Karakteristik responden Keanekaragaman Tumbuhan Obat

Hasil analisis vegetasi juga diperoleh belangeran Shorea belangeran. Spesies ini termasuk dalam kategori CR Critically endangered dalam IUCN Red List tahun 2010 yang berarti kritis dan terancam punah. Kayu belangeran merupakan salah satu jenis kayu komersil. Selain belangeran Shorea belangeran, spesies lain yang termasuk dalam status konservasi VU VulnerableRawan IUCN Red List tahun 2010 adalah prepat Combretocarpus rotundatus. Jumlahnya masih berisiko rendah dari kepunahan. Spesies-spesies yang dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 yaitu dari famili Nepenthaceae, diantaranya Nepenthes gracilis, Nepenthes ampularia, Nepenthes rafflesiana dan Nepenthes reinwardtiana. Keempat spesies nepenthes tersebut juga termasuk dalam kategori LC Least ConcernKurang diperhatikan menurut IUCN Red List tahun 2010. Beberapa spesies nepenthes tersebut relatif masih mudah dijumpai baik Rimba, Bebak maupun Padang. Spesies nepenthes yang relatif melimpah yaitu Nepenthes gracilis dan Nepenthes ampularia. Namun keempat spesies nepenthes yang diperoleh tetap memerlukan perhatian khsuus dari pemerintah, karena termasuk dalam kategori Appendix II CITES. Menurut Mardiastuti dan Soehartono 2003 spesies yang termasuk dalam kategori Appendix II CITES merupakan spesies yang ada pada saat ini tidak termasuk ke dalam kategori terancam punah, namun memiliki kemungkinan untuk terancam punah jika perdagangan tidak diatur. Perdagangan terhadap jenis yang termasuk Appendiks II dapat diperbolehkan, selama Management Authority dari negara pengekspor megeluarkan izin ekspor

5.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat

5.2.1 Karakteristik responden

Jumlah responden yang diwawancarai terkait hasil analisis vegetasi yang diperoleh yaitu sebanyak 25 orang. Wawancara dihentikan ketika sudah tidak ada lagi perbedaan khasiat obat yang diperoleh. Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu didominasi oleh masyarakat yang berusia di atas 50 tahun yaitu sebanyak 68 Gambar 18, berlatar pendidikan sekolah dasar sebanyak 84 Gambar 19 dan memiliki pekerjaan utama sebagai buruh harian sebanyak 84 Gambar 20. Beberapa responden yang bekerja sebagai buruh harian juga merangkap pekerjaan lain, misalnya sebagai dukun kampung dan peramu obat tradisional. Namun pekerjaan ini bersifat sosial dan sukarela, bukan mata pencaharian. Jumlah responden didominasi oleh responden laki-laki yaitu 68 dan responden wanita sebanyak 32 dengan nama responden terlampir Lampiran 12. Gambar 18 Persentase usia responden. Masyarakat peramu obat masih mengambil tumbuhan obat langsung dari hutan. Pekerjaan ini dijalankan turun-temurun sesuai dengan pengetahuan yang telah diwariskan. Responden yang diklasifikasikan sebagai peramu adalah orang yang bermata pencaharian sebagai penjual obat tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan obat. Pada kenyataannya kemampuan meramu obat juga dimiliki oleh beberapa responden lainnya yang bermata pencaharian sebagai buruh harian. Sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai buruh harian perkebunan kelapa sawit dan karet yang ada di sekitar hutan. Masuknya perkebunan kelapa sawit dan karet selain mengurangi ketersediaan hutan, juga mengubah pola kehidupan masyarakat sekitar. Sebelum masuknya perkebunan sawit, masyarakat masih menggantungkan hidup dari kawasan hutan. Jam harian masyarakat banyak dihabiskan di rumah atau di hutan. Setelah masuknya perkebunan kelapa sawit, masyarakat menjadi buruh harian dengan pekerjaan yang beragam seperti menebas, mengisi polibag, mendangir, 4 24 4 68 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50 tahun ke atas memupuk dan lainnya. Gambar 19 menunjukkan persentase pekerjaan responden yang diperoleh saat pengambilan data. Gambar 19 Persentase pekerjaan responden. Tingkat pendidikan terakhir responden didominasi oleh tingkat SD. Responden mengaku bahwa bukan hanya karena ketidakmampuan ekonomi untuk sekolah, tetapi juga karena kurangnya motivasi untuk melanjutkan sekolah. Tempat tinggal yang jauh dari sekolah lanjutan juga semakin mengurungkan keinginan mereka untuk bersekolah. Pada saat seperti ini, masyarakat hanya melihat kekayaan perkebunan yang sudah merusak hutan mereka. Aksesibilitas menuju lokasi penelitian sudah diaspal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di sana belum ada aliran listrik dari PLN sehingga masyarakat tetap mempersiapkan genset di rumah-rumah mereka. Gambar 20 Persentase pendidikan terakhir responden. 84 8 4 4 Buruh harian Peramu Ibu rumah tangga Wiraswasta 84 8 8 SD SMPMTs SMA

5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan famili