Komposisi semai, semakperdu, herba , liana, rotan dan pandan

dimungkinkan adanya penyebaran biji oleh angin. Menurut Whitten et al. 1984, di ekosistem padang Bangka dan Belitung didominasi oleh pohon kecil seperti Baeckia frutescens dan Malaleuca cajuputi. Pada lokasi penelitian, sapu padang Baeckia frutescens tidak mendominasi. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kepadatan rumput di Padang, sehingga persaingan unsur hara cukup tinggi baik intraspecies maupun interspecies.

5.1.1 Komposisi semai, semakperdu, herba , liana, rotan dan pandan

Hasil analisis vegetasi semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan yang dilakukan pada 100 plot pengamatan di Rimba, diperoleh 119 spesies tumbuhan yang terdiri dari 72 spesies semai, 6 spesies semakperdu, 12 spesies herba, 27 spesies liana dan 2 spesies rotan. Spesies tumbuhan yang paling dominan di Rimba yaitu samak Syzygium lepidocarpa dengan INP 20,20 dan kerapatan 13.475 indha Tabel 5. Tabel 5 Indeks Nilai Penting semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili INP 1. Samak Syzygium lepidocarpa Myrtaceae 20,20 2. Betor Padi Calophyllum depressinervosum Clusiaceae 16,23 3. Singkang Syzygium lineatum Myrtaceae 11,24 4. Kelebantuian Syzygium euneura Myrtaceae 10,20 5. Sisilan Syzygium rostratum Myrtaceae 7,95 Dominasi spesies dari famili Myrtaceae terlihat pada tabel di atas. Hal ini disebabkan oleh kemampuan adaptasi beberapa anggota famili Myrtaceae pada lahan hutan kerangas yang miskin hara. Dalam penelitian Brunig 1974 yang meneliti hutan kerangas di Sarawak, juga diperoleh anggota famili Myrtaceae yang relatif banyak. Kelima spesies diatas merupakan spesies dari tingkat semai. Keberadaan semakperdu, herba sebagai spesies pionir tidak mendominasi, karena kondisi ekosistem di Rimba relatif sudah mencapai klimaks. Spesies tumbuhan dengan INP terendah terdiri dari beberapa spesies diantaranya girak Symplocos adenophylla, menterasan Memecylon olygoneurum dan libut Edospermum diadenum yaitu 0,14. Rentang nilai INP tertinggi dan terendah cukup besar, dan hal ini menunjukkan penguasaan spesies dengan INP teringgi di Rimba relatif tinggi dari 119 spesies yang ada disana. Tingginya heterogenitas spesies di Rimba ditunjukkan dengan ditemukannya 23 spesies dalam satu plot berukuran 2 x 2 m 2 Gambar 4. Data seluruh nilai penting semai, semak perdu, herba, liana, rotan dan pandan di Rimba dapat dilihat pada Lampiran 3 Gambar 4 Plot ditemukannya jumlah spesies tumbuhan terbanyak. Hasil analisis vegetasi di Bebak diperoleh 110 spesies tumbuhan yang terdiri dari 61 spesies semai, 9 spesies semakperdu, 16 spesies herba, 22 spesies liana, 1 spesies rotan dan 1 spesies pandan. Nilai penting tertinggi yaitu pulas Guioa pleuropteris sebesar 12,57 dengan kerapatan 3.600 indha dan kelebantuian Syzygium euneura sebesar 12,09 dengan kerapatan 3.025 indha Tabel 6. Salah satu spesies dengan nilai penting terkecil yaitu pansi Elaeocarpus palembanicus 0,15 dan kerapatan 25 indha. Beberapa liana yang ditemukan yaitu akar ibu Lygodium microphyllum, akar kuaya Dalbergia rostrata dan akar geruntang tangga Salacia oblongifolia. Data seluruh nilai penting semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 6 Indeks Nilai Penting semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan di Bebak No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili INP 1. Pulas Guioa pleuropteris Sapindaceae 12,57 2. Kelebantuian Syzygium euneura Myrtaceae 12,09 3. Tenam Psychotria viridiflora Rubiaceae 11,21 4. Jemang Rhodamnia cinerea Myrtaceae 10,28 5. Seru Schima wallichii Theaceae 9,42 Hasil analisis vegetasi di Padang diperoleh 31 spesies tumbuhan yang terdiri dari 8 spesies semai, 3 spesies semakperdu, 16 