5.1.2. Aspek Sosial Ekonomi
Sub faktor penggunaan lahan yang terdiri dari 11 tipe penggunaan lahan, yang memiliki nilai bobot tertinggi 5 adalah sawah dan sawah tadah hujan,
sedangkan yang memiliki nilai bobot terendah adalah hutan dan perkebunan. Gambar 14 menunjukkan peta penggunaan lahan dan hasil reklasifikasi-nya
berdasarkan kesesuaian terhadap lahan pertanian. Gambar tersebut menunjukkan representasi peta dengan pewarnaan dari hijau – merah yang berarti semakin
mendekati warna merah menunjukkan derajat kesesuaian yang semakin rendah. Sebaran penggunaan lahan dengan derajat kesesuaian yang rendah banyak terlihat
di bagian selatan yang merupakan daerah dengan tipe penggunaan lahan hutan. Sedangkan warna hijau dibagian Utara, Tengah dan Selatan menunjukkan derajat
kesesuaian yang tinggi dimana umunya berupa tipe penggunaan lahan sawah dn sawah tadah hujan.
Sub faktor akses lahan ke pasar, dengan asumsi pusat pasar berada di pusat kecamatan dan pusat kota kabupaten, menunjukkan nilai jarak lahan
pertanian dengan jarak terjauh kurang lebih 20.5 km. Sub faktor akses lahan pertanian ke jalan dinilai dengan mengukur jarak lahan pertanian dengan jarak
terjauh lahan pertanian ke jalan sekitar 7.5 km.
5.1.3. Aspek Legal
Sub faktor RTRW yang memiliki nilai tertinggi 5 adalah pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, sedangkan tipe alokasi yang terendah nilainya
1 diantaranya adalah kawasan perkebunan. Sub faktor perijinan terdiri dari dua, yaitu kawasan hutan dan HGU
perkebunan. Untuk kawasan hutan yang diberi nilai tertinggi 5 adalah areal penggunaan lain, sedangkan untuk HGU perkebunan, semuanya diberi nilai 5
kecuali yang telah dilalokasikan untuk perkebunan diberi nilai 0. Kedua data ini kemudian digabungkan menjadi sub faktor perijinan seperti dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. Sub faktor tanah adat untuk kabupaten Cianjur tidak ditemukan sehingga dapat diabaikan.
Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan dan Statusnya terhadap Ketersediaan Lahan Pertanian
5.2. Kendala