Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan

Hanum melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain di perpustakaan. Dengan prasaan sedih bercampur kecewa Hanum langsung pergi dan menjatuhkan kuenya di depan ruang perpus. Hanum menangis sendirian di rumah sambil menunggu Rangga pulang. Marja memeluk Rangga di perpustakaan Rangga : “ sayaaang..” Hanum : “sayangnya buat perempuan laen aja, enak yah di cium wanita cantik” Rangga : “ aku jelasin dulu” Hanum : “ mau jelasin apa?” Rangga : “ Marja itu sudah biasa seperti itu..” Hanum : ooh, jadi kamu biasa di peluk seperti itu, nyelonong ke pipi kamu?” Rangga : “ itu sudah budayanya, nyium pipi kiri dan kanan. Dia juga begitu dengan Profesor Reinhard, Stefan, mungkin dengan satpam juga melakukan itu..” Hanum : “apaan sii, ga lucu..” Rangga : “aku ga bermaksud ngelucu loh, aku serius” Hanum : “aku tuh tau yah perempuan kalo suka sama cowo kaya gimana dari cara dy mandang kamu aja udah beda. Masa kamu ga merasa itu sih?” Rangga : “tapi aku udah berusaha nolak tadi…” Hanum : “kamu tuh inget ga sii hari ulang tahun aku? Boro-boro ngasih kado, kamu gak ada waktu buat aku gak apa- apa, kamu sibuk aku ga apa-apa. Asal satu, kamu hargailah perasaan aku janganlah macem-macem..” Rangga : “ aku tidak pernah macem-macem dan aku tidak pernah lupa ulang tahun kamu. Rangga pergi dan menaruh kado yang sudah disiapkan di samping Hanum” Melihat kado pemberian Rangga, Hanum terharu dan merasa bersalah telah maki-maki Rangga. Hanum keluar dan mencari Rangga untuk meminta maaf dan berterimakasih atas kado yang di berikan. Kemesraan Hanum dan Rangga setelah bertengkar Begitu juga ketika Hanum mengizinkan suaminya ikut kegiatan dansa bersama Marjaa atas undangan profesor yang membimbing Rangga. Saya tertengun sikap moderat, toleransi yang tinggi dari Hanum. Padahal kultur asli Hanum adalah orang Yogya, etika Jawa-nya kental, lingkungan santri kental. Pendidikan, pengetahuan dan pengalaman hidup yang merubahnya menjadi agen muslim yang baik yang didapatnya dari Fatma. Adegan ini diakhiri dengan menyentuh ketika Rangga mengajak Hanum berdansa di lapangan terbuka. Rangga memberikan kado lainnya perjalanan ke Cordoba yang pernah diminta Hanum. Khan Alex Abbad menerima telepon dari ibunya di Pakistan dan menyampaikan bahwa sang ayah menjadi korban serpihan bom. Tidak ingin mengganggu sang anak yang sedang menimba ilmu di negeri seberang, sang ayah memintanya untuk segera menyelesaikan studi-nya dan segera kembali ke Pakistan untuk membangun negaranya menjadi lebih baik lagi. Menjelang