wilayah dataran tinggi sehingga cukup baik untuk budidaya komoditas jamur tiram putih.
4.2. Kegiatan Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
4.2.1 Pembuatan Media Tanam
P4S Nusa Indah selaku petani dapat membuat media tanam jamur baglog dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Persiapan
Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media
tumbuh. Serbuk kayu yng biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu sengon
Parasientes falcataria. Selain serbuk kayu, bahan-bahan lain seperti dedak, gips, kapur CaCO
3
juga digunakan dalam mempersiapkan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media
tanam disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan komposisi yang sesuai. b.
Pengayakan Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin memiliki tingkat
keseragaman yang kurng baik karena didalamnya terdapat potongan- potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik
sebagai pembungkus media tanam jamur tiram putih yang menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata. Serbuk kayu
yang diperoleh dari penggergajian disortir pengayakan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil serbuk gergaji yang baik.
Pengayakan dilakukan secara manual. c.
Pencampuran Pencampuran disini adalah pencampuran semua bahan baku
sebagai komposisi untuk membuat baglog. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk kayu, dedak, gipsum, kapur dan air. Pencampuran
dilakukan secara manual. Bahan-bahan seperti dedak, gipsum dan kapur diratakan diatas permukaan serbuk kayu. Bahan-bahan tersebut
kemudian dicampur hingga merata dan diberikan air sebanyak +- 40 dari jumlah adonan.
Tidak ada standard khusus mengenai jumlah air yang digunakan. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat dilakukan
dengan mengepal adonan yang telah dicampur air. Jika kepalan adonan yang ada tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air maka
air yang digunakan sebagai campuran dirasa sudah cukup. Pencampuran dilakukan merata agar tidak terdapat gumpalan serbuk
gaji dan kapur. Adanya gumpalan tersebut mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak merata dan berpegaruh terhadap produksi
jamur tiram nantinya. d.
Pengomposan Bahan-bahan yang telah dicampur untuk membuat baglog
selanjutnya dikomposkan selama 1 hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran tersebut dan menutupnya dengan
terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus diatur agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba yang dapat merusak baglog.
e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam
Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkn ke dalam plastik. Adapun ukuran plastik yang digunakan
untuk pembuatan baglog ini adalah sebesar 17 cm x 35 cm dengan ketebalan 0,3 mm.
Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan kedalam plastik media. Kemudian adonan tersebut
dipadatkan. Proses pemadatan diperlukan untuk mencegah terciptanya ruang bagi udara untuk masuk kedalam media. Hal ini dilakukan
untuk mencegah timbulnya mikroba yang dapat mengganggu berkembangnya miselium jamur sehingga dapat menurunkan hasil
panen. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi diikat dengan karet.
f. Sterilisasi
Media-media yang telah terisi dengan adonan kemudian disterilisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tidak terdapat
mikroba-mikroba yang dapat tumbuh di dalam baglog. Hal ini untuk
mensterilkan media dari mikroba maupun kapang yang dapat tumbuh dan mengganggu pertumbuhan miselium jamur.
Pada tahap ini, sterilisasi baglog dilakukan dengan menggunakan drum berkapasitas 700 baglog. Proses sterilisasi dilakukan selama 8
jam dengan suhu mencapai 90 -120
C. Setelah itu, baglog kemudia didinginkan selama 7 jam dengan temperatur baglog pada suhu 30
-40 C sebelum diinokulasi.
4.2.2. Inokulasi Pembibitan
Inokulasi berarti proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan.
Tujuannya untuk menumbuhkan miseli jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Diantaranya tebaran dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar 3 sendok makan ke
dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah
media melalui cincin sedalam ¾ dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisi bibit yang telah dihancurkan. Dalam melakukan
inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat inokulasi.
a. Kebersihan
Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat
sterilitasya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan
menggunakan alkohol 70 dan lampu spirtus. Peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol
70 kemudian dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.
Sedangkan tempat inokulasi di sterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol 70 selama 15 menit. Ruang yang
digunakan untuk inokulasi merupakan ruangan khusus tidak digunakan untuk hal lain dan tertutup.
b. Bibit
Dalam hal ini bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah merupakan bibit yang memiliki
keunggulan, diantranya jamur tiram putih yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal, bertudung
banyak 4-5 tudung dalam satu batang, tebal dan tidak mudah patah.
4.2.3 Inkubasi
Inkubasi berarti proses penumbuhan miselia jamur sampai memenuhi seluruh media tanam. Seluruh media tanam jamur yang
telah diinokulasi diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Baglog yang sedang dalam tahap inkubasi akan tampak
putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang diperlukan berkisar pada 25
-30 C.
Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat
tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam
yang gagal ditumbuhi miselia jamur maka diperlukan sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah
diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik rusak.
4.2.4 Penumbuhan
Media tanam jamur baglog yang sudah berumur 30-40 hari dan telah putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan
penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka baglog jamur. Pembukaan baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha
jamur tiram putih ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membuak cincin dan kertas penutup baglog atau pun dengan
menyobek plastik baglog di berbagai sisi baglog.
