Salah satu output dari penataan ruang adalah delineasi peruntukan kawasan pola ruang yang terbagi menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Pada
kawasan ini berdasarkan peruntukannya tidak diperbolehkan pemanfaatan lahan untuk kegiatan-kegiatan budidaya. Sebaliknya dengan kawasan budidaya, maka kawasan ini
diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
2.5. Perijinan dalam pemanfaatan lahan 2.5.1. Kawasan Hutan
Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa kawasan hutan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi tiga, yaitu 1 Hutan
Lindung, Hutan Konservasi dan Hutan Produksi. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan pemerintah yang keberadaannya
dipertahankan sebagai hutan tetap. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Hutan Konservasi adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
2.5.2. Kawasan HGU Perkebunan
Perijinan dalam pemanfaatan lahan selain yang telah disebutkan di atas juga dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional dengan mengacu pada UUPA
No. 5 tahun 1960 yang menjelaskan tentang jenis-jenis hak atas tanah yang meliputi: hak milik, hak guna bangunan HGB, hak guna usaha HGU, hak
pakai, hak sewa, hak membuka tanah, dan lain-lain.
2.6. Kesesuaian Lahan
Salah satu metode untuk menentukan kualitas fisik suatu lahan adalah dengan menggunakan penilaian kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan adalah suatu
metode penilaian kualitas lahan dengan menetapkan pengelolaan yang khas agar dapat memperoleh nisbah yang lebih baik antara manfaat dan masukan yang
diperlukan baik berdasarkan pengalaman maupun antisipasi. Jadi penilaian
kesesuaian lahan merupakan sarana untuk menkasir produktivitas usahatani yang dijalankan secara khas Murray dalam Notohadiprawiro, 1991. Penetapan
kesesuaian lahan dapat dilakukan secara mutlak maupun nisbi. Dapat juga ditetapkan berdasarkan keadaan lahan sekarang ataupun keadaan lahan setelah
setelah dilakukan perbaikan secara besar-besaran sehingga ciri-ciri kondisi lahan berubah secara signifikan dan dapat bertahan lama selama lebih dari 10 tahun
FAO dalam
2.7. Ketersediaan Lahan Pertanian
Notohadiprawiro, 1991.
Salah satu problem utama dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani adalah rendahnya luas kepemilikan lahan pertanian. Upaya pengidentifikasian lahan-
lahan tersedia yang dapat diusahakan sebagai lahan pertanian menjadi sangat penting untuk dilakukan. Kondisi aktual penggunaan lahan menunjukkan masih banyaknya
lahan-lahan yang berpeluang untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Tipe penggunaan lahan yang potensial untuk diusahakan misalnya semak belukar dengan
asumsi bahwa lahan berupa semak belukar dapat dikategorikan sebagai lahan terlantarlahan tidur jika kondisinya sudah berlangsung lama. Menurut buku pedoman
teknis optimasi lahan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengelolaan Lahan Dirjen PLA Deptan 1997 terdapat beberapa kriteria lahan terlantar, diantaranya:
• Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Semusim Terlantar adalah lahan pertanian yang tidak diusahakan selama lebih dari 3 musim tanam secara
terus menerus. • Lahan Perkebunan Terlantar adalah lahan perkebunan rakyat yang tidak
diusahakanditinggalkan petani lebih dari 3 tahun berturut-turut karena tidak adanya modalbiaya atau penyebab faktor pembatas lainnya.
• Lahan Terlantar Di Kawasan Peternakan adalah lahan potensial yang tidak diusahakan untuk hijauan makanan ternak HMT dan padang penggembalaan
yang dapat diintegrasikan dengan pengembangan komoditas lainnya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
• Lahan Hortikultura Tahunan Terlantar adalah lahan pada kawasan hortikultura tahunan yang tidak diusahakan oleh petani karena tidak
adanya modalbiaya atau faktor pembatas lainnya.
2.8. Analisis Spasial Dalam SIG