spesies herba dan 2 spesies liana. Nilai penting tertinggi sebesar 51,14 yaitu kucai padang Fimbristylis sp. dengan kerapatan 85.250 indha Tabel 7 dan seluruh data nilai penting semai, semak perdu, herba dan liana, rotan dan pandan di Padang dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 7 Indeks Nilai Penting semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan di Padang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili INP 1. Kucai Padang Fimbristylis sp. Cyperaceae 51,14 2. Jenis C Eriocaulon sp. Eriocaulaceae 32,67 3. Kerupit Padang Panicum sp. Poaceae 27,53 4. Drosera Drocera burmanii Droceraceae 19,71 5. Rumput Padang bola Rhynchospora aurea Cyperaceae 15,23 Pada plot pengamatan ditemukan salah satu insentivora unik yaitu drosera dengan INP 19,71. Spesies ini seringkali terabaikan dan sangat jarang ditemukan di tempat lain, berwarna merah menyala di lantai Padang Gambar 5a. Selain drosera juga ditemukan salah satu spesies Nepenthes yaitu Nepenthes gracilis yang tumbuh di lantai Padang maupun merambat di semak Gambar 5b. Spesies ini seringkali ditemukan di lahan-lahan teraja seperti di Padang. Ekosistem Padang memang merupakan habitat dari Nepenthes sp. dan Drosera sp. Whitmore 1984. Mansur 2007 menyebutkan bahwa spesies ini memiliki toleransi tinggi terhadap intensitas cahaya tinggi dan dapat juga tumbuh pada tempat-tempat yang terlindungi. Gambar 5 Drosera burmanii yang sudah berbunga a, Nepenthes gracilis yang tumbuh berkelompok di lantai Padang b. Pada saat pengamatan, kondisi tanah yang kering tidak membatasi kehidupan Drosera burmanii. Drosera burmanii tumbuh secara berkelompok di Padang Gambar 6. Pada kondisi tanah yang lembab dan berair pun, drosera A B dapat hidup dengan baik LIPI 2002. Sesuai dengan asas minimun Liebig yang dinyatakan tahun 1840 Odum 1993 dijelaskan bahwa kemampuan hidup suatu spesies pada satu keadaan ekosistem tertentu dipengaruhi oleh kecukupan minimum bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Gambar 6 Drosera burmanii yang tumbuh berkelompok. Jumlah spesies dan individu semai, semakperdu, herba, liana, rotan dan pandan di tiga tipe hutan kerangas relatif bervariasi. Khusus di Rimba dan Bebak, jumlah spesies yang diperoleh cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh letak Rimba yang berbatasan langsung dengan Bebak, sehingga penyebaran biji-biji beberapa spesies tumbuhan di Bebak dapat tumbuh di Rimba dan sebaliknya untuk spesies yang bersifat nomaden. Sedangkan di Padang, jumlah spesies relatif sedikit, namun nilai INP dari 31 speises yang diperoleh sangat tinggi dibandingkan Rimba dan Bebak. Pertumbuhan kucai padang Fimbristylis sp. hampir menutupi seluruh lantai Padang. Spesies ini merupakan pionir yang sudah sangat lama hidup di Padang. Menurut masyarakat sekitar, asal terbentuknya Padang yaitu akibat proses kebakaran hebat yang terjadi pada zaman dahulu ratusan tahun yang lalu. Kebakaran tersebut disebabkan oleh api yang dihasilkan akibat gesekan pohon- pohon di hutan kerangas yang sangat rapat akibat hembusan angin musim kemarau panjang. Sisa kebakaran hutan yaitu berupa hamparan padang rumput yang tidak dapat dikembalikan menjadi hutan lagi Gambar 7. Gambar 7 Ekosistem padang. Padang sebagai satu kesatuan ekosistem juga dijadikan lokasi bagi pelanduk untuk mencari makan, saat tumbuhan hutan berbuah musim bua utan. Salah satu buah yang digemari pelanduk yaitu sekudong pelandok Syzygium buxifolium Gambar 8a. Rasa buahnya seperti rasa jambu air, namun agak sepat dan kering. Selain sekudong pelandok, Gambar 8b juga merupakan spesies tumbuhan yang buahnya enak dimakan yaitu kedindiman Syzygium incarnatum. Gambar 8 Buah sekudong pelandok a, buah kedindiman b.

5.1.2 Komposisi pancang