Pada prinsipnya
pembukaan media
bertujuan untuk
memberikan oksigen O
2
yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen yang cukup makan dapat
memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Jamur tiram menunjukkan pertumbuhan yang baik pada
suhu 18 -25
C, kelembaban relatif 75-90 . Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka
akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama 4-7 hari. Setelah tubuh buah muncul
maka akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa tubuh
buah yang siap dipanen. 4.2.5
Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan Penyiraman dilakukan dengan frekuensi yang berbeda pada
musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyeraman dilakukan sekali dalam dua hari sedangkan pada musim kemarau penyiraman
dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehigga miselia dapat tumbuh
dengan baik. Pengaturan suhu dilakukan dengan cara membuka dan atau
menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga.
4.2.6 Panen dan Pasca Panen
Tahap pemanenan sudah dapat dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur bakal buah. Pemanenan dilakukan setiap hari
selama periode produktif baglog jamur tiram putih 4-6 bulan yang dilakukan pada siang dan sore hari.
Penentuan waktu panen disesuaikan dengan permintaan dari konsumen. Khusus untuk pedagang pengumpul biasanya pemanenan
dilakukan sore hari karena pengumpul menjual kembali jamur tiram putih tersebut pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan kesegaran jamur tiram tersebut.
Setiap baglog jamur tiram putih dapat dipanen hingga 8-10 kali dengan rentang waktu 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk
dengan berat rata-rata 0,4 baglog setiap kali panen pada setiap baglog. Rentang waktu antara panen pertama hingga seterusnya pada setiap
baglog jamur tiram putih berkisar antara 7-14 hari. Pemanenan dilakukan dengan manual, dengan cara mencabut
atau memetik seluruh rumpun jamur yang ada. Perlu diperhatikan ketika memanen agar tidak meninggalkan sisa pada baglog.
Meninggalkan sisa jamur tiram putih pada baglog dapat menyebabkan kebusukan pada baglog sehingga menurunkan hasil panen. Pemanenan
tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut cabang jamur tiram putih yang besar saja sebab dalam satu rumpun
jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih
yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati dan
membusuk. Jamur tiram yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi
bagian per bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar dan pangkal batang. Dengan cara tersebut,
disamping keberhasilannya lebih terjaga dengan daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang atau memisahkan
batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan menggunakan pisau atau gunting. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci jamur tiram
putih hasil panen. Kondisi jamur tiram putih yang baik selain dilihat dari
keutuhan batang dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di sela-sela bagian bawah permukaan
tudung, jamur tiram putih yang terlalu tuan dan dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan panen
produksi diperkirakan sampai 80.
Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di suhu kamar dengan temperatur 20
C. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Plastik yang
digunakan adalah plastik dengan ketebalan 0,5 mm dan diharapkan dapat menjaga kelembaban jamur tiram putih. Dengan pengemasan
yang baik dapat memperoleh beberapa keuntungan, jamur tiram putih terhindar dari kerusakan dan mutu jamur dapat dipertahankan sampai
ke tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasaraanya.
4.2.7 Pengendalian Hama, Gulma dan Penyakit
Budidaya jamur konsumsi juga tidak terlepas dari serangan gulma penggangu, hama dan penyakit. Serangan pengganggu ini
dapat menurunkan produktirvitas jamur, bahkan menyebabkan gagal panen. Berikut beberapa macam jenis penyakit maupun hama yang
dapat merusak jamur tiram putih : a.
Gulma Gulma merupakan jamur yang tumbuh pada substrat jamur. Hal
ini sering disebabkan dengan tidak sempurnanya proses sterilisasi media atau bibit jamur, sehingga spora jamur gulma masih ada dan
terus tumbuh. Jamur gulma merupakan pesaing dari jamur konsumsi dalam mendapatkan nutrisi yang terkandung di dalam substrat.
Daya tumbuh miselium jamur gulma ini lebih cepat dibandingkan dengan jamur utama, sehingga jika dibiarkan, miselium gulma ini
dapat menekan pertumbuhan jamur utama. Jika pertumbuhannya masih sedikit, miselium gulma dapat dibuang dengan pinset. Namun
jika miselium sudah tumbuh banyak, substrat jamur ini sebaiknya segera disingkirkan dari lokasi budidaya. Karena itu, perlakuan
sterilisasi yang tepat diperlukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi jamur gulma.
b. Hama
Jamur memiliki aroma khas yang dapat mengundang hama pengganggu. Serangan hama dapat menghambat pertumbuhan jamur
bahkan mengganggu pertumbuhan miselium dan substratnya. Beberapa hama yang sering menyerang jamur sebagai berikut.
