akan meningkatkan ekspor dan impor dari business cycle karena adanya fluktuasi permintaan, hal ini terjadi akibat meningkatnya pendapatan suatu negara sehingga
permintaan barang dari luar negeri pun meningkat. Kedua, teori perdagangan memperkirakan oppeness trade akan meningkatkan spesialisasi dalam berproduksi
dan pattern dari perdagangan inter industri dalam perdagangan internasional. Jika business cycle
didominasi oleh guncangan industri yang spesifik, perdagangan akan menyebabkan spesialisasi sehingga mengurangi korelasi business cycle.
Bagaimanapun, jika perdagangan didominasi oleh perdagangan intra industri maka apabila terjadi guncangan industri yang spesifik akan membuat business
cycle menjadi lebih simetri Jong, et al., 2006.
Integrasi keuangan juga dapat mempengaruhi sinkronisasi business cycle. Integrasi keuangan dapat menghasilkan derajat sinkronisasi business cycle yang
lebih tinggi yang disebabkan oleh efek dari sisi permintaan. Contagion effect yang diteruskan melalui integrasi keuangan juga dapat meningkatkan efek spill-over
antar negara dikarenakan fluktuasi makroekonomi. Integrasi keuangan dapat menstimulasi spesialisasi dalam berproduksi melalui re-alokasi modal, konsisten
dengan kemampuan komparatif negara-negara tersebut. Spesialisasi dalam berproduksi, yang dapat mengakibatkan terjadinya guncangan industri spesifik
suatu negara, akan mengurangi sinkronisasi business cycle Jong, et al., 2006.
2.5. Penelitian Terdahulu
Calderon, Chong, and Stein 2003 meneliti pengaruh intensitas perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle di negara-negara berkembang.
Dengan menggunakan instrumen variabel dan gravity model didapatkan hasil bahwa negara-negara dengan tingkat perdagangan bilateral yang tinggi memiliki
sinkronisasi business cycle yang tinggi pula. Serta didapatkan juga hasil bahwa dampak dari integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle antar
negara industri lebih tinggi dibandingkan antar negara berkembang dan negara industri-negara berkembang.
Shin dan Wang 2004 menemukan setidaknya ada dua hubungan antara business cycle co-movements
dengan meningkatnya pedagangan. Pertama, jika guncangan permintaan menyebabkan ledakan di suatu negara, akan menyebabkan
terjadinya spill-over pada partner dagang negara tersebut. Hal ini dikarenakan meningkatnya volume impor negara tersebut. Kedua, meningkatnya perdagangan
akan membuat semakin terkoordinasinya kebijakan fiskal dan moneter diantara negara-negara tersebut. Hasil dari penelitian mereka menujukkan bahwa
perdagangan intra-industri merupakan hal utama yang mempengaruhi sinkronisasi business cycle
diantara negara ASEAN+3. Teng and Wai 2006 meneliti tentang pengaruh dari integrasi
perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle antara Cina dan India terhadap negara ASEAN-5 menggunakan metode Pooled regression dan Seemingly
unrelated regression . Hasil yang didapatkan adalah bahwa perdagangan intra
industri merupakan faktor utama yang membuat business cycle Cina dan India lebih tersinkronisasi terhadap perekonomian negara ASEAN-5.
Rana 2007 menguji apakah meningkatnya intensitas perdagangan diantara negara asean akan meningkatkan sinkronisasi business cycles di kawasan
tersebut. Penelitiannya berdasarkan dari penelitian Shin dan Wang 2004, dengan mempeluasnya dalam dua hal: 1 dengan meningkatkan spesifikasi dari
persamaan hubungan business cycle, 2 menambah jumlah data, yaitu dengan memasukkan periode setelah terjadinya krisis keuangan di kawasan asean. Hasil
dari penelitiannya menunjukkan bahwa pergerakan dari business cycle negara- negara tersebut lebih dipengaruhi oleh perdagangan intra-industri dibandingkan
dengan perdagangan intra-industri. Lebih lanjut Rana juga menemukan bahwa dimungkinkan berlakunya mata uang tunggal pada kawasan ini.
2.6. Kerangka Pemikiran