain dan siswa laki-laki
yang sering mengganggunya tidak lagi mengganggu. Setelah goal setting berhasil berhasil dirumuskan, peneliti banyak memberi dukungan serta motivasi untuk
konseli demi tercapainya tujuan konseling. Kemudian mengakhiri pertemuan kedua dan membuat kesepakatan untuk bertemu dan membahas treatment yang
akan diberikan.
4.1.3.3 Implementasi Teknik