4.3 Kondisi Rantai Pasok Jamur Tiram Putih Pada P4S Nusa Indah
Analisis kondisi rantai pasok jamur tiram pada putih P4S Nusa Indah meliputi pembahasan mengenai aktivitas anggota primer rantai pasok,
anggota yang terlibat dalam rantai pasok, pola aliran rantai pasok dan pola kemitraan pada P4S Nusa Indah
4.3.1 Aktivitas anggota primer rantai pasokan
P4S Nusa Indah membeli sebagian besar bahan baku untuk produksi kecuali bibit masih di wilayah Bogor. Adapun bibit P4S
Nusa Indah membelinya langsung dari Jakarta. Sedangkan untuk aktivitas fisik seperti pengangkutan produk panen dilakukan secara
manual. Hal ini memungkinkan karena jarak dari kumbung jamur tiram putih yang cukup dekat dengan tempat penyimpanan. Adapun
produk dipanen menjelang sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kesegaran jamur tiram putih tersebut.
Pedagang pengumpul akan mengambil jamur tiram putih tersebut. Namun dalam beberapa waktu pihak P4S sendiri yang mengantarkan
jamur tiram tersebut langsung ke pasar Bogor. Baik P4S maupun pedagang pengumpul melakukan sortasi atas jamur tiram putih
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi jamur tiram putih yang telah rusakmembusuk. Identifikasi hasil panen yang buruk
penting dilakukan karena hal ini dapat mempengaruhi loyalitas konsumen. Informasi pasar atau harga tidak terbuka bagi P4S Nusa
Indah. P4S Nusa Indah hanya mengetahui informasi pasar dari pedagang pengumpul.
Adapun aktivitas pedagang pengumpul yaitu pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul membeli jamur tiram putih dari P4S
Nusa Indah. Selain itu pengumpul juga membeli bahan kemasan kepada pedagang non-jamur. Sedangkan aktivitas penjualan dilakukan
kepada pedagang pengecer maupun konsumen. Pengumpul mendapatkan pasokan jamur tiram putih tidak hanya dari P4S Nusa
Indah tetapi juga pelaku budidaya jamur tiram putih lainnya. Adapun aktivitas fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu
pengangkutan hasil panen dari P4S menuju pasar bogor. Jamur tiram yang baru diterima dari petani tidak perlu dilakukan pengemasan
karena dijual dalam bentuk curah. Aktivitas yang dilakukan oleh pengumpul adalah melakukan
sortasi untuk menyesuaikan dengan standar yang diminta oleh pedagang pengecer. Pengumpul tidak melakukan pengolahan atas
jamur tiram putih karena yang dijual merupakan jamur tiram putih segar. Informasi di tingkat pengumpul sangat terbuka, mulai dari
harga di tingkat petani hingga harga di tingkat pengecer. Pedagang pengecer merupakan konsumen dari pedagang
pengumpul. Adapun aktivitas yang dilakukan oleh pengecer yaitu pembelian dan penjualan. Volume pembelian jamur tiram putih yang
biasa dilakukan umumnya tidak lebih dari 5 kg. Adapun aktivitas penjualan dilakukan kepada konsumen akhir. Sama halnya dengan
pedagang pengumpul, karena menjual jamur tiram putih dalam bentuk curah maka pedagang pengumpul tidak melakukan pengemasan.
Tabel 6. Aktivitas anggota primer rantai pasok jamur tiram putih
Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan
P4S Pengumpul
Pengecer Pembelian
Penjualan Petani membeli bahan
baku produksi
Menjual jamur tiram putih ke pengumpul
Membeli jamur tiram putih dari petani,
membili kemasan dari pedagang non-sayur
Menjual jamur tiram putih ke pengecer
Membeli jamur tiram putih dari pengumpul
Menjual jamur tiram putih kepada konsumen
akhir
Pengangkutan Pengemasan
Petani mengemas jamur tiram putih yang telah
dipanen Pengumpul
mengangkut jamur tiram putih ke pasar
bogor
Repackaging Mengangkut jamur
tiram putih dari pasar bogor
Sortasi Informasi pasar
Sortasi pada saat panen Informasi pasar
diperoleh dari pengumpul
Melakukan sortasi Inforasi pasar
terbuka Memiliki informasi
pasar
4.3.2 Anggota rantai pasokan
Pola aliran rantai pasok komoditas jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini terdiri dari dua anggota yaitu :
1 Anggota primer. Anggota primer merupakan pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam proses produksi komoditas jamur tiram putih. 2
Anggota sekunder. Anggota sekunder adalah pihak-pihak yang tidak terlibat langsung namun mendukung proses produksi komoditas
tersebut. Anggota-anggota yang terlibat ini memiliki perannya masing-masing
dalam rantai pasok komoditi jamur tiram putih ini. Anggota dalam rantai tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi dalam
mendistribusikan jamur tiram putih hingga konsumen akhir. 1.
