Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat. 2 Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau cinemarthograpie berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos cahaya dan grapie tulisan, gambar dan citra. Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor. 3 Sadar akan kemampuan potensi media film dalam konstruksi pesan, akhir-akhir ini di Indonesia muncul film yang bernuansa dakwah atau paling tidak film tersebut bergenre Islami. Pesan dakwah merupakan pesan agama yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan proses yang berjalan makro proses dan holistic. 4 Film 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan sebuah novel yang diangkat dari perjalanan pengarang setelah ia tinggal di Eropa selama tiga tahun. Awalnya pengarang hanya menyimpan di dalam hati tentang keindahan Eropa, namun ia merasa berkewajiban untuk menulisnya dalam sebuah karya sastra guna orang lainpun mengetahui keindahan sesungguhnya yang berada di negara Eropa. 2 Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992, h.6. 3 Pranajaya, Film dan masyarakat; Sebuah Pengantar Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992,h.19. 4 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program Jakarta: INIS, 2004, h. 80-81. Film ini menceritakan betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Film ini juga memperkenalkan kita pada tempat-tempat ziarah baru, yang ternyata merupakan misteri tentang Islam. Dan pada akhirnya Eropa bukanlah Eiffel, Mozart Collosoum, Tembok Berlin maupun negeri yang kaya dengan nuansa romansanya melainkan tidak lain Eropa adalah tempat ziarah baru bagi umat Islam. Yang menarik dari film ini bukanlah konflik dalam rumah tangga atau kisah romansa maupun cerita poligami, adalah hal yang biasa ditemui dalam tema-tema penulisan cerita. Melainkan hal-hal yang baru kita temui dalam sejarah Islam. Negara yang kental dengan budaya barat ternyata tersimpan sejuta cerita baru tentang Islam. Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara sekuler seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan kesalah pahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat Muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masa- masa sebelumnya. Namun, sesungguhnya di balik segala kerumitan tersebut, sejarah menunjukkan bahwa Islam menawarkan solusi yang cukup sederhana, yaitu toleransi dan kebaikan. Kira-kira refleksi inilah yang menjadi fondasi bagi penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum Salsabiela Rais, dalam menceritakan perjalanannya di Eropa bersama sang suami, Rangga Almahendra. Bagi Hanum, perjalanan yang ia lalui beberapa tahun yang lalu ini merupakan sebuah petualangan yang mengubah hidupnya. Aspek universal inilah yang berusaha ditonjolkan oleh orang-orang di balik produksi film ini. Salah satu kru dari Alim Studio yang terlibat dalam proses produksi mengatakan bahwa ia setuju jika film ini tidak dikategorikan sebagai film religi, namun sebagai film sejarah. Ia menyebutkan bahwa hal utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah pentingnya hidup berdampingan dan damai dengan segala perbedaan agama yang ada. Sejak ratusan tahun yang lalu, lewat situs-situs bersejarah dalam film ini sebagai saksinya, Islam sudah membuktikan bahwa pendekatan yang toleran dan damailah yang membawa Islam kepada kejayaan, dan kekerasanlah yang pada akhirnya meruntuhkan kekuasaan Islam di Eropa. Sebagai agama mayoritas di Indonesia, aspek-aspek toleransi ini harus dijunjung oleh masyarakat mengingat Indonesia adalah negara yang sangat plural dan multikultural. Melalui potret kehidupan masyarakat Muslim di Eropa yang menjadi minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum Muslim di Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain. Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengada- ngada. Beda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara bertuturnya tidak membosankan, diselingi komedi. Drama produksi Maxima Pictures ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto menggunakan naskah olahan Alim Sudio bersama Hanum dan Rangga. Sebagai tontonan adaptasi bernuansa Islami, film ini berhasil membawa ruh buku ke dalam filmnya. Sedikit preachy di beberapa bagian, namun mampu membuai sasaran penonton yang dituju dengan mulus. Visualisasi yang ditampilkan begitu cantik bersinergi dengan napas cerita yang memang menyorot tempat-tempat menawan di Wina dan Paris. Kekurangan film yang paling tampak adalah pada urusan naskah. Sebagai bagian pertama dari dwilogi yang direncanakan, ceritanya kurang mengikat emosi. Namun tetap saja, ada hal menarik yang akan di dapat ketika keluar dari bioskop. Selain ingin berjalan-jalan ke luar negeri, muncul keinginan untuk mengenal Islam lebih dekat. Peneliti tertarik meneliti Film 99 Cahaya Di Langit Eropa karena film tersebut sarat dengan informasi tentang sejarah Islam di Eropa. Film ini menjadi bestseller dan mendapatkan pujian dari beberapa tokoh. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti alur cerita dan karakter tokoh yang terdapat dalam film. Penelitian ini berjudul “Analisis Narasi Film 99 Cahaya Di Langit Eropa”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasan dalam skripsi ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi dan penokohan pada film ’99 Cahaya Di Langit Eropa

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini: a. Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya Di Langit Eropa? b. Bagaimana komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pada alur cerita awal, tengah, akhir cerita film 99 Cahaya di Langit Eropa. b. Untuk mengetahui komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. a. Manfaat akademis: Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film kepada pembaca mengenai kehidupan antar agama dan budaya Indonesia dan Eropa, antara Barat dan Timur Islam dan juga dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa. b. Manfaat Praktis: Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran. Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.

3. Metodologi Penelitian

a. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang. 5 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Dalam konteks konstruktivisme, peneliti memilki tujuan utama, yakni berusaha memaknai menafsirkan makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini. 6 b. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti. 7 Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain pengukuran. Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa . 5 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, h.9. 6 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010,h. 11-12. 7 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h.3.