Hutan Kerangas Tanah Hutan Kerangas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Kerangas

Hutan kerangas merupakan salah satu ekosistem di Sumatera yang dikelompokkan ke dalam uncommon lowland forest bersama 2 tipe ekosistem lainnya yaitu hutan kayu ulin ironwood forest dan ekosistem karst forest on limestone Whitten et al. 1984. Hutan kerangas di Sumatera hanya dapat dijumpai di pulau Bangka dan Belitung, namun dalam area yang kecil juga dapat dijumpai di kepulauan Natuna Whitten et al. 1984. Hilwan 1996 diacu dalam Onrizal et al. 2005 menyebutkan bahwa selain di Belitung, hutan kerangas juga ditemukan di Sumatera dan Singkep. MacKinnon et al. 1996 menyebutkan bahwa hutan kerangas adalah ekosistem khusus dan mudah dikenali di seluruh formasi hutan hujan dataran rendah. Kalimantan memiliki areal hutan kerangas yang paling luas di Indonesia. Hutan kerangas diberi nama heath forest oleh Richard 1996 yang merupakan vegetasi khusus di Sarawak. Deskripsi ilmiah terkait hutan kerangas Kalimantan pertama kali disampaikan oleh Beccari 1904 diacu dalam MacKinnon et al. 1996. Secara umum, hutan kerangas tumbuh di daerah dataran rendah beriklim selalu basah. Di daerah Malesia, hutan kerangas tersebar secara terbatas di Kalimantan Indonesia, Sarawak dan Sabah Malaysia, dan Brunei.Biasanya, banyak ditemukan di daerah yang berbukit-bukit Whitmore 1984. Pulau Belitung didominasi oleh tanah podsol. Hal ini menyebabkan hutan kerangas dan vegetasi padang sebagai ekosistem paling umum dan khas. Sistem perladangan masyarakat asli dalam mengolah tanah, memengaruhi ekosistem setempat. Ekosistem di belitung meliputi ekosistem alami Ai, Rimba, Padang, Pesisir dan Bakau, buatan Ume dan Pekarangan dan suksesi Bebak, Bebak usang, Kelekak dan Kelekak usang Fakhrurrazi 2001.