Anggota Primer Anggota primer pada rantai pasok komoditas jamur tiram terdiri
dari P4S Nusa Indah, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen akhir.
a. P4S Nusa Indah
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya P4S Nusa Indah awalnya adalah kelompok tani yang berkumpul dan
mendirikan wadah Kelompok Wanita Tani KWT Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada 17 Juli 1996 dan kemudian pada
tahun 1998 berubah menjadi P4S Nusa Indah yang diresmikan oleh Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor. Setelah beberapa tahun P4S
Nusa Indah melaksanakan kegiatan yang berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia pertanian pedesaan, maka pada
tahun 2003 dikukuhkan dengan surat Keputusan Kepala Kantor Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor pada
tanggal 17 Juli 2003 dengan Nomor 520.13242KIPPVII2003, dengan anggota berjumlah 20 orang. Saat ini proses produksi
jamur tiram putih dikerjakan oleh 5 pekerja yang mengerjakan mulai dari pembuatan, panen hingga pasca panen.
Pasar P4S Nusa Indah selaku petani jamur tiram putih tidak hanya sebatas kepada pedagang pengumpul tetapi juga kepada
masyarakat. Rata-rata produksi harian komoditas jamur tiram putih saat ini mencapai 60 Kghari. Adapun jamur tiram putih ini
dijual seharga Rp. 8.000 – 8.500 per Kilogram. Besarnya tingkat
harga dipengaruhi biaya transportasi yang dibebankan jika pembeli meminta produknya untuk diantarkan.
Berdasarkan keterangan dari pihak P4S Nusa Indah didapati bahwa terdapat waktu-waktu tertentu dimana harga jamur
tiram putih dapat berubah, bahkan cenderung turun. Misalnya di musim hujan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah jamur
tiram putih di pasar. Kondisi ini tercipta karena adanya assymetric information di tingkat pedagang pengumpul.
Adapun sistem transaksi yang biasa dilakukan yaitu dengan konsumen melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada P4S Nusa
Indah. Namun jika pada akhirnya jumlah pesanan tidak dapat dipenuhi maka konsumen akan membeli stok jamur tiram putih
yang tersedia. b.
Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul untuk produk P4S Nusa Indah adalah
pedagang jamur tiram putih di pasar bogor. Di pasar ini sendiri sedikitnya terdapat 8-10 pedagang jamur tiram putih. Jamur tiram
dijual seharga Rp. 8.000 – 8.500 per kilogram kepada pedagang
pengumpul. Harga jual jamur tiram tersebut dijual lebih murah ketimbang atas pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena
pedangang pengumpul akan menjual kembali jamur tiram putih tersebut terhadap pedagang pengecer atau konsumen akhir di pasar.
Adapun volume pembelian pedagang pengecer disesuaikan dengan hasil panen jamur tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah atau
dengan pemesanan oleh pedagang pengumpul terlebih dahulu. Pada tingkat ini pedagang pengumpul menjual jamur tiram
putih tidak hanya kepada pedagang pengecer, tetapi juga kepada
konsumen akhir. Karena keberagaman pembeli inilah maka pengumpul tidak bisa membeda-bedakan harga sesuai dengan
kebutuhan pembeli. Hanya saja seringkali pedagang pengecer sudah memesan terlebih dahulu kepada pengumpul besarnya
jumlah jamur tiram putih yang akan dibeli. Berdasarkan wawancara dengan pedagang pengumpul
dipasar bogor diketahui bahwa harga jamur tiram putih ini cenderung stabil. Namun pada waktu-waktu tertentu dimana harga
komoditas ini menjadi fluktuatif. Misalnya harga jamur tiram putih ini dapat turun hingga Rp. 7.000kg karena jumlah jamur
tiram putih yang sangat banyak di pasar. Atau harga jamur tiram putih yang melambung tinggi pada momen tertentu, misalnya saat
dan atau Hari Raya Idul Fitri tiba. Sistem packaging jamur tiram putih ini dilakukan secara
konvensional. Jamur tiram putih yang diambildikirim dari P4S Nusa Indah dibongkar dan dikemas kembali di pasar sesuai dengan
jumlah yang diinginkan. Pada tingkat ini pedagang pengumpul jamur tiram putih berupaya menjual produknya sesegera mungkin
mengingat jamur merupakan perishable commodity. Hal ini dilakukan agar kesegaran jamur tiram putih masih terjaga sehingga
tidak mengalami penurunan harga. c.