1. Lalat
Lalat menjadi hama pengganggu karena dapat meletakkan telur di dalam media. Jika telur menetas, maka larva lalat akan merusak
miselium dan jamur dewasa. Jamur yang terserang larva lalat menjadi keriput dan batangnya berlubang. Selain meletakkan
telur, lalat juga dapat membawa tungau pada perutnya yang juga merupakan hama pada jamur. Spesies lalat yang biasa ditemukan
pada budidaya jamur sebagai berikut. a
Sciarid Lycoriella solani dan Lycoriella auripila
Hama ini berukuran kecil, memiliki antena panjang, kepala hitam dan perut berwarna kekuningan. Sekali bertelur sciarid
menghasilkan 150-170 butir telur. Selanjutnya, telur-telur tersebut diletakkan di permukaan substrat jamur. Jika dibiarkan, hama ini
dapat mengganggu pertumbuhan jamur.
b
Phorids Megaselia haserata dan Megaselia nigra
Sekilas bentuk hama ini menyerupai nyamuk. Sang betina akan mengeluarkan 50 butir telur sekali bertelur. Biasanya, phorids
menyerang lamella jamur. Akibatnya, jamur yang terserang hama
ini akan mengalami penurunan kualitas.
c Cecids Heteropeza pygmaea, Mycophila speyei dan Myciphila
barnesi
Hama ini juga berbentuk sepertin nyamuk berukuran 1 mm dan merupakan vektor bakteri. Hama betinanya dapat menghasilkan 7
butir telur setiap 13 hari. Larva cecids umumnya berwarna putih. jamur yang terserang cecids warna batanya berubah menjadi
cokelat dan lamella berwarna hitam. d
Tyrophagus putrescentiae dan Linopodes antennaepes
Hama ini merupakan jenis kutu berwarna kemerahan yang bagian tubuhnya ditumbuhi rambut. Sementara linopodes antennaepes
merupakan kutu berwarna coklat kekuningan yang memiliki kaki
depan sangat panjang. Hama kutu ini dapat memakan miselium jamur hingga tidak dapat tumbuh, sehingga menurunkan hasil
panen. Serangan lalat dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan
kumbung dari sisa sampah atau media tanam yang tercecer. Jendela kumbung sebaiknya ditutup dengan kasa. Kalau perlu,
setiap lubang di sekitar kumbung ditutup agar lalat tidak dapat masuk dan berkembang biak.
2. Tungau
Tungau merupakan serangga kecil berwarna cokelat transparan berukuran 0,18-0,5 mm. Serangan tungau menyebabkan tubuh
buah jamur rusak dan menimbulkan iritasi bagi pekerja kumbung. Serangan tungau dapat dicegah dengan menyemprotkan akarisida
berbahan aktif metil bromida dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Rayap
Sebelum membangun kumbung, pastikan lahan yang digunakan tidak terdapat sarang rayap. Sebab rayap suka memakan kayu,
media tanam dan miselium jamur. Jika rayap terlanjur menyerang, kendalikan dengan cara menyemprotkan insektisida khusus rayap
seperti fenverelate, cypermetrhin, permethirn atau chloopyrifos ke seluruh kumbung dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
4. Laba-laba
Laba-laba suka memakan miselium dan tubuh buah jamur. Akibatnya, kualitas panen jamur menurun. Laba-laba kerap kali
bersembunyi di sela-sela baglog. Untuk mengendalikan seranganya, semprotkan insektisida berbahan aktif dicofol seperti
kelthane atau malathion dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
5. Cacing
Hewan licin ini senang memakan miselium jamur, sehingga pertumbuhan jamur menjadi tidak sempurna. Biasanya, cacing
hidup di dalam media tanam. Pertumbuhan cacing sangat cepat, bisa mencapai 100 kali lipat dalam seminggu. Karena itu,
sterilisasi media tanam yang baik sangat dibutuhkan untuk mencegah serangan cacing. Spesies cacing yang biasa menyerang
jamur adalah nagpropogus nematodes, mycophogous nematodes, aphelencoides composticola dan dityylenchus myceliophagus.
c. Penyakit
Selain gulma dan hama, jamur juga dapat terserang penyakit yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus. Gejala serangan yang timbul
tergantung pada sebabnya. Misalnya : 1 serangan fungsi menyebabkan timbulnya bintik-bintik cokelat kemerahan pada tudung
jamur, 2 serangan virus menyebabkan bentuk tubuh buah jamur menjadi memanjang dan tudung mengecil, dan 3 serangan bakteri
seperti bacterium arotovorum menyisakan bintik kunik pada tudung jamur.
Pada serangan yang parah, bintik tersebut berubah menjadi cokelat dan menghitam. Jamur yang sering merusak jamur konsumsi antara
lain jamur coprinus, corticium, sclerotium, mucor, rhizopus, penicillium, aspergillus dan trichoderma. Tidak banyak hal yang bisa
dilakukan ketika jamur sudah terserang penyakit. Untuk itu, pencegahan penyakit sedini mungkin harus dilakukan dengan cara
sebagai berikut : 1.
Pastikan keseluruhan tahapan budidaya dilakukan secara steril. 2.
Sebelum baglog atau kompos dimasukkan ke dalam kumbung, lakukan sterilisasi pada kumbung menggunakan formalin 0,5.
Selanjutnya tutup kumbung rapat-rapat selama dua hari. 3.
Jagalah kebersihan kumbung dari media yang tercecer dan sisa jamur yang telah dipanen. Hal ini bertujuan untuk menghindari
tumbuhnya fungi atau kapang penyebab penyakit.
4.3 Kondisi Rantai Pasok Jamur Tiram Putih Pada P4S Nusa Indah