meningkatkan sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3. Sehingga dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya integrasi
perdagangan hanya akan berdampak negatif terhadap sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3.
4.5 MALAYSIA
Hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode panel data didapatkan bahwa model 1 untuk Malaysia menggunakan estimasi
regresi dengan pendekatan random effect sedangkan untuk model 2 dan model 3 menggunakan pendekatan fixed effect. Tabel 9 menunjukkan pengaruh
integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle Malaysia dengan
ASEAN+3. Tabel 9. Sinkronisasi Business Cycle Malaysia dengan ASEAN+3
Wx Wm
Wt IIT
Dspill Mon
ER Model 1
1.0635 0.5275
0.0002 0.0314
-0.019 Model 2
-1.6666 0.7221
-0.0002 0.0138
-0.2092 Model 3
1.8592 0.6337
-0.0003 0.0093
-0.3605 Keterangan:
Signifikan pada 1 persen Signifikan pada 5 persen
Signifikan pada 10 persen Sumber: CEIC 2007, diolah.
Meningkatnya intensitas perdagangan tidak berpengaruh terhadap meningkatnya sinkronisasi business cycle Malaysia dengan ASEAN+3
ditunjukkan oleh model 1, model 2 dan model 3 dimana variabel intensitas perdagangan tidak memiliki nilai yang signifikan pada taraf nyata 1, 5 atau 10
persen. Variabel perdagangan intra industri memiliki nilai yang signifikan untuk
semua model dengan masing-masing koefisien sebesar 0.5275, 0.7221 dan 0.6337, menunjukkan meningkatnya perdagangan intra industri akan semakin
meningkatkan sinkronisasi business cycle Malaysia dengan ASEAN+3. Variabel demand spillover
memiliki koefisien yang negatif pada model 2 dan model 3 namun tidak signifikan sehingga tidak berpengaruh terhadap sinkronisasi business
cycle Malaysia dengan ASEAN+3. Variabel koordinasi kebijakan moneter dan
nilai tukar juga tidak memiliki nilai yang signifikan terhadap semua model, menunjukkan semakin terkoordinasinya kebijakan moneter dan kebijakan nilai
tukar tidak akan mempengaruhi sinkronisasi business cycle Malaysia dengan ASEAN+3.
4.6 FILIPINA
Hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode panel data didapatkan bahwa model 1 untuk Filipina menggunakan estimasi
regresi dengan pendekatan random effect sedangkan untuk model 2 dan model 3 menggunakan pendekatan fixed effect. Tabel 10 menunjukkan pengaruh
integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3. Variabel intensitas perdagangan signifikan pada taraf nyata 1 persen
untuk model 1 , model 2 dan model 3 namun memiliki koefisien yang negatif dengan masing-masing sebesar -31.5212, -14.6843 dan -20.2514, hal tersebut
menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3.
Tabel 10. Sinkronisasi Business Cycle Filipina dengan ASEAN+3
Wx Wm
Wt IIT
Dspill Mon
ER Model 1
-31.5212 -0.1748 0.0018
0.1655 0.0109 Model 2
-14.6843 -0.2474
0.0007 0.0577
0.0224 Model 3
-20.2514 -0.1358
0.0007 0.0702
0.0201
Keterangan: Signifikan pada 1 persen
Signifikan pada 5 persen Signifikan pada 10 persen
Smber: CEIC 2007, diolah.
Variabel perdagangan intra industri memiliki koefisien yang negatif pada semua model namun tidak berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi business
cycle Filipina dengan ASEAN+3. Meningkatnya demand spillover akan
meningkatkan sinkronisasi business cycle Malaysia dengan ASEAN+3, hal ini ditunjukkan oleh model 1, model 2 dan model 3 dimana variabel demand
spillover memiliki nilai positif dan signifikan pada taraf nyata 1 dan 10 persen.
Variabel koordinasi kebijakan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3. Variabel koordinasi
kebijakan nilai tukar signifikan pada taraf nyata 10 persen untuk model 1 serta signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model 2 dan model 3 dengan
masing-masing koefisien sebesar 0.0109, 0.0224 dan 0.0201, menunjukkan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar akan meningkatkan sinkronisasi
business cycle Filipina dengan ASEAN+3. Berdasarkan tabel 10 dapat
disimpulkan meningkatnya intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3
dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh
meningkatnya demand spillover dan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar Filipina dengan ASEAN+3.
4.7 SINGAPURA