Perencanaan Pengembangan Wilayah Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pengembangan Wilayah

Perencanaan pengembangan wilayah diartikan sebagai suatu kajian sistematis yang meliputi aspek fisik, sosial dan ekonomi yang mendukung dan mengarahkan pemanfaatan sumberdaya secara efisien untuk meningkatkan produktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan Rustiadi et.al., 2003. Kajian perencanaan pengembangan wilayah memiliki sifat-sifat yang berorientasi pada kewilayahan, futuristik dan publik. Selain mengkaji seluruh aspek-aspek kewilayahan baik interaksi maupun interelasinya, dengan sifat futuristiknya membuat prediksi dan peramalan yang dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan publik. Pilar-pilar yang menunjang perencanaan pengembangan wilayah meliputi: 1 Inventarisasi, klasifikasi, dan evaluasi sumberdaya, 2 Aspek Ekonomi, 3 Aspek kelembagaan institusional, 4 Aspek LokasiSpasial Rustiadi et.al., 2003. Sumberdaya merupakan segala bentuk input yang menghasilkan kemanfaatan dalam proses produksi, bisa berupa barang dan jasa. Sumberdaya memiliki sifat langka dan terbatas sehingga dalam pemanfaatannya memerlukan sistem alokasi tertentu. Selain itu secara spasial sumberdaya tersebar secara tidak merata baik kualitas maupun kuantitasnya. Sementara itu pada dasarnya manusia memiliki keinginan yang tak terbatas sehingga sebelum sumberdaya dapat dimanfaatkan perlu dilakukan inventarisasi, klasifikasi dan evaluasi sumberdaya sampai dapat diketahui persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Sifat sumberdaya yang terbataslangka dan tersebar tidak merata menyebabkan pemanfaatan sumberdaya harus dilakukan seefisien dan seefektif mungkin. Dalam tinjauan ekonomi, efisiensi menyangkut 2 aspek yaitu efisiensi produksi dan efisiensi alokasi. Efisiensi produksi berarti meminimumkan biaya seoptimum mungkin untuk menghasilkan satu unit output tertentu, sedangkan efsiensi alokasi merupakan kondisi dimana produksi output menggunakan alokasi sumberdaya yang maksimum dengan harga produksi barang sama dengan biaya marjinalnya. Pemanfaatan sumberdaya yang terbatas dan tersebar tidak merata memerlukan sistem kelembagaan yang mengatur dalam penguasaan maupun pengelolaannya. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat dapat berperan dalam mengatur pembagian tanah atau lahan di masyarakat secara efisien, merata dan berkelanjutan. Aspek spasiallokasi menunjukkan bahwa sumberdaya alam seringkali memiliki lokasi yang melekat dengan posisi geografisnya. Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh perkembangan wilayah di sekitarnya. Fenomena ini menunjukkan adanya interaksi dan keterkaitan antar wilayah yang bentuk dan polanya sangat khas, dipengaruhi oleh jarak dan konfigurasi spasial yang membentuk wilayah-wilayah tersebut. Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa tujuan akhir dari perencanaan pengembangan suatu wilayah adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat yang memperhatikan aspek pemerataan, keberimbangan dan keberlanjutan. Dalam kaitannya dengan perencanaan pengembangan wilayah, sasaran wilayah yang harus mendapat perhatian yang lebih besar adalah pengembangan wilayah perdesaan dimana mayoritas penduduk Indonesia tinggal di wilayah perdesaan dengan aktifitas utama bergerak di sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang strategis bagi suatu negara yang secara umum kontribusinya dapat berupa: 1 Sebagai penyedia bahan pangan, 2 penyedia lapangan kerja, 3 penyedia bahan baku bagi industri, 4 sumber devisa, dan 5 penjaga kelestarian lingkungan Subejo, 2007. Kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia semestinya difokuskan pada sektor yang menghidupi mayoritas penduduk yaitu penduduk yang hidup di perdesaan dengan profesi sebagai petani. Pengembangan industri juga semestinya difokuskan pada aktifitas yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan mayoritas Stiglitz dalam Subejo, 2007. Paradigma baru pembangunan pertanian Indonesia harus bertujuan untuk lebih menjamin keamanan pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Menurut Samsul Bahari dalam Sampai dengan tahun 2001, menurut data BPN seperti yang dilaporkan Syahyuti Subejo 2007 persoalan pangan tidak hanya mencakup aspek konsumsi dan produksi saja tetapi juga menyangkut aspek daya dukung pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek yang menjadi pra-syarat pelaksanaan pembangunan pertanian yaitu: 1 Akses terhadap kepemilikan lahan, 2 Akses input dan proses produksi, 3 Akses terhadap informasi dan pasar, dan 4 Akses terhadap kebebasan. dalam Subejo 2007, total lahan pertanian yang sudah dikelola sebesar 36,3 juta ha dengan proporsi terbesar di Sumatera 15,2 juta ha dan Jawa 7,7 juta ha. Luas kawasan yang dapat dipergunakan untuk pertanian 123,4 juta ha dengan proporsi terbesar di Kalimantan 38,8 juta ha, Sumatera 30,4 juta ha dan Irian Jaya 23,6 juta ha. Areal yang masih tersisa yang dapat dipergunakan untuk lahan pertanian adalah 87,1 juta ha dengan proporsi terbesar di Kalimantan 34,2 juta ha, Irian Jaya 20,58 juta ha dan Sumatera 15,2 juta ha. Masih luasnya lahan pertanian yang tersedia memberikan peluang yang cukup besar bagi petani untuk mendapatkan akses yang lebih besar terhadap kepemilikan lahan.

2.2. Penataan Ruang