Tujuan Konseling Kelompok Konseling Kelompok Pra-Persalinan .1 Pengertian Konseling

pencegahannya Uripni, Sujianto Indrawati, 2003. Selanjutnya dijelaskan bahwa konseling Pra-persalinan adalah konseling yang dilakukan pada trimester ketiga dan berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien keadaan janin dalam rahim, posisi janin, penjelasan tanda persalinan normal dan risiko tinggi, persiapan persalinan baik yang normal maupun tidak normal, informasi tempat bersalin sesuai dengan keadaan normal atau patologis Uripni, Sujianto Indrawati, 2003: 85. Maka berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling pra-persalinan adalah proses pemberian bantuan melalui konseling yang objektif dan lengkap dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu memberikan umpan balik dan pengalaman belajar, dilakukan secara sistematik pada trimester ketiga dengan tujuan untuk membantu ibu hamil mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya guna mengatasi masalah tersebut melalui dinamika kelompok..

2.3.2 Tujuan Konseling Kelompok

Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan menurut Gibson Michell dalam Latipun, 2010: 120. Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk teraputik yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan individu. Corey 2009: 318 menyebutkan beberapa tujuan konseling dan psikoterapi, termasuk sebagai pereda kecemasan, penyusunan kembali kepribadian, penemuan makna dalam hidup, penyembuhan gangguan emosional, penyesuaian terhadap masyarakat, pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, pencapaian aktualisasi diri, serta penghapusan tingkah laku maladaptif dengan belajar pola-pola tingkah laku adaptif. Tujuan konseling kelompok secara teoritis secara lengkap dikemukakan Corey dalam Latipun, 2010: 120-121 sebagai berikut: 1. Dapat belajar untuk mempercayai satu sama lain. 2. Mencapai pengetahuan diri self knowledge dan mengemangkan keunikan yang ada dalam diri masing-masing. 3. Meyakini bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan masalah yang biasa dan mengembangkan rasa kebersamaan. 4. Meningkatkan penerimaan diri self acceptance, kepercayaan diri self confidence, dan rasa hormat pada diri self respect, sehingga dapat mencapai pandangan dan pemahaman baru tentang diri. 5. Menemukan alternatif dalam mengatasi masalah-masalah perkembangan dan pemecahan terhadap konflik-konflik. 6. Meningkatkan pengarahan diri self direction, kemandirian, tanggung jawab terhadap anggota satu dengan yang lainnya. 7. Menjadi peduli dengan pilihan-pilihan dari setiap anggota dan dapat membuat pilihan yang bijaksana. 8. Membuat rencana khusus untuk perubahan perilaku dan berkomitmen kepada anggota agar rencana dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. 9. Belajar lebih efektif tentang kemampuan sosial. 10. Menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. 11. Belajar menghadapi masalah dengan baik, perhatian, jujur, dan langsung. 12. Menjauhi harapan yang berasal dari orang lain dan belajar untuk dapat hidup dengan harapan yang ada dalam diri sendiri 13. Menjelaskan nilai-nilai yang dimiliki dan bagaimana nilai tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

2.3.3 Manfaat Konseling Kelompok