Pakan Perilaku Bio Ekologi Monyet Ekor Panjang

7 khususnya di hutan mangrove dan sungai atau di pinggiran habitat yang terganggu Gummert 2011.

2.1.3 Populasi dan Penyebaran

Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok suatu jenis makhluk hidup yang tergolong dalam satu spesies atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan, dan pada suatu waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu Tarumingkeng 1994. Adapun sifat-sifat khas yang dimiliki suatu populasi adalah kerapatan densitas, sebaran distribusi umur, potensi biotik, sifat genetik, perilaku dan pemencaran disperse. Menurut Gummert 2011 populasi monyet ekor panjang tidak diketahui secara pasti. Populasinya selalu menurun di habitat alaminya dan dimungkinkan bahwa populasinya selalu meningkat di habitat yang dekat dengan pemukiman manusia. Daerah penyebaran monyet ekor panjang adalah Indocina, Thailand, Burma Myanmar, Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Di Indonesia, penyebaran Macaca fascicularis terdapat di Sumatera, Kepulauan Lingga dan Riau, Bangka, Belitung, Kepulauan Tambilan, Kepulauan Natuna, Nias, Jawa dan Bali, Matasari, Bawean, Maratua, Timor, Lombok, Sumba dan Sumbawa Lekagul McNeely 1977.

2.1.4 Pakan

Monyet ekor panjang lebih bersifat omnivore dari langurs. Monyet ekor panjang memakan buah-buahan, biji-bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluska Lekagul Mc Neely 1977. Jenis pakan monyet ekor panjang adalah buah karet Hevea brasiliensis, pucuk padi Oryza sativa dan jagung Zea mays. Pada daerah rawa mangrove monyet ekor panjang juga merupakan satwa yang bersifat frugivore–omnivore karena memakan buah Sonneratia spp. dan Nypa fruticans serta kepiting Crockett Wilson 1980. Ficus spp adalah makanan paling penting bagi kera 8 dan monyet karena jenis ini dapat berdaun muda sepanjang tahun atau berbuah 2- 3 kali setahun. Jenis tumbuhan yang sering dimakan oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil adalah peuris Antidesma montanum, songgom Melanorhoea walichii, butun Barringtonia asiatica, waru Hibiscus tiliaceus, jambu klampok Eugenia cymosa, ketapang Terminalia catapa, kiampelas Ficus ampelas, kopeng Ficus variegata dan kiara Ficus glomerata. Dari jenis-jenis tersebut tumbuhan yang paling disukai adalah butun Barringtonia asiatica, sedangkan berdasarkan tingkatannya vegetasi yang disukai adalah pada tingkat pancang Santosa 1996.

2.1.5 Perilaku

Perilaku adalah gerak-gerik satwaliar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Satwaliar mempunyai berbagai perilaku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Untuk mempertahankan kehidupannya, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang agresif, melakukan persaingan dan bekerjasama untuk mendapatkan pakan, pelindung, pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya Alikodra 2002. Wheatley 1980 membagi aktivitas Macaca fascicularis sebagai berikut : a Makan feeding berupa aktivitas makan meliputi memungut makanan dan prosesnya, termasuk mulai dari mengumpulkan makanan dilakukan pada pohon yang sama. Satwa biasanya tinggal pada pohon yang sama untuk mengunyah makanannya tetapi kadang-kadang memungut makanan dari satu pohon dan mengunyah pada pohon yang lain. Aktivitas makan dibatasi ketika satwa berhenti makan atau meninggalkan pohon. b Penjelajahan ranging berupa aktivitas penjelajahan diantara sumber makanan biasa antar pohon. c Istirahat resting yaitu aktivitas selain aktivitas makan dan penjelajahan, dan kadang-kadang terdapat prilaku grooming. d Berkelahi fighting, aktivitas ini diatandai dengan ancaman mimik muka atau gerakan badan, menyerang dan memburunya serta baku hantam diakhiri dengan kekalahan dari lawannya. 9 e Berkutu-kutuan grooming yaitu aktivitas mencari kotoran atau ekto-parasit dari tubuh sendiri atau tubuh individu lainnya. f Kawin sexsual behavior yaitu hubungan seksual yang dimulai dari pengejaran betina dan diakhiri dengan turunnya jantan dari betina setelah kopulasi. g Bermain playing berupa aktivitas baku hantam terhadap individu lain terutama dilakukan pada anak juvenil. Pada populasi monyet ekor panjang terdapat struktur sosial tersendiri. Satwa yang memiliki hirarki paling atas biasanya seekor jantan dewasa yang disebut sebagai alpha male. Sudah menjadi aturan bahwa kekuasaan satwa dalam kelompok ditentukan oleh peringkatnya. Peringkat tertinggi disebut juga sebagai satwa menangan atau dominant animal dan peringkat paling bawah disebut satwa kalahan atau subordinate animal Chalmers 1980. 2.2. Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang 2.2.1 Ukuran Populasi dan Kepadatan