Halal dan Haram Berdasarkan Al Qur’an

langkah-langkah syetan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian.” b. Al Baqarah 172-173: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah keada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” c. Al Anam 145 : ”Katakanlah, saya tidak mendapat apa yang diwahyukan kepada Ku sesuatu yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Pengasih.” d. Al Maidah 3 : ”Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala.” e. Al Maidah 90-91 : ”Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kalian lantaran meminum khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan sholat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu.” f. Al Maidah 96 : ”Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan makanannya.” g. Al A’raf 157 : ”Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.” 3.4. Fatwa MUI untuk Bahan dan Proses Produksi 3.4.1. Khamr a. Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan sebagai khamr. b. Minuman yang mengandung minimal 1 etanol dikategorikan sebagai khamr. c. Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis. d. Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari 1 etanol tidak dikategorikan khamr, tetapi tetap haram untuk dikonsumsi.

3.4.2. Etanol

a. Etanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis. b. Penggunaan etanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya: 1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi 2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi 3. Penggunaan etanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari industri khamr untuk proses produksi hukumnya haram.

3.4.3. Flavor yang menyerupai produk haram

Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram, contohnya flavor rum, flavor babi dan lain- lain, tidak bisa sertifikasi halal serta tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal.

3.4.4. Penggunaan alat bersama

a. Alat bekas dipakai babi atau anjing harus dicuci dengan cara di sertu dicuci dengan air 7 kali, yang salah satunya dengan tanahdebu atau penggantinya yang memiliki daya pembersih yang sama. b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non babi meskipun sudah melalui proses pencucian. 3.5. Beberapa Contoh Bahan Kritis 3.5.1. Bahan turunan hewani Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syari’at Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini adalah contoh-contoh bahan turunan hewani: a. Lemak b. Protein c. Gelatin d. Kolagen e. Hormon f. Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang diproses menggunakan enzim contoh: keju, whey, laktosa, kasein g. Beberapa vitamin contoh: vitamin A, B6, D, E

3.5.2. Bahan nabati

Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal. Oleh karena itu perlu diketahui alur proses produksi beserta bahan tambahan dan penolong yang digunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan nabati yang menjadi titik kritis: