54 kelerengan 0 – 26 dengan frekwensi perjumpaan sebanyak 2 kali. Frekwensi
perjumpaan monyet ekor panjang tiap kelompok di berbagai kelerengan tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Frekwensi perjumpaan monyet ekor panjang di berbagai kelerengan Kelerengan
Frekwensi perjumpaan kali Kelompok A
Kelompok B Kelompok C
Kelompok D 0 – 26
9 7
5 2
27 – 53 69
19 31
5 54 – 80
6 1
17 4
Secara keseluruhan monyet ekor panjang di HPGW lebih sering ditemukan pada kelerengan 27 – 53 dengan frekwensi perjumpaan sebanyak 124 kali dan
perjumpaan terendah adalah 23 kali pada kelerengan 0 – 26 . Sedangkan perjumpaan pada kelerengan 54 – 80 terjadi sebanyak 28 kali.
Hasil perhitungan statistik dengan metode Chi square menunjukan terdapat hubungan antara frekwensi perjumpaan kelompok monyet ekor panjang dengan
kelerengan P-Value 0,05. Kondisi ini mengindikasikan bahwa terdapat preferensi monyet ekor panjang terhadap kelerengan. Hasil perhitungan statistik
uji hubungan antara frekwensi perjumpaan kelompok monyet ekor panjang dengan kelerengan menggunakan metode Chi square selengkapnya tersaji pada
Lampiran 6.
5.3.3 Kondisi Biotik Struktur Vegetasi
Analisa vegetasi dilakukan di empat lokasi dimana ditemukan kelompok monyet ekor panjang. Lokasi-lokasi tersebut meliputi lokasi pertama adalah di
sekitar Stasiun Relay TVRI Gunung Walat dimana ditemukan Kelompok A. Lokasi kedua adalah habitat di sekitar belakang camp atau komplek bangunan
utama di HPGW dimana ditemukan kelompok B. Lokasi ketiga adalah habitat di sekitar rumah air atau bak penampungan utama air bagi keperluan kegiatan di
basecamp HPGW dimana ditemukan Kelompok C. Lokasi keempat adalah habitat sekitar Daerah Aliran Sungai DAS dimana ditemukan Kelompok D.
Berdasarkan hasil analisa vegetasi yang dilakukan di empat lokasi, ditemukan dua puluh jenis tumbuhan. Jumlah jenis vegetasi berdasarkan hasil
55 analisis vegetasi dari tiap habitat kelompok monyet ekor panjang di HPGW
disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah jenis vegetasi pada tiap habitat ditemukannya monyet ekor
panjang Habitat
Jumlah jenis Semai
Pancang Tiang
Pohon Kelompok A
4 6
2 6
Kelompok B 12
9 1
6 Kelompok C
7 16
4 7
Kelompok D 2
2 2
6
Komposisi tumbuhan tingkat semai
Hasil analisa vegetasi di habitat monyet ekor panjang Kelompok A ditemukan 4 jenis. Jenis harendong memiliki kerapatan paling tinggi dan terendah
adalah ki sireum. Pada habitat kelompok B, ditemukan 12 jenis tingkat semai dengan kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis sasah. Pada habitat kelompok C
ditemukan 7 jenis tingkat semai, jenis sasah memiliki kerapatan tertinggi. Pada habitat kelompok D, hanya ditemukan 2 jenis yaitu puspa dan rambutan yang
memiliki kerapatan sama. Kerapatan tumbuhan tingkat semai di tiap habitat ditemukannya kelompok monyet ekor panjang tersaji pada Tabel 16. Hasil analisa
vegetasi tingkat semai selengkapnya tersaji pada Lampiran 7. Tabel 16. Tiga jenis vegetasi tingkat semai dengan kerapatan tertinggi pada lokasi
penelitian
No Nama Daerah
Nama Latin Famili
Kerapatan Ind.ha
Habitat Kelompok A
1 2
3 Harendong
Ki Huru Kopo
Bellucia axinanthera Triana Macaranga rhizinoides BL
Muell Eugenia subglauca K V
Melastomataceae Euphorbiaceae
Myrtaceae 625
417 417
Habitat Kelompok B
1 2
3 Sasah
Puspa Ki Teja
