Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3

(1)

PENGARUH INTEGRASI PERDAGANGAN

TERHADAP SINKRONISASI

BUSINESS CYCLE ASEAN+3

OLEH:

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM H14104091

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

RINGKASAN

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM. Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3 (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI)

Sejak berdirinya ASEAN (Assocation of Southeast Nation) pada tanggal 8 Agustus 1967, perdagangan diantara lima negara pendiri ASEAN tidak mengalami perkembangan yang signifikan, dimana hingga awal 1970an perdagangan diantara negara ASEAN hanya berkisar antara 12 sampai 15 persen. Oleh sebab itu skema kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN sengaja dibentuk untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah melalui Preferential Trading Agreement (PTA) pada tahun 1977, dimana disetujuinya persamaan tarif dagang antar negara-negara ASEAN. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN, maka pada ASEAN Summit keempat pada tahun 1992 di Singapura diluncurkan gagasan tentang rencana pembentukan wilayah perdagangan bebas ASEAN atau yang lebih dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Keberhasilan Uni Eropa membentuk satu pasar tunggal mengilhami ASEAN untuk melakukan hal yang sama. Pada KTT ASEAN Oktober 2002 di Kamboja, PM Singapura Goh Cok Tong mengusulkan agar di tahun 2020 dibentuk apa yang disebutnya sebagai pasar tunggal ASEAN mencontoh keberhasilan pembentukan pasar tunggal Eropa yang diberlakukan di kawasan Uni Eropa. Usulan ini langsung mendapat dukungan penuh dari PM Thailand Thaksin Shinawatra dan PM Malaysia Mahathir Mohammad. Ide ini akhirnya terwujud dengan ditandatanganinya Bali Concorde II pada tanggal 7 Oktober 2003, yang menyepakati terbentuknya ASEAN Community pada tahun 2020 dengan tiga pilar utama: ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community. Kemudian presiden JETRO Jepang, Osamu Watanabe, mengusulkan agar kerjasama ekonomi ini tidak hanya meliputi negara-negara ASEAN. Tetapi ditambah dengan tiga negara-negara besar di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang, RRC, dan Korsel, sehingga dikenal dengan ASEAN+3.

Penelitian ini mengambil sampel lima negara utama ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand (ASEAN-5) ditambah tiga negara Asia Timur, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Korsel). Penambahan Jepang, China dan Korsel dilakukan untuk melihat derajat integrasi perdagangan ketiga negara tersebut, sejalan dengan usul untuk memperluas kerjasama ekonomi di ASEAN menjadi ASEAN+3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle ASEAN+3.

Dengan menggunakan metode panel data pada software E-views 5.1 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3. Hasil estimasi untuk negara Jepang menunjukkan bahwa


(3)

meningkatnya volume perdagangan dan perdagangan intra industri antara Jepang dan ASEAN+3 belum meningkatkan sinkronisasi business cycle Jepang dan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh semakin terkoordinasinya kebijakan moneter antara Jepang dengan ASEAN+3. Dapat diketahui sinkronisasi business cycle Korea dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover serta semakin terkoordinasinya kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar Korea dengan ASEAN+3.

Hasil estimasi untuk negara Indonesia menunjukkan terjadinya integrasi perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3. Meningkatnya perdagangan intra industri akan meningkatkan sinkronisasi business cycle Malaysia dengan negara ASEAN+3. Hasil estimasi untuk Filipina didapatkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover dan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar Filipina dengan ASEAN+3. Meningkatnya sinkronisasi business cycle sangat dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri Singapura dengan ASEAN+3. Hasil estimasi menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri akan mengurangi sinkronisasi business cycle Thailand dengan negara ASEAN+3.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan terjadinya integrasi perdagangan belum memberikan manfaat yang sama bagi negara-negara ASEAN+3, dimana negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih rendah belum memperoleh keuntungan dari terjadinya integrasi perdagangan. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan meneliti pengaruh integrasi perdagangan terhadap 10 negara ASEAN.


(4)

PENGARUH INTEGRASI PERDAGANGAN

TERHADAP SINKRONISASI

BUSINESS CYCLE ASEAN+3

OLEH

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM H14104091

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Duvian Erika Puspaningrum Nomor Registrasi Pokok : H14104091

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Noer Azam Achsani, Ph.D. NIP. 132 014 445

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

Duvian Erika Puspaningrum H14104091


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Duvian Erika Puspaningrum lahir pada tanggal 5 Maret 1987 di Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani. Alhamdulillah jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Rawa Tembaga 1 Bekasi, kemudian penulis melanjutkan sekolah menengah pertama pada SLTP Negeri 4 Bekasi dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 91 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis berhasil diterima menjadi salah satu mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus. Pada tahun pertama penulis aktif dalam organisasi pencak silat Merpati Putih. Pada tahun kedua, penulis aktif di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai staff Divisi Research and Development (d_ReD). Pada tahun ketiga penulis menjadi Ketua Divisi Discussing and Analysing (DnA) Hipotesa dan menjadi Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI).

Selain aktif di kelembagaan, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan kampus. Seperti Economic Contest se-Jawa, Bali dan Sumatera (2005 dan 2006), HIPOTEX-R (HIPOTESA Exhibition in Revolution) 2006, Economic Tour (BI-BEJ), Banking Outlook and How Bank Accept The Employee (BOUNCE), dll.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmah dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses penyusunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle

ASEAN+3” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani, atas segala doa, air mata, kasih sayang, perhatian tulus yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Untuk kakak dan adikku tercinta (Duva Puspa Anggra dan Sintya Fitra Puspa) atas canda dan tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan ilmu, nasehat-nasehat yang berguna, dan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Muhammad Firdaus, Ph.D dan Tanti Novianti SE. M.si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan pada sidang skripsi penulis.

4. Kak Ade dan Kak Fikry atas ilmu dan bimbingan yang bermanfaat serta waktu yang sudah diluangkan untuk konsultasi skripsi.

5. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang dengan setia dan sabar mendengar keluh kesah penulis dalam segala hal. Imeh, Puspa , Uunk, Meda,


(9)

Chabe, Putros, Prima, Satrio (atas persahabatan yang indah), Ajie Prihanto Wibowo (untuk air mata yang telah memberikan diri ini kekuatan), Kiki (untuk konsultasi dan perbaikan laptop gratis), Andra, Ery dan Titis (untuk berbagi suka dan duka dalam bimbingan skripsi ini), Kak Rico dan Kak Nur (papi dan mamiku di d_ReD), Teh Nilam, Rista, Dado, Irwan, Pri, Kiiw (teman-teman di intercafe), Neni, Dwi dan Zee (sweet kos-kosan), Erna dan Arta (teman-teman asramaku), Nisa, Fitsol, Ririn, Lulu, Nana. Untuk semua teman-teman Ilmu Ekonomi IE 41 yang selama 4 tahun ini telah bersama-sama penulis di bangku kuliah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Apabila terdapat kesalahan dalam penelitian ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

Duvian Erika Puspaningrum H14104091


(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmah dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses penyusunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle

ASEAN+3” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani, atas segala doa, air mata, kasih sayang, perhatian tulus yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Untuk kakak dan adikku tercinta (Duva Puspa Anggra dan Sintya Fitra Puspa) atas canda dan tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan ilmu, nasehat-nasehat yang berguna, dan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Muhammad Firdaus, Ph.D dan Tanti Novianti SE. M.si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan pada sidang skripsi penulis.

4. Kak Ade dan Kak Fikry atas ilmu dan bimbingan yang bermanfaat serta waktu yang sudah diluangkan untuk konsultasi skripsi.

5. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang dengan setia dan sabar mendengar keluh kesah penulis dalam segala hal. Imeh, Puspa , Uunk, Meda,


(11)

PENGARUH INTEGRASI PERDAGANGAN

TERHADAP SINKRONISASI

BUSINESS CYCLE ASEAN+3

OLEH:

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM H14104091

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

RINGKASAN

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM. Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3 (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI)

Sejak berdirinya ASEAN (Assocation of Southeast Nation) pada tanggal 8 Agustus 1967, perdagangan diantara lima negara pendiri ASEAN tidak mengalami perkembangan yang signifikan, dimana hingga awal 1970an perdagangan diantara negara ASEAN hanya berkisar antara 12 sampai 15 persen. Oleh sebab itu skema kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN sengaja dibentuk untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah melalui Preferential Trading Agreement (PTA) pada tahun 1977, dimana disetujuinya persamaan tarif dagang antar negara-negara ASEAN. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN, maka pada ASEAN Summit keempat pada tahun 1992 di Singapura diluncurkan gagasan tentang rencana pembentukan wilayah perdagangan bebas ASEAN atau yang lebih dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Keberhasilan Uni Eropa membentuk satu pasar tunggal mengilhami ASEAN untuk melakukan hal yang sama. Pada KTT ASEAN Oktober 2002 di Kamboja, PM Singapura Goh Cok Tong mengusulkan agar di tahun 2020 dibentuk apa yang disebutnya sebagai pasar tunggal ASEAN mencontoh keberhasilan pembentukan pasar tunggal Eropa yang diberlakukan di kawasan Uni Eropa. Usulan ini langsung mendapat dukungan penuh dari PM Thailand Thaksin Shinawatra dan PM Malaysia Mahathir Mohammad. Ide ini akhirnya terwujud dengan ditandatanganinya Bali Concorde II pada tanggal 7 Oktober 2003, yang menyepakati terbentuknya ASEAN Community pada tahun 2020 dengan tiga pilar utama: ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community. Kemudian presiden JETRO Jepang, Osamu Watanabe, mengusulkan agar kerjasama ekonomi ini tidak hanya meliputi negara-negara ASEAN. Tetapi ditambah dengan tiga negara-negara besar di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang, RRC, dan Korsel, sehingga dikenal dengan ASEAN+3.

Penelitian ini mengambil sampel lima negara utama ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand (ASEAN-5) ditambah tiga negara Asia Timur, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Korsel). Penambahan Jepang, China dan Korsel dilakukan untuk melihat derajat integrasi perdagangan ketiga negara tersebut, sejalan dengan usul untuk memperluas kerjasama ekonomi di ASEAN menjadi ASEAN+3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle ASEAN+3.

Dengan menggunakan metode panel data pada software E-views 5.1 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3. Hasil estimasi untuk negara Jepang menunjukkan bahwa


(13)

meningkatnya volume perdagangan dan perdagangan intra industri antara Jepang dan ASEAN+3 belum meningkatkan sinkronisasi business cycle Jepang dan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh semakin terkoordinasinya kebijakan moneter antara Jepang dengan ASEAN+3. Dapat diketahui sinkronisasi business cycle Korea dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover serta semakin terkoordinasinya kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar Korea dengan ASEAN+3.

Hasil estimasi untuk negara Indonesia menunjukkan terjadinya integrasi perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3. Meningkatnya perdagangan intra industri akan meningkatkan sinkronisasi business cycle Malaysia dengan negara ASEAN+3. Hasil estimasi untuk Filipina didapatkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover dan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar Filipina dengan ASEAN+3. Meningkatnya sinkronisasi business cycle sangat dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri Singapura dengan ASEAN+3. Hasil estimasi menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri akan mengurangi sinkronisasi business cycle Thailand dengan negara ASEAN+3.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan terjadinya integrasi perdagangan belum memberikan manfaat yang sama bagi negara-negara ASEAN+3, dimana negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih rendah belum memperoleh keuntungan dari terjadinya integrasi perdagangan. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan meneliti pengaruh integrasi perdagangan terhadap 10 negara ASEAN.


(14)

PENGARUH INTEGRASI PERDAGANGAN

TERHADAP SINKRONISASI

BUSINESS CYCLE ASEAN+3

OLEH

DUVIAN ERIKA PUSPANINGRUM H14104091

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Duvian Erika Puspaningrum Nomor Registrasi Pokok : H14104091

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Noer Azam Achsani, Ph.D. NIP. 132 014 445

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

Duvian Erika Puspaningrum H14104091


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Duvian Erika Puspaningrum lahir pada tanggal 5 Maret 1987 di Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani. Alhamdulillah jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Rawa Tembaga 1 Bekasi, kemudian penulis melanjutkan sekolah menengah pertama pada SLTP Negeri 4 Bekasi dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 91 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis berhasil diterima menjadi salah satu mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus. Pada tahun pertama penulis aktif dalam organisasi pencak silat Merpati Putih. Pada tahun kedua, penulis aktif di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai staff Divisi Research and Development (d_ReD). Pada tahun ketiga penulis menjadi Ketua Divisi Discussing and Analysing (DnA) Hipotesa dan menjadi Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI).

Selain aktif di kelembagaan, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan kampus. Seperti Economic Contest se-Jawa, Bali dan Sumatera (2005 dan 2006), HIPOTEX-R (HIPOTESA Exhibition in Revolution) 2006, Economic Tour (BI-BEJ), Banking Outlook and How Bank Accept The Employee (BOUNCE), dll.


(18)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmah dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses penyusunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle

ASEAN+3” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani, atas segala doa, air mata, kasih sayang, perhatian tulus yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Untuk kakak dan adikku tercinta (Duva Puspa Anggra dan Sintya Fitra Puspa) atas canda dan tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan ilmu, nasehat-nasehat yang berguna, dan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Muhammad Firdaus, Ph.D dan Tanti Novianti SE. M.si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan pada sidang skripsi penulis.

4. Kak Ade dan Kak Fikry atas ilmu dan bimbingan yang bermanfaat serta waktu yang sudah diluangkan untuk konsultasi skripsi.

5. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang dengan setia dan sabar mendengar keluh kesah penulis dalam segala hal. Imeh, Puspa , Uunk, Meda,


(19)

Chabe, Putros, Prima, Satrio (atas persahabatan yang indah), Ajie Prihanto Wibowo (untuk air mata yang telah memberikan diri ini kekuatan), Kiki (untuk konsultasi dan perbaikan laptop gratis), Andra, Ery dan Titis (untuk berbagi suka dan duka dalam bimbingan skripsi ini), Kak Rico dan Kak Nur (papi dan mamiku di d_ReD), Teh Nilam, Rista, Dado, Irwan, Pri, Kiiw (teman-teman di intercafe), Neni, Dwi dan Zee (sweet kos-kosan), Erna dan Arta (teman-teman asramaku), Nisa, Fitsol, Ririn, Lulu, Nana. Untuk semua teman-teman Ilmu Ekonomi IE 41 yang selama 4 tahun ini telah bersama-sama penulis di bangku kuliah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Apabila terdapat kesalahan dalam penelitian ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

Duvian Erika Puspaningrum H14104091


(20)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmah dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses penyusunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle

ASEAN+3” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Dr. Djoko Sutrisno, M.si dan Dra. Sri Suharyani, atas segala doa, air mata, kasih sayang, perhatian tulus yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Untuk kakak dan adikku tercinta (Duva Puspa Anggra dan Sintya Fitra Puspa) atas canda dan tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan ilmu, nasehat-nasehat yang berguna, dan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Muhammad Firdaus, Ph.D dan Tanti Novianti SE. M.si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan pada sidang skripsi penulis.

4. Kak Ade dan Kak Fikry atas ilmu dan bimbingan yang bermanfaat serta waktu yang sudah diluangkan untuk konsultasi skripsi.

5. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang dengan setia dan sabar mendengar keluh kesah penulis dalam segala hal. Imeh, Puspa , Uunk, Meda,


(21)

Chabe, Putros, Prima, Satrio (atas persahabatan yang indah), Ajie Prihanto Wibowo (untuk air mata yang telah memberikan diri ini kekuatan), Kiki (untuk konsultasi dan perbaikan laptop gratis), Andra, Ery dan Titis (untuk berbagi suka dan duka dalam bimbingan skripsi ini), Kak Rico dan Kak Nur (papi dan mamiku di d_ReD), Teh Nilam, Rista, Dado, Irwan, Pri, Kiiw (teman-teman di intercafe), Neni, Dwi dan Zee (sweet kos-kosan), Erna dan Arta (teman-teman asramaku), Nisa, Fitsol, Ririn, Lulu, Nana. Untuk semua teman-teman Ilmu Ekonomi IE 41 yang selama 4 tahun ini telah bersama-sama penulis di bangku kuliah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Apabila terdapat kesalahan dalam penelitian ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

Duvian Erika Puspaningrum H14104091


(22)

iii DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vii DAFTAR ISTILAH ... viii I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 5 Tujuan Penelitian ... 6 Manfaat Penelitian ... 6 Ruang Lingkup Penelitian ... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8 2.1. Kerjasama Perdagangan Regional ... 8 2.1.1. Konsep Kerjasama Perdagangan regional ... 8 2.1.2. Motif Kerjasama Perdagangan Regional ... 9 2.2. Integrasi Ekonomi ... 10 2.3. Teori Business Cycle ... 15 2.3.1. Definisi Business Cycle ... 15 2.3.2. Fluktuasi Ekonomi ... 17 2.3.2.1. Teori Real Business Cycle ... 18 2.3.2.2. Teori Business Cycle Keynesian ... 19 2.3.2.3. Teori Business Cycle Moneter ... 19 2.4. Sinkronisasi Business Cycle ... 20 2.5. Penelitian Terdahulu ... 21 2.6. Kerangka Pemikiran... 23 III. METODE PENELITIAN ... 26


(23)

iv

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26 3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26 3.2.1. Trade Intensity Index ... 26 3.2.2. Intra Industry Trade ... 28 3.2.3. Demand Spillover ... 28 3.2.4. Koordinasi Kebijakan Moneter ... 29 3.2.5. Koordinasi Kebijakan Nilai Tukar ... 29 3.2.6. Metode Analisis Sinkronisasi Business Cycle ... 29 3.2.7. Metode Analisis Data ... 31 3.2.7.1. Model Data Panel ... 32 3.2.7.2. Uji Kesesuaian model. ... 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. China ... 41 4.2. Jepang ... 42 4.3 Korea ... 44 4.4. Indonesia ... 45 4.5. Malaysia ... 47 4.6. Filipina ... 48 4.7. Singapura ... 50 4.8. Thailand ... 51 4.9. Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3 ... 52 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 5.1. Kesimpulan ... 55 5.2. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN ... 58


(24)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Rata-rata Korelasi output, Intensitas Perdagangan dan Perdagangan Intra Industri China terhadap ASEAN-5

dari tahun 1993 s.d. 2007 ... 38 2 Rata-rata Korelasi output, Intensitas Perdagangan dan

Perdagangan Intra Industri Jepang terhadap ASEAN-5

dari tahun 1993 s.d. 2007 ... 39 3 Rata-rata Korelasi output, Intensitas Perdagangan dan

Perdagangan Intra Industri Korea terhadap ASEAN-5

dari tahun 1993 s.d. 2007 ... 40 4 Rata-Rata Korelasi Output, Intensitas Perdagangan dan

Perdagangan Intra Industri Indonesia Terhadap ASEAN+3 ... 40 5 Sinkronisasi Business Cycle China dengan ASEAN+3 ... 41 6 Sinkronisasi Business Cycle Jepang dengan ASEAN+3 ... 43 7 Sinkronisasi Business Cycle Korea dengan ASEAN+3 ... 44 8 Sinkronisasi Business Cycle Indonesia dengan ASEAN+3 ... 46 9 Sinkronisasi Business Cycle Malaysia dengan ASEAN+3 ... 47 10 Sinkronisasi Business Cycle Filipina dengan ASEAN+3 ... 49 11 Sinkronisasi Business Cycle Singapura dengan ASEAN+3 ... 50 12 Sinkronisasi Business Cycle Thailand dengan ASEAN+3 ... 51 13 Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3 ... 53


(25)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Tingkatan Integrasi Ekonomi ... 12 2.2 Tahapan Business Cycle ... 17 2.3 Kerangka Pemikiran ... 24


(26)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hausman Test... 58 2 Panel Data ... 70


(27)

viii

DAFTAR ISTILAH

AEC : ASEANEconomic Community

AFTA : ASEAN Free Trade Area

ASEAN : Assocation of Southeast Nation APEC : Asian Pacific Economic Cooperation CEPT : Common Effective Preferential Tariff CER : Closer Economic Relation Trade Agreement

: Korelasi output antara negara China, Jepang atau Korea Selatan dan negara j (ASEAN-5) pada waktu t

dspill : Demand Spillover

EAFTA : East Asian Free Trade Area

ECO : Economic Cooperation Organization

EFTA : European Free Trade Area

EU : European Union

ex : Koordinasi Kebijakan Nilai Tukar

GDP : Growth Domestic Product

IFS : International Financial Statistic

IIT : Intra Industry Trade

LAFTA : Latin American Free Trade Area Mercosur : Southern Common Market

: Total impor dunia ke negara i pada waktu t

: Total nominal impor dari negara j ke negara i pada waktu t

: Total impor dunia ke negara j pada waktu t Mon : Koordinasi Kebijakan Moneter

NAFTA : North American Free Trade Area

OCA : Optimum Currency Area

PDB : Produk Domestik Bruto

PTA : Preferential Trading Agreement


(28)

ix

RTA : Regional Trading Arrangement

SAARC : South Asian Association for Regional Cooperation SAPTA : SAARC Preferential Trading Agreement

SPARTECA : South Pacific Regional Trade and Economic Cooperation Agreement

: Intensitas perdagangan

URSS : Unrectricted Residual Sum Square

WTO : World Trade Organization

: Nilai intensitas perdagangan dari total perdagangan pada waktu t

: Nilai intensitas perdagangan sisi ekspor pada waktu t : Nilai intensitas perdagangan sisi impor pada waktu t

:Total nominal ekspor dari negara i ke negara j pada

waktu t

: Total ekspor dunia ke negara i pada waktu t : Total ekspor dunia ke negara j pada waktu t


(29)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak berdirinya ASEAN (Assocation of Southeast Nation) pada tanggal 8 Agustus 1967, perdagangan diantara lima negara pendiri ASEAN belum mengalami perkembangan yang signifikan, dimana hingga awal 1970an perdagangan diantara negara ASEAN hanya berkisar antara 12 sampai 15 persen. Oleh sebab itu skema kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN sengaja dibentuk untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah melalui Preferential Trading Agreement (PTA) pada tahun 1977, dimana disetujuinya persamaan tarif dagang antar negara-negara ASEAN. Sepuluh tahun kemudian program PTA mulai diadopsi, yaitu pada pertemuan tahunan ASEAN ke-3 di Manila (ASEAN Secretariat Website).

Selanjutnya untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN, maka pada ASEAN Summit keempat pada tahun 1992 di Singapura diluncurkan gagasan tentang rencana pembentukan wilayah perdagangan bebas ASEAN atau yang lebih dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tujuan AFTA adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi antar negara ASEAN guna mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi semua negara anggota ASEAN, dimana hal tersebut sangat penting bagi pencapaian stabilitas dan kemakmuran di kawasan. Tujuan strategis dibentuknya AFTA adalah untuk meningkatkan keunggulan komparatif


(30)

2

negara ASEAN sebagai satu kawasan / unit produksi tunggal (single production unit) dan pasar tunggal (single market).

Pencapaian tujuan AFTA dilakukan melalui penghapusan hambatan tarif dan non-tarif dengan target penurunan mencapai 0 sampai 5 persen yang memiliki muatan ASEAN sebesar 40 persen dalam kurun waktu 15 tahun sejak pemberlakuan ketentuan pada tahun 1993 atau pada tahun 2008. Mekanisme penurunan tarif dilakukan melalui penerapan Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Namun pada tahun 1994 disepakati untuk mempercepat proses liberalisasi menjadi 10 tahun, sehingga perdagangan bebas kawasan dapat tercapai pada tahun 2003. Tujuan dari pengurangan tarif dan non-tarif serta tidak adanya hambatan perdagangan antar negara ASEAN adalah untuk mencapai efesiensi ekonomi, produktivitas tinggi, dan lebih kompetitif (Dwisaputra, 2007).

Cakupan produk dalam CEPT-AFTA meliputi semua produk industri dan barang-barang hasil pertanian. Namun demikian, masih ada produk yang belum mengalami penurunan tarif dengan alasan produk tersebut tergolong sensitif untuk diperdagangkan secara bebas di ASEAN. Karenanya, ada yang disebut sebagai daftar komoditas sensitif dan sangat sensitif. Untuk produk-produk sensitif tersebut penurunan tarif 0 sampai 5 persen baru dapat dilaksanakan pada tahun 2010. Dalam menerapkan CEPT, kesiapan dari masing-masing negara tentu tidak sama. Enam negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam saat ini telah memberlakukan tarif 0 sampai 5 persen. Sementara Vietnam siap tahun 2006, Laos dan Myanmar menyatakan


(31)

3

kesanggupannya untuk menerapkan tarif sebesar 0 sampai 5 persen pada tahun 2008, sementara Kamboja pada tahun 2010 (Hanie, 2006).

Keberhasilan Uni Eropa membentuk satu pasar tunggal mengilhami ASEAN untuk melakukan hal yang sama. Pada KTT ASEAN Oktober 2002 di Kamboja, PM Singapura Goh Cok Tong mengusulkan agar di tahun 2020 dibentuk apa yang disebutnya sebagai pasar tunggal ASEAN mencontoh keberhasilan pembentukan pasar tunggal Eropa yang diberlakukan di kawasan Uni Eropa. Usulan ini langsung mendapat dukungan penuh dari PM Thailand Thaksin Shinawatra dan PM Malaysia Mahathir Mohammad. Ide ini akhirnya terwujud dengan ditandatanganinya Bali Concorde II pada tanggal 7 Oktober 2003, yang menyepakati terbentuknya ASEAN Community pada tahun 2020 dengan tiga pilar utama yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community (Achsani, 2008).

Penyatuan ASEAN ke dalam ASEAN Community ini tentunya akan membawa dampak yang luar biasa besar, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga dalam segala aspek kehidupan lainnya. Dari sisi ekonomi misalnya, penyatuan ini akan menciptakan pasar yang mencakup wilayah seluas 4,5 juta km2 dengan populasi sekitar 500 juta jiwa (jumlah yang setara dengan UE saat ini), total perdagangan lebih dari 720 milyar dollar per tahun serta produk domestik bruto (PDB) lebih dari737 milyar dollar. Sebagai gambaran, kesepakatan perdagangan bebas ASEAN mampu meningkatkan perdagangan intra ASEAN dari 43,26 milyar dollar pada tahun 1993 menjadi 80 milyar dollar pada tahun 1996, atau dengan rata-rata pertumbuhan 28,3 persen per tahun. Share perdagangan intra


(32)

4

ASEAN terhadap total perdagangan juga meningkat dari 20 menjadi 25 persen. Penyatuan ASEAN ke dalam pasar tunggal diyakini akan memberikan dampak sangat besar (Achsani, 2008).

Semakin meningkatnya pertumbuhan perekonomian global membuat negara-negara ASIA perlu untuk membentuk mega-region atau suatu kawasan kerjasama yang besar seperti yang terjadi di Eropa dengan European Union dan Amerika melalui NAFTA. Perkembangan perekonomian Asia tidak terlepas dari peran negara-negara besar di kawasan Asia Timur, seperti Jepang, RRC dan Korea Selatan. Oleh sebab itu Presiden JETRO Jepang, Osamu Watanabe, mengusulkan agar kerjasama ekonomi ini tidak hanya meliputi negara-negara ASEAN tetapi ditambah dengan tiga negara besar di kawasan Asia Timur yaitu Jepang, RRC, dan Korsel, sehingga dikenal dengan sebutan ASEAN+3. Kerjasama ASEAN+3 diharapkan dapat memperkuat ASEAN sebagai suatu kelompok kawasan dan dapat memperkuat posisi tawar di tingkat internasional, juga diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi terbentuknya EAFTA (East Asian Free Trade Area). Tujuan dari dibentuknya ASEAN+3 adalah untuk memperkuat proses konsolidasi politik dan ekonomi tingkat tinggi di Asia Timur dan ASEAN, yang mencakup kerjasama ekonomi, keuangan, pembangunan sosial, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi, dan kerjasama internasional lainnya. Cita-cita dari ASEAN+3 pada akhirnya adalah untuk membentuk suatu pasar tunggal seperti yang telah terjadi di Eropa. Dimana salah satu syarat untuk mencapai integrasi ekonomi tersebut adalah dengan semakin tersinkronisasinya business cycle negara-negara tersebut.


(33)

5

1.2. Perumusan Masalah

Setelah terjadinya krisis finansial pada tahun 1997, berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan kerjasama regional. Pada tahun 1999, negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN memperluas kerjasama regionalnya dengan negara Cina, Korea Selatan dan Jepang menjadi ASEAN+3. Pada tahun 2001 ASEAN+3 meluncurkan Chiang Mai Inititative untuk menjamin stabilitas nilai tukar negara-negara anggota. Kemudian pada tahun 2003 disepakati untuk meresmikan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 yang berarti menjadikan Asia sebagai sebuah pasar tunggal.

Untuk merealisasikan mimpi negara ASEAN+3 membentuk economic union seperti di Eropa tentunya membutuhkan serangkaian proses yang panjang, dimana terpenuhinya kriteria OCA menjadi syarat untuk dapat membentuk economic union. Derajat integrasi perdagangan didalam sinkronisasi business cycle menjadi salah satu kriteria OCA. Sinkronisasi business cycle penting karena jika integrasi perdagangan pada negara ASEAN+3 menyebabkan meningkatnya output co-movement, maka biaya untuk membentuk OCA di wilayah tersebut akan semakin berkurang. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya guncangan asimetri pada negara ASEAN+3 semakin berkurang.

Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti pengaruh dari integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle, namun belum juga didapatkan kesepakatan apakah meningkatnya perdagangan akan meningkatkan atau mengurangi sinkronisasi business cycle antar negara-negara tersebut.


(34)

6

Oleh sebab itu permasalahan yang akan coba penulis bahas dalam kesempatan ini adalah untuk melihat bagaimanakah pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle negara-negara ASEAN+3?

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terjadinya integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle negara-negara ASEAN+3.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan

keilmuan mengenai pengaruh integrasi perdagangan terhadap business cycle negara ASEAN+3.

2. Bagi pembaca, sebagai salah satu sumber informasi mengenai kesiapan negara ASEAN+3 dalam mewujudkan integrasi ekonomi Asia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh dari Integrasi perdagangan ASEAN+3 terhadap sinkronisasi business cycle negara-negara tersebut. Penelitian ini mengambil sampel lima negara utama ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand (ASEAN-5) ditambah tiga negara Asia Timur, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Korsel). Penambahan


(35)

7

Jepang, China dan Korsel dilakukan untuk melihat derajat integrasi perdagangan ketiga negara tersebut, sejalan dengan usul untuk memperluas kerjasama ekonomi di ASEAN menjadi ASEAN+3.


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kerjasama Perdagangan Regional

Kerjasama atau perjanjian perdagangan regional adalah perjanjian dari dua atau lebih negara yang bertujuan untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan atas dasar resiprokal dan atau preferensi (World Bank dalam Saputra, 2007).

2.1.1. Konsep Kerjasama Perdagangan Regional

Terdapat dua konsep mengenai kerjasama perdagangan dalam lingkup regional, yaitu: kerjasama regional (regional cooperation) dan penyatuan regional (regional integration). Kerjasama regional dapat diartikan sebagai kebijakan bersama yang diambil oleh sekelompok negara yang biasanya terletak dalam satu kawasan, untuk mencapai tingkat kemakmuran tertentu yang lebih tinggi dibandingkan dengan upaya yang diambil masing-masing negara secara individu (Lamberte dalam Saputra, 2007). Penyatuan regional adalah penyatuan secara de facto beberapa negara dalam satu kawasan geografis. Penyatuan tersebut dapat didorong oleh: (1) Kebutuhan pasar (market driven) sehinga tidak diperlukan perjanjian eksplisit atau koordinasi tindakan antar negara untuk menyatukan perekonomiannya, atau (2) penyatuan yang dihasilkan dari kerjasama regional dalam bentuk perjanjian perdagangan regional, sering disebut dengan instila institution-driven. Intensitas penyatuan regional dapat bervariasi, regional full economic integration tercipta apabila barang, jasa dan faktor produksi dapat


(37)

9

bergerak bebas antar negara dalam satu kawasan dan pasar keuangannya juga telah menyatu (Saputra, 2007).

Selain itu juga terdapat istilah regionalitation (regionalisasi) dan regionalism (regionalisme). Regionalisasi adalah upaya untuk penyatuan perekonomian yang didorong oleh pasar dan biasanya didorong oleh kekuatan pasar dan perkembangan teknologi yang sama dengan proses globalisasi (Pronk dalam Saputra, 2007). Menurut Lamberte dalam Saputra (2007), regionalisasi adalah upaya penyatuan perekonomian yang didorong oleh pasar yang dimulai dari proses reformasi perekonomian secara unilateral di masing-masing negara dalam suatu kawasan. Regionalisme, disisi lain, adalah kerjasama ekonomi formal dan kesepakatan ekonomi dari suatu kelompok negara yang bertujuan untuk memfasillitasi atau meningkatkan penyatuan regional.

2.1.2. Motif Kerjasama Perdagangan Regional

Faktor-faktor yang mendasari motif terbentuknya kerjasama perdagangan regional antara lain:

1. Membangun rasa aman baik secara ekonomis maupun politis diantara negara yang berdekatan; Sebagai contoh, pembentukan masyarakat ekonomi eropa dilakukan melalui kebijakan kerjasama perdagangan dengan maksud untuk memperoleh pengaruh ekternal secara politis mengingat di kawasan tersebut tidak mempunyai kebijakan luar negeri atau kebijakan keamanan bersama. Hufbauer dalam Saputra (2007) mengemukakan bahwa Uni Eropa telah lama menggunakan kerjasama


(38)

10

perdagangan sebagai alat kebijakan luar negeri dengan dua tujuan utama yaitu menyiapkan anggota potensial untuk proses penggabungan dan sebagai alat untuk melebarkan pengaruh Uni Eropa ke negara-negara di luar kawasan Eropa.

2. Mengelola friksi perdagangan

3. Peningkatan kapasitas (capacity building) untuk pembangunan; diharapkan dengan kerjasama di kawasan dalam bentuk penurunan hambatan perdagangan dapat mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas dan daya saing serta penurunan biaya dan resiko perdagangan dan investasi.

4. Kebijakan untuk menjamin diplomasi perdagangan

5. The Copycat Syndrome; merupakan reaksi pertahanan terhadap regionalisme di Eropa, Amerika Utara dan Amerika Latin yang mengancam daya saing perekonomian Asia Timur. Dengan demikian kerjasama regional diadopsi sebagai strategi untuk pembangunan dan peningkatan daya saing negara-negara di kawasan (Lamberte dalam Saputra, 2007).

6. Persaingan untuk mendapatkan Penanaman Modal Asing (PMA)

2.2. Integrasi Ekonomi

Secara harfiah kata integrasi dapat diartikan sebagai penggabungan. Menurut Tinbergen dalam Hanie (2006), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan


(39)

11

semua pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama dan unifikasi. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional.

Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas. Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara negara-negara anggota yang sepakat akan membentuk suatu integrasi ekonomi. Semua bentuk hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif sengaja diturunkan atau bahkan dihapuskan diantara negara anggota. Sedangkan bagi negara-negara yang bukan anggota, maka pemberlakuan tarif dan non tarif tergantung dari kebijakan negara masing-masing. Dalam integrasi ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara diluar anggota dalam melakukan perdagangan, sehingga dapat memberikan dampak kreasi dan dampak diversi bagi negara-negara anggota (Salvatore, 1997). Krugman (1991) dalam Lapipi (2005) memperkenalkan suatu angapan bahwa secara alami blok perdagangan didasarkan pada pendekatan geografis yang dapat memberikan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya.

Griffin dan Pustay (2002) dalam Hanie (2006), membentuk susunan atau hirarki dari integrasi ekonomi regional yang mungkin terjadi. Ada lima tingkatan


(40)

12

yaitu, kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean, pasaran bersama, uni ekonomi, dan uni politik.

Sumber : Griffin dan PustaydalamHanie (2006)

Gambar 2.1. Tingkatan Integrasi Ekonomi

Secara teoritis Salvatore (1997) menguraikan integrasi ekonomi menjadi beberapa bentuk:

1. Pengaturan perdagangan Preferensial (preferential trade arrangements) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung diantara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang bukan anggota.

Meliputi integrasi politik dan ekonomi

Pasaran pabean + mengkoordinasikan kebijakan ekonomi di antara

negara-negara anggota

Persekutuan pabean + menghapuskan hambatan pergerakan faktor produksi di

antara negara-negara anggota

Kawasan perdagangan bebas + menyeragamkan kebijakan perdagangan

untuk negara-negara bukan anggota

Menurunkan hambatan tarif dan non tarif terhadap sesama negara anggota, namun masing-masing negara berhak

menentukan sendiri kebijakan perdagangannya terhadap negara

bukan anggota TINGGI Politic Union Economic Union Common Market Custom Union

Free Trade Area


(41)

13

2. Kawasan perdagangan bebas (free trade area) adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif diantara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara anggota tersebut masih berhak menentukan sendiri apakah tetap mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap negara-negara diluar anggota.

3. Persekutuan Pabean (customs union) mewajibkan semua negara nggota untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan diantara mereka, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara luar yang bukan anggota.

4. Pasar bersama (common market) yaitu suatu bentuk integrasi dimana bukan hanya perdagangan barang saja yang dibebaskan, namun arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal juga dibebaskan dari semua hambatan.

5. Uni Ekonomi (economic union) yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada dalam suatu kawasan atau bagi negara-negara yang melakukan kesepakatan.

Perjanjian perdagangan preferensial (PTAs) adalah kesepakatan antara dua negara atau lebih yang mana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi negara anggota lebih rendah dibanding dengan tarif yang diperdagangkan dengan negara diluar anggota. PTAs dapat diartikan secara luas meliputi Regional Trading Arrangement (RTAs) yang merupakan kesepakatan yang dibentuk dalam satu kawasan, kesepakatan perdagangan antar negara-negara


(42)

14

berkembang, kesepakatan perdagangan antar kawasan dan bentuk kesepakatan lainnya yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Bentuk kesepakatan perdagangan yang telah dibentuk telah mengarah pada perdagangan bebas, seperti World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) and South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), SAARC Preferential Trading Agreement (SAPTA), Australian and New Zealand yaitu Closer Economic Relation Trade Agreement (CER), South Pacific Regional Trade and Economic Cooperation Agreement (SPARTECA), Asian Pacific Economic Cooperation (APEC), European Union (EU), North American Free Trade Area (NAFTA), Latin American Free Trade Area (LAFTA), European Free Trade Area (EFTA), Andean Pact, Economic Cooperation Organization (ECO), Southern Common Market (Mercosur) dan lainnya (Lapipi, 2005).

Secara umum, bentuk kesepakatan perdagangan antara dua negara atau lebih, baik PTAs, sistem perdagangan multilateral, sistem perdagangan dalam suatu kawasan maupun organisasi perdagangan dunia memiliki prinsip yang sama yaitu menurunkan atau menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan, baik tarif maupun non tarif. Cakupan integrasinya mulai dari integrasi untuk perdagangan barang dan jasa sampai pada pasar tunggal bersama yang meliputi semua aspek ekonomi, seperti perdagangan barang dan jasa, perdagangan faktor produksi, integrasi dalam moneter dan integrasi kebijakan ekonomi secara menyeluruh. Tujuan yang paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas


(43)

15

kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif (Lapipi, 2005).

2.3. Teori Business Cycle

2.3.1. Definisi Business Cycle

Definisi business cycle atau trade cycle (siklus perekonomian atau siklus perdagangan) menurut Wesley C. Mitchell dan Arthur F. Burns dalam Ricardo (2007) adalah:

“Business cycles area type of fluctuation found in the aggregate economic activity of nations that organize their work mainly in business enterprise ; a cycle consists of expansion occuring at about the same time in many economic activities, followed by similarly general recessions, contractions, and revival which merge into the expansion phaze of the nextcycle ; this sequence of changes is recurrent but not periodic ; in duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years ; they are not divisible into shorter cycles of similar character with amplitudes approximating their own”

Definisi business cycle yang tercantum dalam kamus ekonomi adalah sebagai fluktuasi dari tingkat kegiatan perekonomian (PDB riil) yang saling bergantian antara masa depresi dan masa kemakmuran (booms). Business cycle atau sikus ekonomi dapat pula diartikan sebagai fluktuasi aktivitas ekonomi dari trend pertumbuhan jangka panjangnya. Kata siklus sendiri mengandung arti pergantian secara silih berganti antara periode pertumbuhan output yang cepat


(44)

16

(inflasi) dengan periode penurunan output (resesi). Adapun variabel yang digunakan untuk mengatur fluktuasi ekonomi adalah GDP riil. Salah satu peran utama pemerintah adalah unuk mengatasi business cycle dan mengurangi fluktuasi yang terjadi (Ricardo, 2007).

Ada empat tahapan dalam siklus perekonomian: tahap pertama dalah masa depresi (depession), yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat yang cepat yang diikuti dengan rendahnya tingkat output dan tingkat pengangguran yang tinggi yang secara bertahap mencapai dasar yang paling rendah; tahap yang kedua adalah tahap pemulihan (recovery), yaitu peningkatan permintaan agregat yang diikuti dengan peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran; tahap yang ketiga adalah masa kemakmuran (prosperity), yaitu permintaan agregat yang mencapai dan kemudian melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada saat puncak siklus telah dicapai, dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai dan adanya kelebihan permintaan mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum (inflasi); tahap keempat adalah masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun, yang mengakibatkan penurunan yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal ini maka akan muncul masa depresi.

Setiap siklus memiliki dua jenis titik balik (turning points), yaitu titik puncak (peak) dan titik lembah (trough). Kedua titik balik ini menandakan sinyal apabila arah dari pergerakan siklikal suatu indikator berubah dari periode ekspansi ke periode kontraksi atau jika terjadi sebaliknya. Kedua titik balik ini hanya dapat


(45)

ditentukan menggunakan yaitu merupakan definis Tahapan ini akan datan suatu negara (Ricardo, 2

Sumber : Pass dan Lower d Ga

2.3.2. Fluktuasi Ekono Dalam perkemba dihadapkan pada dua p fluktuasi output dan ke ekonomi yang paling u Business Cycle Keynesia

kan data time series yang merupakan deviasi dari isi dari business cycle yang digunakan dalam pen tang silih berganti sepanjang waktu dalam pere , 2007).

dalam Ricardo (2007)

Gambar 2.2. Tahapan Business cycle

nomi

bangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia pandangan yang berbeda dalam menjelaskan kesempatan kerja jangka pendek. Teori tentang umum saat ini adalah teori Real Business C

ian dan teori Business Cycle Moneter.

17

ari trendnya, enelitian ini. erekonomian

nia ekonomi n terjadinya ng fluktuasi Cycle, teori


(46)

18

2.3.2.1. Teori Real Business Cycle

Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000).

Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam perekonomian.

Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk bekerja menurun karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini berlaku juga


(47)

19

untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.

2.3.2.2. Teori Business Cycle Keynesian

Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).

Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.

2.3.2.3. Teori Business Cycle Moneter

Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka


(48)

20

pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.

2.4. Sinkronisasi Business Cycle

Pergerakan business cycle ke arah yang sama antar dua negara atau lebih menunjukkan bahwa business cycle negara-negara tersebut telah tersinkronisasi. Sinkronisasi business cycle menjadi hal yang penting karena meningkatnya output co-movement akan mengurangi biaya pembentukan OCA suatu kawasan dikarenakan berkurangnya guncangan asimetri.

Secara teori, co-movement business cycle bisa bersumber dari 3 aspek. Pertama, guncangan spesifik pada suatu negara yang dengan cepat ditransmisikan ke negara lain. Kedua, guncangan eksternal yang berakibat sama ke semua negara. Ketiga, guncangan spesifik pada sektor ekonomi yang sama pada negara yang berbeda (Chan dan Lau, 2004). Adanya perbedaan business cycle antar negara dapat terjadi karena berbagai alasan. Setiap negara bisa mengalami efek atau respon yang berbeda meskipun mengalami guncangan yang sama. Sebagai contoh, perbedaan reaksi kebijakan yang dibuat untuk guncangan yang sama atau adanya perbedaan terhadap komposisi output nasional (Jong, et al., 2006).

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi sinkronisasi business cycle, dimana intensitas perdagangan merupakan faktor yang paling menonjol. Secara teori, intensitas perdagangan memiliki efek yang ambigu terhadap output co-movement. Pertama, semakin intensifnya hubungan perdagangan antar negara


(49)

21

akan meningkatkan ekspor dan impor dari business cycle karena adanya fluktuasi permintaan, hal ini terjadi akibat meningkatnya pendapatan suatu negara sehingga permintaan barang dari luar negeri pun meningkat. Kedua, teori perdagangan memperkirakan oppenesstrade akan meningkatkan spesialisasi dalam berproduksi dan pattern dari perdagangan inter industri dalam perdagangan internasional. Jika business cycle didominasi oleh guncangan industri yang spesifik, perdagangan akan menyebabkan spesialisasi sehingga mengurangi korelasi business cycle. Bagaimanapun, jika perdagangan didominasi oleh perdagangan intra industri maka apabila terjadi guncangan industri yang spesifik akan membuat business cycle menjadi lebih simetri (Jong, et al., 2006).

Integrasi keuangan juga dapat mempengaruhi sinkronisasi business cycle. Integrasi keuangan dapat menghasilkan derajat sinkronisasi business cycle yang lebih tinggi yang disebabkan oleh efek dari sisi permintaan. Contagion effect yang diteruskan melalui integrasi keuangan juga dapat meningkatkan efek spill-over antar negara dikarenakan fluktuasi makroekonomi. Integrasi keuangan dapat menstimulasi spesialisasi dalam berproduksi melalui re-alokasi modal, konsisten dengan kemampuan komparatif negara-negara tersebut. Spesialisasi dalam berproduksi, yang dapat mengakibatkan terjadinya guncangan industri spesifik suatu negara, akan mengurangi sinkronisasi business cycle (Jong, et al., 2006).

2.5. Penelitian Terdahulu

Calderon, Chong, and Stein (2003) meneliti pengaruh intensitas perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle di negara-negara berkembang.


(50)

22

Dengan menggunakan instrumen variabel dan gravity model didapatkan hasil bahwa negara-negara dengan tingkat perdagangan bilateral yang tinggi memiliki sinkronisasi business cycle yang tinggi pula. Serta didapatkan juga hasil bahwa dampak dari integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle antar negara industri lebih tinggi dibandingkan antar negara berkembang dan negara industri-negara berkembang.

Shin dan Wang (2004) menemukan setidaknya ada dua hubungan antara business cycle co-movements dengan meningkatnya pedagangan. Pertama, jika guncangan permintaan menyebabkan ledakan di suatu negara, akan menyebabkan terjadinya spill-over pada partner dagang negara tersebut. Hal ini dikarenakan meningkatnya volume impor negara tersebut. Kedua, meningkatnya perdagangan akan membuat semakin terkoordinasinya kebijakan fiskal dan moneter diantara negara-negara tersebut. Hasil dari penelitian mereka menujukkan bahwa perdagangan intra-industri merupakan hal utama yang mempengaruhi sinkronisasi business cycle diantara negara ASEAN+3.

Teng and Wai (2006) meneliti tentang pengaruh dari integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle antara Cina dan India terhadap negara ASEAN-5 menggunakan metode Pooled regression dan Seemingly unrelated regression. Hasil yang didapatkan adalah bahwa perdagangan intra industri merupakan faktor utama yang membuat business cycle Cina dan India lebih tersinkronisasi terhadap perekonomian negara ASEAN-5.

Rana (2007) menguji apakah meningkatnya intensitas perdagangan diantara negara asean akan meningkatkan sinkronisasi business cycles di kawasan


(51)

23

tersebut. Penelitiannya berdasarkan dari penelitian Shin dan Wang (2004), dengan mempeluasnya dalam dua hal: (1) dengan meningkatkan spesifikasi dari persamaan hubungan business cycle, (2) menambah jumlah data, yaitu dengan memasukkan periode setelah terjadinya krisis keuangan di kawasan asean. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa pergerakan dari business cycle negara-negara tersebut lebih dipengaruhi oleh perdagangan intra-industri dibandingkan dengan perdagangan intra-industri. Lebih lanjut Rana juga menemukan bahwa dimungkinkan berlakunya mata uang tunggal pada kawasan ini.

2.6. Kerangka Pemikiran

Untuk merealisasikan mimpi negara ASEAN+3 membentuk economic union seperti di Eropa tentunya membutuhkan serangkaian proses yang panjang, dimana terpenuhinya kriteria Optimum Currency Area (OCA) menjadi syarat untuk dapat membentuk economic union. Derajat integrasi perdagangan dalam sinkronisasi business cycle menjadi salah satu kriteria OCA. Sinkronisasi business cycle penting karena jika integrasi perdagangan pada negara ASEAN+3 menyebabkan meningkatnya output co-movement, maka biaya untuk membentuk OCA di wilayah tersebut akan semakin berkurang. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya guncangan asimetri pada negara ASEAN semakin berkurang.


(52)

24

Berikut ini adalah gambaran dari kerangka pemikiran penelitian ini:

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh integrasi perdagangan negara ASEAN+3 terhadap sinkronisasi business cycle. Dimana variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri, efek dari demand spill over, instrumen kebijakan moneter dan exchange rate. Instumen kebijakan moneter dimasukkan sebagai

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,

Thailand (ASEAN-5)

China, Korea Selatan, Jepang

ASEAN+3

Trade Intensity

Intra Industry Trade

Monetary Policy Coordination

Exchange Rate Policy Coordination Demand

Spillover Effect Integrasi Perdagangan

Sinkronisasi Business Cycle Lingkup Penelitian


(53)

25

variabel karena kebijakan moneter suatu negara akan sangat mempengaruhi bagaimana pola perdagangan negara tersebut. Selanjutnya variabel-varibel tersebut akan dianalisis menggunakan metode Panel data untuk melihat bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap sinkronisasi business cycle negara ASEAN+3.


(54)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series). Adapun data tersebut akan coba diperoleh dari suatu badan statistik dunia yaitu Blooomberg, International Financial Statistic (IFS), ASEAN Secretariat website, CEIC, Fx Sauder, serta beberapa jurnal dan literatur mengenai integrasi perdagangan yang relevan dengan penelitian ini. Data yang digunakan berupa data bulanan dari periode Januari 1993 sampai dengan Desember 2007. Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data Growth Domestic Product (GDP riil), Total nominal ekspor, total nominal impor, ekspor antar negara, impor antar negara, M2, dan Bilateral Exchange Rate dari negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand) dan tiga negara di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang, China,dan Korea Selatan. Adapun negara-negara ASEAN lainnya tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan data yang penulis dapatkan.

3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.2.1. Trade Intensity Index (Indeks Intensitas Perdagangan)

Untuk menguji bagaimana intensitas perdagangan bilateral antar negara mempengaruhi siklus bisnis negara-negara tersebut, maka tiga proksi yang berbeda akan dihitung untuk melihat intensitas perdagangan bilateral, seperti yang


(55)

27

telah dilakukan oleh Frankel and Rose (1998). Variabel pertama hanya menggunakan data ekspor, variabel kedua menggunakan data impor, dan variabel ketiga menggunakan data ekspor dan impor. Variabel-variabel untuk intensitas perdagangan bilateral ditunjukkan sebagai berikut:

(3.1)

(3.2)

(3.3)

dimana :

= Nilai intensitas perdagangan dari sisi ekspor pada waktu t = Nilai intensitas perdagangan dari sisi impor pada waktu t

= Nilai intensitas perdagangan dari total perdagangan pada waktu t

=Total nominal ekspor dari negara i ke negara j pada waktu t

= Total nominal impor dari negara j ke negara i pada waktu t = Total ekspor dunia ke negara i pada waktu t

= Total impor dunia ke negara i pada waktu t = Total ekspor dunia ke negara j pada waktu t

= Total impor dunia ke negara j pada waktu t

Nilai indeks yang semakin besar menandakan semakin besarnya intensitas perdagangan yang terjadi antara negara i dan negara j.


(56)

28

3.2.2. Intra Industry Trade (IIT)

Sejak dekade 1980-an struktur perdagangan internasional telah mengalami suatu perubahan yang menunjukkan bahwa perdagangan antar perusahaan dari negara yang berbeda didalam suatu industri (Intra-Industry Trade) semakin mendominasi perdagangan konvensional atau semakin penting dibanding dengan Inter-Industry Trade. Inter-Industry Trade adalah pertukaran dua jenis barang dalam industri yang berbeda. Sedangkan Intra-Industry Trade adalah perdagangan barang-barang manufaktur yang berbeda tapi dari industri yang sama.

IIT dapat dinyatakan dalam angka indeks, indeks IIT merupakan temuan Grubel and Lloyd (1975). Indeks IIT dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

! "

dimana:

# = Total nominal ekspor produk k dari negara i ke negara j

# = Total nominal impor produk k dari negara j ke negara i

Indeks Intra-Industry Trade berada diantara 0 dan 1, dengan nilai yang mendekati 1 menunjukkan besarnya tingkat perdagangan pada industri yang sama.

3.2.3. Demand Spillover (dspill)

Menurut Shin dalam Teng and Wai (2007), intensitas perdagangan belum dapat merepresentasikan demand spillover effects. Hal ini dikarenakan intensitas perdagangan tidak memasukkan informasi mengenai jumlah partner dagang. Nilai


(57)

29

demand spillover akan besar untuk jumlah partner dagang yang semakin besar meskipun diberikan nilai intensitas perdagangan yang sama. Oleh sebab itu dibentuk sebuah persamaan baru untuk mengukur demand spillover, yaitu dengan mengalikan intensitas perdagangan dengan output dari masing-masing negara yang berdagang.

3.2.4. Koordinasi Kebijakan Moneter (mon)

Koefesien korelasi tingkat pertumbuhan M2 tiap-tiap negara digunakan sebagai derajat dari koordinasi kebijakan moneter. Teng and Wai memasukkan efek dari moneter ke dalam model dikarenakan guncangan dari kebijakan moneter juga mempengaruhi langsung sinkronisasi business cycle.

3.2.5. Koordinasi Kebijakan Nilai Tukar (ex)

Bilateral exchange rate digunakan sebagai derajat dari koordinasi kebijakan nilai tukar. Efek dari kebijakan nilai tukar dimasukkan ke dalam model dikarenakan guncangan dari kebijakan nilai tukar juga dapat mempengaruhi langsung sinkronisasi business cycle.

3.2.6. Metode Analisis Business Cycle Synchronization (Sinkronisasi Siklus Bisnis)

Untuk menganalisis adanya hubungan antara korelasi output dan perdagangan, Teng and Wai membuat sebuah persamaan sebagai berikut:


(58)

30

dimana:

3455 : Korelasi output antara negara China, Jepang atau Korea Selatan dan negara j (ASEAN-5) pada waktu t

: Intensitas perdagangan, yang diukur melalui 6 , 6 dan 6 .

: Intra-Industry Trade

Teng and Wai membagi persamaan diatas kedalam tujuh model yang berbeda, sebagai berikut:

Model (1): $%&& ' ( ) *+, *-./78 ' ( ), 12) (3.4.1) Model (2): $%&& ' ( ) *+, *-./'9 ' ( ), 12) (3.4.2) Model (3): $%&& ' ( ) *+, *-./)%) ' ( ), 12) (3.4.3) Model (4): $%&& ' ( ) *+, *-//. ' ( ), 12) (3.4.4) Model (5): $%&& ' ( ) *+, *-./78 ' ( ), *0//. ' ( ), 12) (3.4.5) Model (6): $%&& ' ( ) *+, *-./'9 ' ( ), *0//. ' ( ), 12) (3.4.6) Model (7): $%&& ' ( ) *+, *-./)%) ' ( ), *0//. ' ( ), 12) (3.4.7) Berikut ini adalah persamaan baru dari persamaan (3.4) yang telah dimodifikasi:

$%&& ' ( ) *+, *-./ ' ( ), *0//. ' ( ), *:;<='>> ,

*?9%@ , *A78 , 12) (3.4.8)

dimana:

dspill : efek demand spillover

mon : koordinasi kebijakan moneter ex : koordinasi kebijakan nilai tukar


(1)

3. Wt, IIT, dspill, Mon, er Dependent Variable: CORR

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/31/08 Time: 07:14

Sample: 1993 2007 Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 105

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.267872 0.170899 1.567422 0.1202 WT -1.511643 1.731822 -0.872863 0.3848 IIT 0.255889 0.153652 1.665375 0.0990 DSPILL -0.000107 8.69E-05 -1.225966 0.2231 MON 0.218965 0.189741 1.154020 0.2513 ER -0.000903 0.000735 -1.227760 0.2224

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.451772 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.068775 Mean dependent var 0.461855 Adjusted R-squared 0.021744 S.D. dependent var 0.468169 S.E. of regression 0.463051 Sum squared resid 21.22721 F-statistic 1.462322 Durbin-Watson stat 1.602530 Prob(F-statistic) 0.209022

Unweighted Statistics

R-squared 0.068775 Mean dependent var 0.461855 Sum squared resid 21.22721 Durbin-Watson stat 1.602530


(2)

93

THAILAND

1. Wx, IIT, dspill, Mon, er Dependent Variable: CORR

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/31/08 Time: 11:45

Sample: 1993 2007 Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 105

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.521069 0.230605 2.259572 0.0260 WX -17.39367 4.784749 -3.635232 0.0004 IIT -0.434538 0.202982 -2.140776 0.0347 DSPILL 0.001096 0.000766 1.431589 0.1554 MON 0.312596 0.145129 2.153923 0.0337 ER 0.011791 0.019272 0.611835 0.5420

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.328818 0.4249

Idiosyncratic random 0.382568 0.5751

Weighted Statistics

R-squared 0.135178 Mean dependent var 0.098893 Adjusted R-squared 0.091500 S.D. dependent var 0.411668 S.E. of regression 0.392382 Sum squared resid 15.24243 F-statistic 3.094893 Durbin-Watson stat 1.255724 Prob(F-statistic) 0.012256

Unweighted Statistics

R-squared -0.087305 Mean dependent var 0.343732 Sum squared resid 28.01793 Durbin-Watson stat 0.683144


(3)

2. Wm, IIT, dspill, Mon, er Dependent Variable: CORR

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/31/08 Time: 11:48

Sample: 1993 2007 Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 105

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.198951 0.201549 0.987111 0.3260 WM -1.330856 5.712919 -0.232956 0.8163 IIT -0.118240 0.155570 -0.760045 0.4490 DSPILL 0.000316 0.000852 0.370563 0.7118 MON 0.297180 0.156660 1.896974 0.0607 ER 0.001361 0.023254 0.058547 0.9534

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.324739 0.3921

Idiosyncratic random 0.404353 0.6079

Weighted Statistics

R-squared 0.074770 Mean dependent var 0.105206 Adjusted R-squared 0.028041 S.D. dependent var 0.412797 S.E. of regression 0.406968 Sum squared resid 16.39670 F-statistic 1.600086 Durbin-Watson stat 1.215988 Prob(F-statistic) 0.167097

Unweighted Statistics

R-squared 0.011603 Mean dependent var 0.343732 Sum squared resid 25.46926 Durbin-Watson stat 0.782834


(4)

95

3. Wt, IIT, dspill, Mon, er Dependent Variable: CORR

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/31/08 Time: 11:50

Sample: 1993 2007 Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 105

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.247756 0.213481 1.160551 0.2486 WT -12.83154 6.442807 -1.991607 0.0492 IIT -0.060010 0.162079 -0.370254 0.7120 DSPILL 0.000657 0.000830 0.791473 0.4306 MON 0.289482 0.153656 1.883967 0.0625 ER 0.012891 0.021414 0.601994 0.5486

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.324770 0.4032

Idiosyncratic random 0.395113 0.5968

Weighted Statistics

R-squared 0.099213 Mean dependent var 0.103012 Adjusted R-squared 0.053719 S.D. dependent var 0.412397 S.E. of regression 0.401167 Sum squared resid 15.93260 F-statistic 2.180777 Durbin-Watson stat 1.222740 Prob(F-statistic) 0.062279

Unweighted Statistics

R-squared -0.069744 Mean dependent var 0.343732 Sum squared resid 27.56543 Durbin-Watson stat 0.706734


(5)

Achsani, N. A. 2008.

Integrasi Ekonomi ASEAN+3: Antara Peluang dan

Ancaman

. Brighten Institute, Bogor.

ASEAN Secretariat, http://www.aseansec.org/64.htm

Calderon, C., A. Chong, and E. Stein. 2003. Trade Intensity and Business Cycle

Synchronization: Are Development Countries Any Different?

Working

Paper No.478

. Inter-American Development Bank.

Chan, T. and Lau, E. 2004. Business Cycles and The Synchronization Process : A

Bound Testing Approach.

MPRA Paper No.2053

.

Choe, J. 2001. An Impact of Economic Integration trough Trade: On Business

Cycles for 10 East Asian Countries.

Journal of Asian Economics

12(4):

569-86.a

Hanie. 2006.

Analisis Konvergensi Nominal dan Riil diantara Negara-negara

ASEAN-5, Jepang dan Korea Selatan

[Skripsi]

.

Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dwisaputra, R. 2007. Kerjasama Perdagangan Regional. (

Eds

). S. Arifin, D.E.

Rae, dan C.P.R Joseph.

Kerjasama Perdagangan Internasional

. Bank

Indonesia, Jakarta.

Frankel and Rose. 1998. The Endogenity of the Optimum Currency Area Criteria.

The Economic Journal

108, 1009-1025.

Jikang and Yin. 2005. Is East Asia Suitable for a Monetary Union.

Fudan

University

.

Jong, et al. 2006. What Drives Business Cycle Synchronization in OECD

Countries?.

Groningen University

.

Lapipi. 2005.

Analisis Efek Integrasi Ekonomi ASEAN dan Manfaatnya Bagi

Perdagangan Negara-Negara ASEAN

[Thesis]. Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia.

Maeyta, S. 2005.

Implikasi Pemberlakuan Persetujuan Perdagangan Bebas AFTA

dan ASEAN+3 FTA Terhadap Perdagangan Furniture Indonesia

[Thesis].

Magister Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.


(6)

54

Mankiw, N. G. 2000.

Pengantar Ekonomi

. Jilid 2. Munandar dan Salim

[penerjemah]. Sumiharti dan Kristiaji [editor]. Erlangga, Jakarta.

Nachrowi, D. dan Usman, H. 2006.

Pendekatan Populer dan Praktis

EKONOMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.

LP-FEUI.

Rana, P. 2007. Trade Intensity and Business Cycle Synchronization: The Case of

East Asia.

ADB Working Paper Series on Regional Economic Integration

No. 10.

Ricardo, R. 2007.

Analisis Keterkaitan Besaran Moneter Bebas Bunga dan

Mengandung Bunga Dengan Business Cycle dan Inflasi Indonesia

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional

(International Economic)

. Edisi kelima.

Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Shin, K. dan Shon, C. 2005. Trade and Financial Integration in East Asia: Effects

on Co-movements.

CITS working paper

.

Shin, K. and Wang, Y. 2004. Trade Integration and Business Cycle

Co-movements: the case of Korea with other Asian Countries.

Japan and the

World Economy

16 (2004) pp. 213-230.

Teng, K. and W. Cho. 2007. Trade Integration and Business Cycle

Synchronization: the Case of India, China with ASEAN-5.

Journal of

Asian Economics

.

Torres and Vela. 2003. Trade Integration and Synchronization between the

business cycles of Mexico and the United States.

The North American

Journal Of Economics and Finance

.

Wahyu, W. 2007.

Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Widarjono, A. 2007.

Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis

.

Yogyakarta: Ekonisia FE UII.