a. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sejak umat manusia bekerja mulai dari jaman purbakala untuk dapat memenuhi keperluan hidup sehari-hari, banyak dari
mereka yang telah mengalami cedera, luka, menderita sakit dan sebagainya. Pengala- man demikian telah menyebabkan
mereka mencari jalan dan cara agar dapat mencegah dan atau mengurangi terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja.
Kurang lebih tahun 1700 sebelum masehi kerajaan Babilonia mempunyai seorang raja Hamurabi yang menaruh perhatian
besar terhadap keselamatan kerja dan dalam kitab undang- undangnya tertulis antara lain:
“Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga
rumah itu roboh maka ahli bangunan itu harus dibinasakan. Dan apabila anak pemilik rumah itu menjadi korban hingga
meninggal dunia, maka anak ahli bangunan itu harus dibunuh. Jika budak pemilik rumah itu yang menjadi korban hingga
meninggal, maka ia harus diganti, diambil dari milik ahli bangunan itu”.
Hal ini menggambarkan bahwa ada segolongan manusia yang mau mengerjakan suatu yang penuh bahaya, sedangkan yang
memberi pekerjaan tidak berusaha untuk memperhatikan resiko yang mereka hadapi, malahan mereka membayarnya dengan
murah, walaupun mereka sendiri tidak akan sudi melakukan pekerjaan itu.
Jika kita ingat umat manusia sejak dititahkan oleh Tuhan yang Maha Esa selalu menginginkan berada dalam keadaan
selamat, sehat serta bahagia dan selalu beriktiar agar jasmani
14
dan rohani tetap dalam keadaan utuh, berfungsi baik dan berkembang, maka problema keselamatan kerja penting bagi
kehidupan manusia tidak akan terhapus dan akan terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi.
Dari yang semula sangat primitif bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, lambat laun berkembang dan mulai
mengenal cara bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dipasarkan. Selama pekerjaan masih dikerjakan dengan
tangan dan merupakan industri rumah yang bersifat perorangan, pencegahan terjadinya kecelakaan tidaklah begitu
sulit. Karena mereka hanya perlu melakukan perbaikan alat- alat dan cara kerjanya saja. Hal-hal yang demikian segera
cepat berubah sejak dicetuskannya revolusi industri. Hukum- hukum alam yang semula tidak disadaridipahami lambat laun
mulai tersingkap dan dipelajari dengan seksama sehingga menjadi ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan secara
praktis. Sejak itu industri mulai tumbuh dengan sangat pesat, beraneka
ragam dan semakin serba rumit. Yang semula usaha manusia hanya untuk memenuhi kebutuhannya cukup dengan industri
kecil seperti menenun pakaian dengan tangan, maka dengan adanya penemuan-penemuan baru yang dimulai pada abad ke
18, dibangunlah pabrik-pabrik tekstil raksasa di banyak tempat, dimana secara berkesinambungan dibarengi dengan
penemuan yang satu selalu disusul dengan penemuan- penemuan baru lainnya.
Revolusi industri tersebut dimulai dengan adanya revolusi uap. Air dapat dijadikan uap dengan jalan pemanasan sehingga ia
memiliki tenaga yang luar biasa besarnya dan dapat dipergunakan dalam banyak lapangan industri. Air digodok
dalam suatu tangki yang lambat laun dirubah bentuknya dan
15
akhirnya dikenal bentuk-bentuk baru yang disebut uap yang tekanannya bisa mencapai ratusan atmosfir. Uap tersebut telah
terbukti memberikan sangat banyak manfaat bagi manusia, tetapi ketel uap itupun mengandung bahaya yang maha
dahsyat. Bila suatu ketel meledak, peledakan yang seperti bom itu dapat memusahkan seluruh pabrik dan lingkungan
sekelilingnya. Selanjutnya menyusul revolusi listrik dan revolusi tenaga atom.
Kesemua penemuan baru dibidang teknik dan teknologi tersebut mempunyai konsekuensi kepada umat manusia untuk
segera merencanakan dan melaksanakan program keselamatan kerja yang lebih rumit bagi para pekerja yang
telibat di dalam proses industri tersebut. Program tersebut akan mencakup segala bidang persoalan keselamatan kerja yang
memerlukan keahlian, kecerdasan, keterampil- an, ketekunan dalam menelaah membahas dan melaksanakannya.
b. Falsafah Keselamatan dan Kesehatan Kerja