Pedagang pengecer Setelah pedagang pengumpul pada rantai nilai ini adalah
pedagang pengecer. Pada tingkat ini pedagang pengecer menjual jamur tiram putih dalam skala kecil. Yang dijual pun beragam
tidak hanya sebatas jamur tiram putih tetapi juga sayur-sayuran. Pedagang pengecer pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu
pedagang sayur keliling dan pedagang sayur yang berada di warung. Pada tingkat ini jamur tiram putih dijual dengan harga
Rp. 12.000 – Rp. 14.000 per kilogram. Di tingkat inilah jamur
tiram putih sampai di tangan konsumen akhir.
Pada tingkat pengecer harga jamur tiram fluktuatif mengikuti harga yang diberikan pengumpul. Ketika permintaan
atas jamur tiram putih meningkat maka harga ditingkat pengumpul menjadi tinggi. Hal ini juga didukung kondisi informasi yang
asimetris, dimana pengumpul mempunyai pengetahuan lebih atas ketersediaan jamur tiram putih di pasar bebas.
d. Rantai pasok jamur olahan
Pengolahan jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah masih terbatas pada keripik jamur saja. Sementara produk olahan jamur
tiram putih lainnya seperti tepung jamur, nugget maupun jelly diproduksi hanya untuk antisipasi produksi jamur tiram putih yang
berlebih. Industri kecil olahan jamur tiram putih masih terbatas
karena bahan baku jamur tiram putih segar masih sebatas berasal dari petani P4S Nusa Indah. Produksi jamur tiram putih olahan
pun dilakukan hanya ketika terdapat pesananan yang sifatnya tidak rutin. Namun dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa potensi
jamur tiram putih olahan ini masih sangat besar. Untuk olahan berupa keripik jamur dapat bertahan selama 2 bulan. selain itu
peluang pasca panen jauh lebih besar karena petani pada umumnya langsung menjual jamur tiram putih segar langsung. Secara umum
belum banyak petani yang benar-benar memanfaatkan jamur tiram putih segar untuk diolah kembali menjadi jamur olahan dengan
nilai tambah yang lebih tinggi. sebagai perbandingan jika jamur tiram putih segar dapat dijual dengan harga Rp. 8.000 per kg maka
keripik jamur dapat dijual dengan harga Rp. 6.500 untuk ukuran 100 gr dan 8.500 untuk ukuran 150 gr.
Proses pembuatan keripik jamur masih sederhana yaitu dengan memanen jamur tiram putih terlebih dahulu. Setelah
dibersihkan keripik jamur dicampur dengan bumbu yang telah disiapkan dan digoreng dengan lama waktu penggorengan 10-20
menit. Kemudian dilakukan proses pengurangan minyak dari
keripik jamur dengan spinner. Saat ini P4S Nusa Indah memiliki spinner bertenaga listrik. Dengan spinner kadar minyak yang
terdapat pada keripik jamur dapat dikurangi hingga 70. Semua proses pengerjaan dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja karena
kegiatan ini masih sebatas industri pengolahan kecil. Adapun rata- rata jamur tiram putih yang dibutuhkan untuk setiap proses
produksi sebesar 15 kg. 2.
Anggota Sekunder Anggota sekunder pada rantai komoditas jamur tiram putih
merupakan anggota yang tidak terlibat langsung dalam produksi jamur tiram putih namun berperan serta dalam proses produksi
sebagai penyedia bahan baku dan sebagai sarana produksi. Penyedia bahan baku dalam hal ini adalah untuk proses pembuatan
media tanam jamur tiram putih baglog seperti pemasok gipsum, kapur, dedak, serbuk kayu dan plastik. Adapun penyedia sarana
produksi adalah pihak-pihak yang dapat membuat kumbung serta rak-rak yang digunakan dalam proses produksi jamur tiram putih.
Pada pihak pengumpul, anggota sekunder juga berlaku untuk pemasok kemasan yang diperlukan pedagang pengumpul
pedagang non-sayur. 4.3.3
Pola aliran rantai pasok Aliran komoditas jamur tiram putih P4S Nusa Indah, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer. Aliran komoditas ini dimulai dari petani kepada pedagang pengumpul. transaksi antara petani kepada
pedagang pengumpul mencapai 60 kg per hari. Setelah itu pedagang pengumpul menjual secara curah jamur tiram putih tersebut.
