1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lembar Kerja Siswa LKS dalam pembelajaran Fisika merupakan bagian integral, tidak terpisahkan dari model pembelajaran yang dipilih guru.
LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa Prastowo, 2011: 6. Penelitian dilakukan oleh Celiker et. al 2010,
menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar yang signifikan dibandingkan
dengan kelas kontrol dengan pembelajaran tradisonal. Hasil penelitian Yildirim et. al 2011, membuktikan bahwa LKS lebih efektif meningkatkan hasil belajar
siswa sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat data, menganalisa data, dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan LKS efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus membantu siswa memperoleh
keterampilan proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat data, menganalisa data, dan sebagainya.
Sains pada dasarnya merupakan produk dan proses yang tak terpisahkan. Di samping melakukan proses dalam mempelajari gejala alam,
seorang ilmuwan juga diharapkan mampu mengembangkan sikap ilmiah. Penggunakan proses dan sikap ilmiah itulah diperoleh produk ilmiah yang dapat
berupa fakta, konsep, prinsip atau hukum, dan teori Sudibyo, 2003: 4. Kecenderungan pembelajaran sains sekarang adalah siswa hanya mempelajari
sains sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum dan belum melibatkan siswa dalam kegiatan berinkuiri. Inkuiri adalah keterampilan mencari
tahu atau berbuat dalam proses untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, dapat juga dikatakan sebagai keterampilan proses penyelidikan
Trianto, 2007: 103. Pembelajaran berbasis inkuiri telah diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Hal ini juga diungkapkan oleh Handelsman et. al,2004 bahwa
semua ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah mengembangkan laboratorium berbasis inkuiri yang mengharuskan siswa mengembangkan hipotesis, mendesain
dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menginterpretasi data, serta menuliskan hasilnya. Pembelajaran sains saat ini belum menuntun siswa terlibat
dalam tugas-tugas inkuiri, berkaitan dengan masalah ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong siswa terlibat dalam tugas-tugas inkuiri adalah
dengan menggunakan LKS. Berdasarkan UU Sisdiknas nomor 20 pasal 3 tahun 2003 menyebutkan
bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Kemendiknas, 2010a: 2. Hasil
penelitian Sewell College 2003 yang menyatakan bahwa penanaman karakter dapat diintegrasikan dalam kehidupan sekolah sehingga menjadi kultur dan
budaya di sekolah. Pendidikan karakter yang efektif harus disesuaikan dengan
karakter siswa yang beragam dan guru harus bisa mengatasi hal tersebut dengan tujuan untuk implementasi karakter dalam kurikulum Stallions Yeatts 2003.
Penelitian tentang pendidikan berkarakter juga dilakukan oleh Benninga et. al , 2003 yang menunjukkan bahwa siswa di sekolah yang telah menerapkan
pendidikan karakter memiliki skor akademik yang lebih tinggi. Pendidikan
karakter telah diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia berupaya mengintregasikan
pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Pemerintah mencanangkan pendidikan karakter yang diangkat menjadi tema Hardiknas 2010 “Pendidikan
Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”, kemudian pada peringatan
Hardik nas 2011 tema yang dipilih adalah “Pendidikan Karakter sebagai Pilar
Kebangkitan Bangsa”. Untuk mewujudkan pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa, saat ini pemerintah menerapkan pendidikan karakter mulai
dari jenjang pendidikan anak usia dini PAUD sampai dengan perguruan tinggi. Maka dari itu, setiap elemen pendidikan perlu menanamkan pendidikan karakter,
termasuk di dalam satuan pendidikan SMP melalui media LKS. Berdasarkan PP No 17 tahun 2010, pasal 143 menjelaskan bahwa
satuan pendidikan bertaraf internasional merupakan satuan pendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan
negara maju. Saat ini arus informasi yang berkembang di sekolah RSBI sangat cepat karena didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap, relevan, mutakhir,
dan canggih. Kurikulum yang dikembangkan juga menuntun siswa untuk tanggap terhadap globalisasi yang ada, artinya perlu adanya benteng kuat dari dalam diri
siswa untuk menghadapi globalisasi yang bisa berdampak positif maupun negatif. Agar siswa siap menghadapi globalisasi, perlu adanya media yang dapat
mengintegrasikan penanaman karakter dalam sekolah, salah satunya melalui media LKS. Hasil survei menunjukkan bahwa LKS IPA Fisika yang digunakan
oleh sebagian besar SMP RSBI di Kota Semarang pada tahun 2012 masih banyak diisi dengan soal-soal dan belum mendorong siswa terlibat dalam tugas-tugas
inkuiri yang mampu mendorong penanaman karakter seperti yang diharapkan oleh Kemendiknas tahun 2010. Oleh karena itu, perlu adanya LKS inovatif yang
diterapkan di sekolah RSBI yang melibatkan siswa dalam tugas inkuiri sekaligus mengintegrasikan penanaman karakter.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter, dan masalah pembelajaran IPA fisika yang ada di lapangan perlu
dilakukan penelitian tentang
“MODEL LKS BERBASIS INKUIRI UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP RSBI”.
1.2 Rumusan Masalah