Bagaimana ceritanya sehingga lagu Vonis dan Sister in Danger bisa memenangkan

hingga milyaran tapi kiat melakukan “damai” dengan polisi, atau buat KTP masih melalui calo. Atau korupsi juga bisa dalam bentuk ketidak jujuran seperti mencontek yang sudah dianggap hal biasa. Jadi ketika kita sudah bekerja ada hubungannya tuh antara nyontek, tidak jujur dengan korupsi maling duit atau menyuap. Atas dasar hal itu semua kami menganggap korupsi merupakan sebuah hal penting yang kami ekspresikan melalui lagu Vonis. Jadi lagu vonis ini seperti rangkuman dari akibat-akibat, penyebab-penyebab dari korupsi dan juga ada sebuah komitmen denga nada lirik dari sumpah pemuda yang kami modifikasi sedikit. Yaaa bisa dibilang lagu ini unek-unek dari simponi melihat kasus korupsi yang tidak pernah selesai.

8. Kemudian mas mul melihat kasus kekerasan terhadap perempuan itu bagaimana dan

seperti apa? Jadi Simponi setiap membuat lagu kami membuat riset kecil-kecilan terhadap isu atau masalah yang mau kami angkat dengan baca koran, melihat media sosial dan nonton tv. Pada 2012 akhir kami melihat kasus mahasiswi di India diperkosa oleh 20 orang laki-laki di dalam bis. Waktu itu mungkin pemerkosaan sudah banyak terjadi dan kami taunya pemerkosaan terjadi oleh 1 orang laki-laki memperkosa satu orang perempuan, eh di India ternyata terjadi 20 orang laki-laki memperkosa 1 orang perempuan. Kami kaget dan agak shock mendengarnya. Dan kasus ini menjadi gejolak besar di India. Dari situ kami mencari data- data dan ternyata hal tersebut sudah terjadi dimana-mana bahkan di Indonesia. Makin kaget lagi karena pemerkosaan berkelompok susdah terjadi juga di Indonesia. Kami terus belajar mengenai isu pemerkosaan tersebut ternyata pemerkosaan tidak hanya dilakukan oleh orang lain bukan keluarga, sanak saudara tapi dilakukan juga oleh ayah terhadap anak kandungnya, paman perkosa ponakan, kakek perkosa cucu, pacar perkosa pacar bahkan suami perkosa istri juga terjadi. Bagi Simponi ini merupakan pelajaran baru semakin kami belajar mengenai kasus ini kami sadar bahwa kasus pemerkosaan ini tidak se-simple itu. Kami juga langsung ingat kami punya adik perempuan, kita punya pacar perempuan, kita punya ibu perempuan, temen kita juga da yang perempuan, perepmpuan ada disekeliling kita. Pada tahun 2012 kita mendapat data dari komnas perempuan bahwa 12 perempuan menjadi korban pemerkosaan setiap hari di Indonesia. Bahkan saat ini di Indonesia menjadi 35 perempuan setiap hari menjadi korban pemerkosaan. Jika 35 perempuan setiap hari menjadi korban, maka siapa yang menjamin besok lusa bukan keluarga kita? Bukan ibu kita? Bukan adik kita? Bukan pacar kita? Bukan istri kita? Maka lahirlah lagu Sister in Danger setelah kami melakukan riset dan pengumpulan data selam 2 minggu. Kasus ini menjadi lebih personal, karena kami merasa ketakutannya menjadi lebih besar dan dalam karena menyangkut keluarga dan orang-orang disekeliling kita. Ditambah band-band yang membahas mengenai isu kekerasan terhadap perempuan dan anak sangat sedikit. Jadi Simponi merasa bahwa ini menjadi lebih emosional, lebih personal dan masalahnya ternyata lebih serius. Jika soal korupsi okelah uang negara habis namun jika diperkosa seorang perempuan bisa sangat terguncang jiwanya. Kemudian kami mengangkat isu kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi tema diskusi musikal kami. Dari sini kami merasa lebih berguna lagi karena belum banyak laki-laki yang menyuarakan, belum banyak band- band yang menyuarakan lalu pelaku yang paling banyak yaaa kita-kita ini laki-laki. Karena di Negara kita ini menganut budaya patriarki dimana laki-laki lebih dominan, laki-laki lebih disekolahkan dan laki-laki lebih punya kuasa dibanding perempuan. Juga pendidikan di Indonesia ini menjadi salah satu faktor terjadinya pemerkosaan karena kurangnya pendidikan seks sejak dini dan masih menganggap tabu semua yang berbau tentang seks. Oleh karena itu membuat laki-laki yaa menjadi pelaku karena ketika melihat seorang perempuan yaaa kita hanya melihat sebagai objek seksual saja dan melihat lekuk tubuhnya saja. Bahkan ketika kita menganggap rumah menjadi tempat paling aman tapi ternyata sangat banyak perkosaan terjadi di dalam rumah yang dilakukan oleh saudara bahkan orang tua sendiri. Saat ini korban pemerkosaan semakin muda dan pelakunya juga semakin muda, sekarang anak SD sudah bisa memperkosa anak SMP juga sama. Kenapa? Lagi-lagi karena minimnya pendidikan seks sejak dini. Perempuan yang menjadi korban pemerkosaan tidak sering mereka pula yang disalahkan karena memakai pakaian yang terlalu seksi, pakaian yang terlalu minim, pakaian yang terlalu terbuka. Padahal namanya laki-laki kalo memang sudah mau niat memperkosa pasti akan memperkosa biarpun perempuan pakai jilbab dan mukena. Jadi ini bukan soal pakaian, ini merupakan persoalan pola fikir. Kita sebagai laki-laki seringkali menyalahkan atas pakaian yang perempuan kenakan, padahal jika kita mau belajar perkosaan terjadi bukan karena pakaian, tapi karena pola fikir dan relasi kuasa dari seorang laki-laki. Sehingga simponi berfikir isu kekerasan terhadap perempuan dan anak dijadikan sebuah prioritas.