Jamur tiram putih umumnya diambil langsung dari petani oleh pengumpul dan dibawa ke pasar bogor. Namun pada waktu-waktu
tertentu petani juga mengirimkan jamur tiram putih tersebut ke tempat yang telah disepakati, yang umumnya langsung ke tempat pedagang
pengumpul. Jamur tiram putih yang diangkut oleh pengumpul telah dikemas oleh petani. Di pasar bogor, kemasan dibongkar kembali dan
tidak dilakukan pengemasan ulang. Kemudian pedagang pengumpul mendistribusikan jamur tiram putih tersebut kepada pengecer maupun
konsumen akhir. Transportasi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul untuk
pengangkutan jamur tiram putih dari petani adalah motor. Hal yang sama juga dilakukan oleh pedagang pengecer yaitu mendistribusikan
jamur tiram putih dari pengumpul dengan menggunakan motor. Pola aliran rantai pasok komoditas jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah
secara sistematis dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Pola aliran rantai pasok komoditas jamur tiram putih pada P4S
Nusa Indah. Keterangan :
Anggota Primer : Anggota Sekunder :
IV V
V VI
I II
II II
III III
III III
Anggota Primer
I II
III Petani P4S Nusa Indah
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer
IV Konsumen Akhir
V VI
Pedagang non-sayur Pemasok Bahan Baku
4.3.4 Pola Kemitraan pada P4S Nusa Indah
Kemitraan pada rantai pasokan komoditas jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah terdiri dari berbagai macam pelaku baik
individu maupun kelompok seperti petaniP4S Nusa Indah, pengumpul, pengecer, pemasok sarana produksi maupun pedagang
non-sayur. Interaksi antar pelaku dalam kemitraan terjalin atas dasar kepercayaan dan saling memerlukan. Adapun tujuan dari
sebuah kemitraan rantai pasokan adalah untuk meningkatkan pendapatan, meningkatkan skala usaha dan meningkatkan
kemampuan usaha kelompok mitra. Pada P4S Nusa Indah terdapat suatu kerjasama dalam usaha
jamur tiram putih. bentuk kerjasama diwujudkan dalam suatu model kemitraan yang di dalamnya terdiri dari kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Kerjasama yang dilakukan bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra ini diwujudkan dalam suatu model
kemitraan. Pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih ini, kerjasama dilakukan dalam pembangunan kumbung
budidaya jamur tiram putih putih yang merupakan suatu investasi Mitra
P4S Nusa
Indah
Pembangunan kumbung
Dana Investasi
Paket kemitraan
investasi
Gambar 7. Kemitraan investasi jamur tiram putih
pokok dalam usahatani jamur tiram putih Gambar 7. Sistem kemitraan ini yaitu mitra memberikan sejumlah dana untuk
pendirian kumbung budidaya jamur tiram putih yang selanjutnya P4S Nusa Indah akan membangun kumbung budidaya. Pada
kesempatan ini, kesepakatan yang terjadi dalam pembangunan empat unit kumbung budidaya jamur tiram putih dengan ukuran
7m x 10m di di lahan milik mitra yang ternyata memiliki kesesuaian dengan habitat hidup jamur tiram putih.
Kemudian pada model kemitraan selanjutnya yang dilakukan P4S Nusa Indah bersama wirausahawan jamur tiram
putih selaku mitra yang sama dengan model kemitraan sebelumnya adalah budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Kemitraan seperti ini dapat dijelaskan bahwa mitra yang telah membangun kumbung budidaya jamur tiram putih tadi dan mengisi
kumbungnya dengan baglog jamur tiram putih yang dibeli dari P4S Nusa Indah. Selanjutnya meminta P4S Nusa Indah juga untuk
membudidayakan serta memasarkan jamur tiram putih tersebut.
Gambar 8. Skema kemitraan pada budidaya jamur tiram
Mitra P4S Nusa Indah
Budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan
Bagi hasil
Produksi dan penjualan jamur tiram putih segar
Pihak mitra meminta jasa P4S Nusa Indah untuk merawat, mengelola, memproduksi dan memasarkan jamur tiram putih
mengingat lokasi kumbung relatif dekat dengan P4S Nusa Indah karena masih dalam satu kecamatan yang sama.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa rantai pasok untuk kemitraan usaha ini memiliki pasar yang sama dengan P4S Nusa
Indah pedagang pengumpul pedagang pengecer. Hal ini disebabkan pihak mitra usaha mendelegasikan seluruh kegiatan
produksi hingga pemasaran kepada P4S Nusa Indah. Kemitraan yang terjalin antara P4S Nusa Indah dengan
pedagang pengumpul terjadi setelah jamur tiram putih siap dipanen. Petani menawarkan jamur tiram putih kepada pedagang
pengumpul. Sistem pembayaran oleh pengumpul dilakukan baik secara tunai maupun secara cicilan. Pembayaran secara cicilan
umumnya dilakukan dengan melakukan pembayaran pada waktu pembelian sebesar 50 dari jumlah total harga yang harus
dibayarkan, sisanya dibayar pada transaksi berikutnya. Kemitraan juga dapat terjadi pada P4S Nusa Indah dengan
pemasok bahan-bahan baku serbuk kayu, gipsum, bibit dll.. Mekanisme pembayaran biasa dilakukan oleh P4S Nusa Indah
dengan pembayaran tunai. Karena hubungan transaksi yang sudah lama terjalin maka pihak P4S Nusa Indah relatif mendapatkan
harga yang lebih murah.
4.4 Analisis Nilai Tambah