2.2 Tanah Hutan Kerangas

Hutan kerangas merupakan salah satu hutan penting Indonesia yang tumbuh di atas tanah podsol, tanah pasir kuarsa yang sarang, miskin hara dan pH rendah. Hal ini menyebabkan, hutan kerangas rentan terhadap gangguan Hilwan 1996diacu dalam Onrizal et al. 2005. Kondisi fisik yang berpasir, kering dan gersang memberi kesan tidak produktif pada hutan kerangas. Kegiatan pertanian tidak dapat berlangsung di lahan hutan kerangas. Ekosistemnya mudah rusak dan sulit dikembalikan lagi jika sudah terganggu. Keterbukaan hutan kerangas akan mengakibatkan timbulnya padang savana yang gersang MacKinnonet al.1996. Biasanya tanah di hutan kerangas berasal dari material mineral silika yang tak terpisahkan dengan tekstur yang kasar. Tanah yang terikat di hutan kerangas atau di bawah semak-semak berwarna hitam kecokelatan, hal ini disebabkan oleh dekomposisi bahan organik. Sedangkan di padang terbuka, umumnya berwarna putih dengan ketebalan sekitar 0,5 – 5 cm di sekitar lapisan yang lebih gelap. Tanah di hutan kerangas dikenal dengan nama white-sand soils. White-sand soils terbentuk akibat erosi pantai dan adanya pengangkatan dasar laut ke permukaan. Keadaan yang berlangsung terus-menerus ini akan membangun lapisan yang keras podsol. Deskripsi podsol tropika pertama kali dikemukakan oleh Hardon 1937 diacu dalam Whitten et al. 1984 dari sebuah tanah padang di Pulau Bangka Tabel 1. Tabel 1 Deskripsi podsol dari Pulau Bangka Horizon Kedalaman cm pH Deskripsi A0 0-10 2.7 Sebagian hitam, terdekomposisi material organik yang bercampur dengan kuarsa A1 10-25 3.9 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas lapisan hitam keabuan A2 25-40 6.1 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas lapisan putih keabuan B1 40-70 3.9 Cokelat tua yang kompok dengan pasir kuarsa B2 70-100 4.6 Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas warna cokelatnya Sumber: Hardon 1937 diacu dalam Whitten et al. 1984 Tingkat porositas, pencucian tanah dapat dikatakan tinggi dan cepat sehingga rendah dalam penyimpanan hara. Oleh karena itu, white-sand soils mungkin di antara tanah-tanah yang miskin haranya, tanah ini termasuk yang paling miskin haranya di dunia Mohr et al. 1954 diacu dalam Whitten et al. 1984 Hutan kerangas di Belitung, tumbuh di atas tanah teraja’, yaitu lahan dengan jenis tanah podsol pasir putih, batuan kuarsa dengan lapisan batuan bawahnya kedap air, seperti tanah liat, batu granit dan tanah kaolin. Pada musim hujan sering tergenang dan biasanya air genangan berwarna hitam. Hal ini disebabkan karena adanya lapisan tanah berwarna hitam yang mudah larut Fakhrurrazi 2001. Whitten et al. 1984 juga menyebutkan bahwa air yang mengalir dari hutan kerangas umumnya berwarna kehitaman. 2.3Vegetasi Hutan Kerangas Belum ada survei mendetail terkait hutan kerangas yang diselenggarakan di Bangka ataupun Belitung, sehingga banyak yang mengikuti kajian yang dilakukan di Sarawak dan Brunei. Beberapa aspek hutan kerangas memberi kesan dalam terbatasnya produktivitas karena rendahnya kandungan nutrisi di tanah. Pertama, biomassa hutan kerangas lebih rendah daripada hutan dataran rendah yang tumbuh di atas tanah latosol. Kedua, tumbuhan dengan sumber nutrisi tambahan menunjukkan keadaan yang biasa, misalnya myrmecophytes dan insektivora. Ketiga, hutan kerangas sangat mudah rusak menjadi padang jika dibakar atau ditinggalkan setelah dilakukan ladang berpindah. Spesies yang banyak dijumpai pada ekosistem ini antara lain Calophyllum sp., Garcinia sp., dan Syzygium sp. Whitten et al. 1984. Kissinger 2002 menyebutkan bahwa dari sampel hutan kerangas yang diamatinya, hutan kerangas yang tingkat gangguannya paling tinggi memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah, karena sebarannya cenderung berkelompok. Menurut Hilwan 1996 diacu dalam Onrizal et al. 2005 spesies- spesies yang sering dijumpai terutama Dacrydium elatum, Agathis borneensis, Tristania dan Casuarina sumatrana. Umumnya keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas lebih sedikit jika dibadingkan dengan hutan hujan dataran rendah lainnya Proctor et al. 1983. Satu hal keistimewaan hutan kerangas yang harus diperhatikan yaitu spesiesnya merupakan yang paling menonjol di genus yang ada di Australia. Keterwakilan famili Myrtaceae yang paling jelas di hutan kerangas, khususnya Tritaniopsissp. dan Syzygiumsp.. Spesies lain yang dapat dijumpai yaitu dari famili Rubiaceae, dan Melastomaceae Whitmore 1984. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dimakan hidup di lahan hutan kerangas Belitung yaitu sebagian besar anggota dari famili Myrtaceae, seperti jemang Rhodamia cinerea, keremuntingan Rhodomyrtus tomentosa , keleta’en Melastoma polyanthum dan simpor bini Dillenia suffruticosa, kemudian dari jenis Syzygium dan lainnya dari Ericaceae yaitu perai laki Vaccinium bancanum, perai bini V. bracteatum, dari Clusiaceae seperti melak Garcinia bancana, kiras G.hombroniana dan kandis G.parvifolia, serta dari jenis Rubiaceae antara lain tenam Psychotria viridiflora dan tempala’en Timonius sp.. Kesemua spesies ini amat toleran atau telah teradaptasi dengan baik pada kondisi ekosistem padangan, seperti lahan hutan kerangas yang kurang menguntungkan Fakhrurrazi 2001. Hutan kerangas memiliki karakteristik komposisi vegetasi yang khusus, berbeda dengan hutan campuran dataran rendah pada umumnya. Pohon-pohon tampak pendek dan kurus-kurus. Spesies yang sering dijumpai di Sarawak antara lain Casuarina nobilis, Dacrydium dan Podocarpus Jacob 1988 diacu dalam MacKinnon et al.1996. Berdasarkan penelitian Onrizal 2004, komposisi spesies di hutan kerangas Taman Nasional Danau Sentarum didominasi oleh tingkat pertumbuhan pancang dan sebagian besar anggota famili Dipterocarpaceae. Pada kondisi lantai hutan yang berpasir dan miskin hara, air hujan terserap dengan cepat, sehingga kapasitas tumbuhan mengikat air di akar relatif kecil. Namun tumbuhan di hutan kerangas teradaptasi secara fisiologis yaitu dengan adaptasi morfologi vegetasi hutan kerangas yang kecil dan seragam, daun yang berkilat dan kecil-kecil, hal ini untuk mengurangi besarnya penguapan yang dilakukan Whitmore 1990 diacu dalam MacKinnon et al. 1996. Regenerasi hutan kerangas yang telah terganggu sulit dilakukan karena rendahnya nutrisi dan pH tanah yang terlalu asam. Semaian yang bertahan sangat sedikit, kecuali spesies yang sudah teradaptasi seperti Hoya multiflora, Schizaea dichotoma dan Nepenthes spp. Riswan Kartawinata 1988. 2.4Perlindungan Hutan Kerangas Keberadaan hutan kerangas saat ini dinilai sangat penting. Dalam hal ini, bukan hanya untuk melindungi tumbuhannya lalu diambil kayunya, karena manfaat terpenting hutan kerangas adalah manfaat yang tidak langsung, seperti penyerapan karbon, perlindungan tata air, habitat satwaliar, ekowisata dan lainnya Onrizal 2004. Menurut masyarakat Belitung, lahan dengan jenis tanah teraja’tidak boleh dibuka digarap, karena lahan inimerupakan lingkungan yang amat rawan dan perlu daerah penyangganya yaitu teraja’ malangen. Jenis-jenis tumbuhan buah-buahan liar edibel yang tumbuh di tana teraja ’ berperan penting dalam menjaga kerawanan lahan ini. Kerusakan di lingkungan teraja ’, kemudian hari tak bisa dikembalikan seperti semula Fakhrurrazi 2001 Konsorsium Revisi High Conservation ValueForest HCVF Toolkit Indonesia 2008 menyebutkan bahwa hutan kerangas harus dipertahankan dalam kondisi alami dengan ditambah zona penyangga minimal satu kilometer dimana kegiatan pemanfaatan harus seminimal mungkin. Area hutan kerangas yang utuh ataupun yang telah terganggu saat ini tidak diketahui, tapi mungkin akan terus berkurang. Ini mungkin merupakan ekosistem Sumatera yang paling berbahaya dan harus ditangani sesegera mungkin Whitten et al. 1984.

2.5 Tumbuhan Obat