semai yang mendominasi di Rimba yaitu samak Syzygium lepidocarpa, spesies ini bukan spesies yang mendominasi pada tingkat pancang dan pohon. Demikian
juga yang terjadi di Bebak dan Padang. Pada tingkat pohon di Rimba dan Bebak didominasi seru Schima wallichii. Berdasarkan Mosaic Theory, komposisi dan
dominansi vegetasi di suatu ekosistem akan mengalami perubahan di masa depan Richards 1952 diacu dalam Hikmat 2005. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan tingkat survival suatu spesies tehadap dinamika eksosistem baik secara fisik maupun biotik serta gangguan dari luar.
5.1.4 Keanekaragaman spesies tumbuhan H’
Nilai keanekaragaman spesies tumbuhan tingkat pancang dan pohon di Rimba lebih tinggi daripada di Bebak dan Padang yaitu 3,73 dan 3,09 Gambar
14. Semakin klimaks sebuah ekosistem maka akan diikuti dengan bertambahnya jumlah spesies yang dapat hidup disana pada tingkat semai dan hanya spesies-
spesies tertentu saja yang dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, penurunan nilai keanekaragaman dari tingkat semai menuju tingkat pohon dapat terjadi.
Nilai keanekaragaman tingkat semai di Rimba lebih kecil daripada di Bebak, yaitu 3,86 sedangkan di Bebak 4,03. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah
individu setiap spesies di Rimba tidak terdistribusi secara merata Ludwig Reynolds 1988. Nilai keanekaragaman semai, pancang dan pohon di Padang
sangat rendah dibandingkan Bebak dan Rimba yaitu 2,34; 1,07 dan 0,67. Menurut Wells 1976 diacu dalam McNaughton dan Wolf 1990 menyebutkan bahwa
beberapa spesies mempunyai kemampuan berkoloni yang cepat di tegakan pionir.
Gambar 14 Indeks keanekaragaman spesies tumbuhan di hutan kerangas.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
Semai Pancang
Pohon
Nila i indek
s k
ea nek
a ra
g a
m a
n
Tingkat pertumbuhan
Rimba Bebak
Padang
Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh bervariasi berdasarkan tipe hutan dan tingkat pertumbuhan. Menurut Kissinger 2002 perubahan indeks
keanekaragaman jenis terjadi sebagai akibat dari karakteristik biologis dari hutan yang selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, perubahan
keanekaragaman juga dapat terjadi dalam waktu yang cepat sebagai akibat dari aktivitas manusia atau gejala alam lainnya.
5.1.5 Kekayaan spesies tumbuhan R
Nilai kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai di Rimba dan Bebak tidak berbeda jauh. Nilai kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai di Rimba yaitu
14,35, sedangkan di Bebak 14,44 Gambar 15. Perbedaan yang tidak signifikan ini juga dapat disebabkan oleh kemiripan tipe ekosistem. Bebak merupakan hutan
sekunder bekas ladang yang sudah ditinggalkan selama 10 tahun, sehingga jumlah spesies yang terdapat disana juga cukup banyak, terutama spesies pionir. Menurut
Wells 1976 diacu dalam McNaughton dan Wolf 1990 menyebutkan bahwa beberapa spesies mempunyai kemampuan berkoloni yang cepat di tegakan pionir.
Faktor yang memengaruhi nilai kekayaan spesies yaitu total jumlah individu semua spesies. Semakin besar total jumlah individu semua spesies yang
ditemukan pada suatu ekosistem maka nilai kekayaan akan semakin kecil, dengan pembanding ekosistem kedua memiliki jumlah spesies yang sama namun jumlah
total individu semua spesies lebih kecil Ludwig Reynolds 1988. Pada ekosistem padang, kekayaan spesies tumbuhan tingkat semai, pancang
dan pohon paling kecil, berturut-turut 3,27; 0,78 dan 0,91. Jumlah spesies tumbuhan tingkat pancang dan pohon selain sedikit juga memiliki jumlah individu
yang sedikit. Pada tingkat pancang hanya diperoleh 3 spesies dengan jumlah individu sebanyak 52 indha. Sedangkan pada tingkat pohon hanya diperoleh 2
spesies dengan jumlah individu sebanyak 3 indha. Jumlah ini relatif sangat kecil dan memberikan ciri hutan kerangas khusus atau Padang memiliki kekayaan
spesies tingkat pancang dan pohon yang sangat rendah.
Gambar 15 Indeks kekayaan spesies tumbuhan di hutan kerangas.
5.1.6 Kemerataan spesies tumbuhan E