Symplocos javanica Kurz Schima wallichii DC Korth
Machilus rimosa BL Symplocaceae
Theaceae Lauraceae
3.333 1.874
833
Habitat Kelompok C
1 2
3 Sasah
Teurep Ki Huru
Symplocos javanica Kurz Artocarpus elastica Reinw
Macaranga rhizinoides BL Muell
Symplocaceae Moraceae
Euphorbiaceae 3.333
625 625
Habitat Kelompok D
1 2
Puspa Rambutan
Schima wallichii DC Korth Nephelium lappaceum
Theaceae 208
Sapindaceae 208
56
Komposisi tumbuhan tingkat pancang
Hasil analisa vegetasi tingkat pancang di empat habitat monyet ekor panjang menunjukan jumlah jenis yang bervariasi. Pada habitat Kelompok A ditemukan 6
jenis tumbuhan tingkat pancang, kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis harendong dan huru batu memiliki kerapatan terendah. Berbeda dengan habitat Kelompok A,
pada habitat Kelompok B jumlah jenis yang ditemukan lebih banyak yaitu 9 jenis tingkat pancang. Kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis harendong dan rambutan
memiliki kerapatan terendah. Habitat Kelompok C memiliki jenis tumbuhan tingkat pancang paling banyak yaitu 16 jenis. Jenis puspa dan jangkurang
memiliki kerapatan tertinggi, sedangkan mahoni memiliki kerapatan terendah. Pada habitat Kelompok D hanya ditemukan 2 jenis tumbuhan tingkat pancang
yaitu puspa dan harendong. Kerapatan tertinggi dimiliki oleh puspa dan kerapatan terendah dimiliki oleh harendong. Kerapatan tumbuhan tingkat pancang di tiap
habitat ditemukannya kelompok monyet ekor panjang tersaji pada Tabel 17. Hasil analisa vegetasi tingkat pancang selengkapnya tersaji pada Lampiran 8.
Tabel 17. Tiga jenis vegetasi tingkat pancang dengan kerapatan tertinggi pada lokasi penelitian
No Nama Daerah
Nama Latin Famili
Kerapatan Ind.ha
Habitat Kelompok A
1 2
3 Harendong
Kayu afrika Puspa
Bellucia axinanthera Triana Maesopsis eminii Engl
Schima wallichii DC Korth Melastomataceae
Rhamnaceae Theaceae
800 233
100
Habitat Kelompok B
1 2
3 Harendong
Ki anjing Puspa
Bellucia axinanthera Triana Syzigium iyantum
Schima wallichii DC Korth Melastomataceae
Myrtaceae Theaceae
400 333
267
Habitat Kelompok C
1 2
3 Puspa
Jangkurang Kayu afrika
Schima wallichii DC Korth ?
Maesopsis eminii Engl Theaceae
? Rhamnaceae
100 100
67
Habitat Kelompok D
1 2
Puspa Harendong
Schima wallichii DC Kort Bellucia axinanthera Triana
Theaceae Melastomataceae
167 33
Komposisi tumbuhan tingkat tiang
Hasil analisa vegetasi tingkat tiang di tiap habitat ditemukannya kelompok monyet ekor panjang memiliki jumlah jenis yang paling sedikit dibandingkan
dengan jumlah jenis pada tingkat semai, pancang dan pohon. Pada habitat Kelompok A hanya ditemukan 2 jenis tingkat tiang yaitu kayu afrika dan ki
57 anjing. Kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis ki anjing. Pada habitat Kelompok B
hanya ditemukan 1 jenis tingkat tiang yaitu harendong. Habitat Kelompok C memiliki jumlah jenis paling banyak yaitu 4 jenis tumbuhan tingkat tiang dengan
kerapatan tertinggi dimiliki oleh puspa dan kerapatan terendah dimiliki oleh jenis harendong. Pada Habitat Kelompok D juga hanya ditemukan 2 jenis tumbuhan
tingkat tiang puspa dan harendong. Kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis puspa. Kerapatan tumbuhan tingkat tiang di tiap habitat ditemukannya kelompok monyet
ekor panjang tersaji pada Tabel 18. Hasil analisa vegetasi tingkat tiang selengkapnya tersaji pada Lampiran 9.
Tabel 18. Tiga jenis vegetasi tingkat tiang dengan kerapatan tertinggi pada lokasi penelitian
No Nama Daerah
Nama Latin Famili
Kerapatan Ind.ha
Habitat Kelompok A
1 2
Kayu afrika Ki anjing
Maesopsis eminii Engl Syzigium iyantum
Rhamnaceae Myrtaceae
33 8
Habitat Kelompok B
1 Harendong Bellucia axinanthera Triana
Melastomataceae 25
Habitat Kelompok C
1 2
3 Puspa
Kayu afrika Ki Teja
Schima wallichii DC Kort Maesopsis eminii Engl
Machilus rimosa BL Theaceae
Rhamnaceae Lauraceae
33 25
16
Habitat Kelompok D
1 2
Puspa Harendong
Schima wallichii DC Kort Bellucia axinanthera Triana
Theaceae Melastomataceae
17 8
Komposisi tumbuhan tingkat pohon
Hasil analisa vegetasi pada tingkat pohon di tiap habitat ditemukannya kelompok monyet ekor panjang tidak menunjukan adanya variasi jumlah jenis,
masing-masing habitat yaitu Kelompok A, B dan D memiliki 6 jenis tumbuhan tingkat pohon dan hanya pada habitat Kelompok C yang memiliki 7 jenis
tumbuhan tingkat pohon. Pada habitat Kelompok A kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis Pinus merkusii dan kerapatan terendah dimiliki oleh jenis puspa dan
sempur. Pada habitat Kelompok B, jenis puspa memiliki kerapatan tertinggi dan kayu afrika memiliki kerapatan terendah. Pada habitat Kelompok C, Pinus
merkusii memiliki kerapatan tertinggi dan tereup memiliki kerapatan terendah. Pada habitat Kelompok D, kerapatan tertinggi dimiliki oleh jenis puspa dan
kerapatan terendah dimiliki oleh jenis mahoni. Kerapatan tumbuhan tingkat pohon
58 di tiap habitat ditemukannya kelompok monyet ekor panjang tersaji pada Tabel
19. Hasil analisa vegetasi tingkat pohon selengkapnya tersaji pada Lampiran 10. Tabel 19. Tiga jenis vegetasi tingkat pohon dengan kerapatan tertinggi pada lokasi
penelitian
No Nama Daerah
Nama Latin Famili
Kerapatan Ind.ha
Habitat Kelompok A
1 2
3 Pinus
Kayu afrika Harendong
Pinus merkusii Jung et de Vriese Maesopsis eminii Engl
Bellucia axinanthera Triana Pinaceae
Rhamnaceae Melastomataceae
175 23
6
Habitat Kelompok B
1 2
3 Puspa
Agathis Kayu afrika
Schima wallichii DC Kort Agathis lorantifolia Salish
Maesopsis eminii Engl Theaceae
Araucariaceae Rhamnaceae
177 8
2
Habitat Kelompok C
1 2
3 Pinus
Kayu afrika Puspa
Pinus merkusii Jung et de Vriese Maesopsis eminii Engl
Schima wallichii DC Kort Pinaceae
Rhamnaceae Theaceae
100 52
52
Habitat Kelompok D
1 2
3 Puspa
Pinus Agathis
Schima wallichii DC Kort Pinus merkusii Jung et de Vriese
Agathis lorantifolia Salish Theaceae
Pinaceae Araucariaceae
106 56
46
Potensi Tumbuhan Pakan
Pakan adalah komponen habitat yang sangat penting bagi kelangsungan hidup satwa liar. Menurut Bismark 1984 sumber makanan, kualitas dan
distribusi makanan primata sangat tergantung pada tipe dan keadaan habitat yang dihuni oleh primata termasuk monyet ekor panjang. Tumbuhan pakan merupakan
salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan populasi satwaliar, termasuk monyet ekor panjang.
Informasi tumbuhan pakan monyet ekor panjang di HPGW diperoleh berdasarkan wawancara dengan petugas Bapak Lilik, masyarakat sekitar Bapak
Udin dan pengamatan di lapangan. Berdasarkah hasil pengamatan monyet ekor panjang di HPGW memanfaatkan sepuluh jenis pohon dalam beraktifitas dan
tujuh diantaranya adalah jenis tumbuhan pakan. Jenis tumbuhan pakan tersebut adalah Pinus Pinus merkusii, Puspa Schima wallici, kayu afrika Maesopsis
eminii, harendong Bellucia axinanthera, agathis Agathis lorantifolia, teurep Arthocarpus elastica dan tepus Amomum coccineum.
Selain itu terdapat jenis tumbuhan buah-buahan yang ditanaman di sekitar basecamp HPGW yang menjadi tanaman pakan monyet ekor panjang seperti
59 jambu biji Psidium guajava, cempedak Artocarpus integer, matoa Pometia
pinnata, manggis Garcinia mangostana L, nangka Artocarpus integra, mangga Mangifera indica, pisang Musa sp. Jenis tanaman pakan lain yang
sering dimakan monyet ekor panjang adalah ubi kayu Manihot utilisima. Informasi lain menyebutkan bahwa monyet ekor panjang memakan laron, ulat
daun pisang sebagai sumber protein. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap kelompok monyet ekor panjang
di HPGW terdapat variasi jumlah jenis tumbuhan pakan. Monyet ekor panjang Kelompok A paling banyak memanfaatkan tumbuhan pakan jenis Pinus merkusii
sebesar 69 dan paling sedikit memanfaatkan jenis puspa sebesar 1 . Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan monyet ekor panjang Kelompok
A tersaji pada Gambar 16.
Gambar 16 Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan Kelompok A
Berbeda dengan Kelompok A, Kelompok B memanfaatkan tumbuhan pakan sebanyak 5 jenis. Jenis kayu afrika paling banyak dimakan Kelompok B sebesar
33 dan yang paling sedikit dimanfaatkan adalah jenis puspa 6 . Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan monyet ekor panjang Kelompok B tersaji
pada Gambar 17.
Pinus 69
Puspa 1
Afrika 20
Harendong 10
60
Gambar 17 Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan Kelompok B Kelompok C memanfaatkan 5 jenis sebagai tumbuhan pakan. Jenis kayu
afrika paling banyak dimanfaatkan Kelompok C sebesar 30 dan paling sedikit jenis harendong sebesar 2 . Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan
monyet ekor panjang Kelompok C tersaji pada Gambar 18.
Gambar 18 Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan Kelompok C
Pinus 24
Puspa 6
Kayu afrika 33
Harendong 9
Agathis 28
Pinus 29
Puspa 10
Kayu afrika 30
Harendong 2
Agathis 29
61 Kelompok D memanfaatkan 6 jenis tumbuhan pakan. Jenis agathis paling
banyak dimanfaatkan oleh Kelompok D sebesar 49 dan jenis yang paling sedikit dimanfaatkan adalah tepus, tereup dan harendong masing-masing sebesar 1
. Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan monyet ekor panjang Kelompok D tersaji pada Gambar 19.
Gambar 19 Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan Kelompok D Secara keseluruhan, prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan oleh
monyet ekor panjang di HPGW tersaji pada Gambar 20.
Gambar 20 Prosentase tumbuhan pakan yang dimanfaatkan semua kelompok
Pinus 5
Puspa 44
Harendong 1
Agathis 49
Tepus Tereup
1
Agathis 30
Pinus 27
Puspa 20
Kayu afrika 18
Harendong 5
Teurep Tepus
62 Jumlah jenis tumbuhan pakan di HPGW lebih sedikit dibandingkan dengan
di tempat lain. Seperti pada penelitian Kusmardiastuti 2010 terdapat 28 jenis tumbuhan pakan di SM Paliyan Yogyakarta dan 26 jenis tumbuhan pakan di hutan
Kaliurang Yogyakarta. Jumlah jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang di HPGW juga lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian Surya 2010 di
Lampung, tumbuhan pakan monyet ekor panjang di hutan primer sebanyak 15 jenis, di hutan sekunder ditemukan 23 jenis, di hutan pantai 14 jenis dan di kebun
campuran 25 jenis. Berdasarkan bagian tumbuhan pakan yang dimakan oleh monyet ekor
panjang di HPGW, semua kelompok dominan memakan buah. Bagian tumbuhan yang dimakan monyet ekor panjang per jenis tumbuhan tersaji pada Gambar 21
dan Tabel 20.
a b
c d
Gambar 21 Beberapa jenis buah yang dimakan oleh monyet ekor panjang di HPGW : a harendong b kayu afrika c agathis d pinus
63 Tabel 20 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang di
HPGW No
Jenis Bagian yang dimakan
1 Pinus merkusii
Buah 2
Puspa Daun
3 Kayu afrika
Buah 4
Harendong Buah
5 Agathis
Buah 6
Tereup Buah
7 Tepus
Hati pada batang Sesuai dengan hasil pengamatan, Kelompok A dominan memakan buah
sebesar 99 dan sebesar 1 memakan daun. Kelompok B juga dominan memakan buah sebesar 94 dan daun sebesar 6 . Kelompok C dominan
memakan buah sebesar 90 dan memakan daun sebesar 10 . Berbeda dengan kelompok lainnya, Kelompok D dominan memakan buah sebesar 55 , memakan
daun sebesar 44 dan memakan hati batang sebesar 1 . Apabila dilihat dari struktur pertumbuhan vegetasi maka jenis pinus tidak
lagi memiliki tingkat semai, pancang dan tiang. Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan dan diduga akan punah di masa mendatang. Berbeda halnya
dengan jenis puspa, kayu afrika, harendong dan agathis memiliki struktur pertumbuhan yang lengkap sehingga jenis-jenis ini di duga akan lestari pada masa
yang akan datang.
5.4. Faktor Dominan Komponen Habitat