Persiapan Instrumen Penelitian Persiapan Penelitian

4.1.3 Persiapan Instrumen Penelitian

4.1.3.1 Instrumen Alat ukur untuk mengukur tingkat kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang mengadopsi skala rating kecemasan HARS Hamilton Anxiety Rating Scale yang sudah sering digunakan sebagai alat pengukur keparahan kecemasan dan telah terstandar diakui secara internasional. Terdiri dari 14 item pernyataan yang merupakan symptom dari kecemasan, skala ini telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trila clinik yaitu 0,93 dan 0, 97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel British Journal of Medical Psychology volume 32, 1959 : 50-55. Cara penilaian kecemasan dengan memberikan nilai berdasarkan kategori : a. 0 = tidak ada gejala sama sekali b. 1 = satu dari gejala yang ada c. 2 = separuh dari gejala yang ada d. 3 = lebih dari ½ gejala yang ada e. 4 = semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan, dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai pernyataan 1 hingga 14 dengan hasil : a. Skor 17 = kecemasan ringan b. Skor 18-24 = kecemasan sedang c. Skor 25-30 = kecemasan berat 4.1.3.2 Menyusun modul konseling kelompok pra-persalinan Penyusunan modul kegiatan konseling kelompok pra-persalinan dilakukan dengan menentukan tahapan konseling yang terdiri dari empat tahapan, kemudian berdasarkan kelima tahapan tersebut kemudian dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses konseling kelompok. Empat tahapan dalam proses konseling kelompok adalah ; tahap I pembentukan, tahap ke II peralihan, tahap III kegiatan, dan tahap IV penutupan. Pelaksanaan program konseling, dilakukan dengan melakukan pengulangan pada tahap ke tiga atau tahap inti dari proses konseling. Rangkaian tahapan konseling kelompok pra-persalinan adalah sebagai berikut : Tahap pertama merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian atau seluruh anggota. Dalam tahap pembentukan ini peranan pemimpin kelompok hendaknya memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota untuk mencapai tujuan mereka. Pada tahap kedua, pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam kelompok. Kemudian pemimpin kelompok menawaran apakah para anggota sudah siap memulai kegiatan lebih lanjut. Tugas pemimpin dalam hal ini adalah membantu para anggota untuk menghadapi halangan, keengganan, sikap mempertahankan diri, dan ketidaksabaran yang dapat timbul sehingga diperoleh suasana kebersamaan dan semangat bagi dicapainya tujuan kelompok. Tahap ketiga, merupakan tahap inti dari kegiatan konseling. Pada tahap ketiga ini mendapatkan alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan kelompok. Merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, hubungan antaranggota kelompok tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Demikian pula, saling tanggap dan tukar pendapat berjalan dengan lancar. Para anggota bersikap saling membantu, saling menerima, saling kuat menguatkan, dan saling berusaha untuk memperkuat rasa kebersamaan. Tahap keempat, merupakan tahap pengakhiran. Jelaslah bahwa kegiatan suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok ini kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya itu. 4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Tempat