3. Panduan Halal
Panduan halal merupakan uraian singkat tentang aturan halal-haram dalam Islam yang dapat dipahami oleh seluruh jajaran manajemen dan
karyawan perusahaan yang mencakup pengertian halal-haram, dasar Al Qur’an hadits dan fatwa MUI, serta pedoman halal-haram bahan yang digunakan dan
proses produksi yang dijalankan. Adapun output dari panduan halal ini berupa daftar bahan beserta titik kritisnya, bagan alir proses produksi beserta titik
kritisnya dan tindakan pencegahan yang diambil perusahaan. Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang pangan berpengaruh besar
terhadap status kehalalan suatu bahan pangan, sehingga status bahan yang dulu difatwakan halal, setelah ditemukan hal-hal yang meragukan maka bisa
menjadi berubah fatwanya. Oleh karena itu dalam panduan halal ini dimuat kedudukan ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Selain itu dalam panduan halal ini disampaikan pula dasar hukum dari Al Qur’an serta fatwa MUI terbaru tentang status bahan baku
serta bahan tambahan pangan. Beberapa kedudukan ketetapan hukum dalam Islam:
a. Al Qur’an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih bersifat
umum sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut. b.
Al Hadits
: merupakan penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Qur’aniyyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut
terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum. c. Ijma’ sahabat
: merupakan kesepakatan para sahabat Rosululloh saw dan para ulama atas permasalahan yang terjadi, karena luasnya wilayah dakwah
serta perkembangan kehidupan sosial dan tidak adanya ketentuan secara khusus di dalam Al Qur’an maupun Al Hadits. Meskipun demikian
keputusan ijma’ itu sendiri didasarkan pada pemahaman mereka atas Al Qur’an maupun Al Hadits.
d. Qiyas : merupakan metode penentuan hukum secara analogi, yang
diambil berdasarkan pada kasus yang telah ditentukan Al Qur’an maupun Al Hadits.
e. Fatwa : merupakan keputusan hukum agama yang dibuat dengan
ijtihad ulama atas hal-hal yang tidak terdapat di dalam Al Qur’an maupun Al Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan
hukum seperti halnya metode qiyas atau ijma’.
3.1. Pengertian Halal dan Haram
a. Halal adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara khusus disebutkan haram dalam Al
Qur’an atau Hadits. b. Haram adalah sesuatu yang dilarang dilakukan oleh Allah SWT. Setiap
orang yang melanggarnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat, bahkan terkadang juga terancam sanksi syari’at di dunia ini.
3.2. Prinsip-Prinsip Tentang Hukum Halal dan Haram
a. Pada dasarnya segala sesuatu hukumnya halal. b. Penentuan halal dan haram hanyalah wewenang Allah SWT semata.
c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku syirik terhadap Allah SWT.
d. Pada sesuatu yang haram, terdapat hal yang buruk dan berbahaya. e. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya
tidak lagi membutuhkan yang haram. f. Sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram, maka haram pula
hukumnya. g. Bersiasat kepada sesuatu yang haram, maka haram hukumnya.
h. Niat yang baik tidak menghapuskan hukum haram. i. Hati-hati terhadap yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam yang haram.
j. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua.
3.3. Halal dan Haram Berdasarkan Al Qur’an
a. Al Baqarah 168 : “Hai sekalian umat manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti