CHINA HASIL DAN PEMBAHASAN

output Jepang yang negatif dan nilai intensitas perdagangan yang tinggi menunjukkan lemahnya hubungan antara korelasi output dengan intensitas perdagangan Indonesia terhadap Jepang. Variabel perdagangan intra industri Jepang, Korea dan Malaysia memiliki nilai yang tinggi dengan masing-masing bernilai 0.9104, 0.9020, 0.8843. Korelasi output yeng negatif dan nilai perdagangan intra industri yang tinggi juga menujukkan lemahnya hubungan korelasi output dengan perdagangan intra industri Indonesia terhadap Jepang.

4.1 CHINA

Hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode panel data didapatkan bahwa model 1, model 2 dan model 3 untuk China menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan random effect. Tabel 5 menunjukkan pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3. Tabel 5. Sinkronisasi Business Cycle China dengan ASEAN+3 Wx Wm Wt IIT Dspill Mon ER Model 1 -2.9696 0.4761 0.0001 0.1836 0.0897 Model 2 2.0723 0.3924 -0.0001 0.1794 0.0926 Model 3 -0.0648 0.4603 0.0001 0.1806 0.0912 Keterangan: Signifikan pada 1 persen Signifikan pada 5 persen Signifikan pada 10 persen Sumber: CEIC 2007, diolah. Dapat dilihat pada model 1, model 2 dan model 3 variabel intensitas perdagangan tidak memiliki nilai yang signifikan pada taraf nyata 1, 5 atau 10 persen baik dari sisi ekspor, impor maupun total perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan antara China dengan ASEAN+3 belum mempengaruhi sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3. Variabel perdagangan intra industri memiliki nilai yang signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model 1 dan model 3 serta memiliki nilai yang signifikan pada taraf nyata 5 persen untuk model 2 dengan masing-masing koefesien sebesar 0.4761, 0.4603 dan 0.3924. Hasil tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya perdagangan intra industri akan semakin meningkatkan sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3. Variabel koordinasi kebijakan nilai tukar juga memiliki nilai yang signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model 1, model 2 dan model 3 menunjukkan meningkatnya koordinasi kebijakan nilai tukar China dengan ASEAN+3 akan meningkatkan sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3.

4.2 JEPANG