Analisis RC Struktur Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kemitraan Usaha

Gambar 4. Definisi marjin tataniaga, nilai marjin tataniaga, dan ongkos atau biaya tataniaga Limbong dan Sitorus, 1985. Nilai marjin tataniaga adalah perbedaan harga pada dua tingkat sistem tataniaga dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Nilai marjin tataniaga akan sama dengan Pr-PfQr,f. Marjin tataniaga terdiri dari ongkos tataniaga dan keuntungan tataniaga.

2.8. Analisis RC

RC adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : a = RC .............................................................................................. 1 R = Py.Y C = FC+VC a = {Py.yFC+VC} dimana : Dr Df Sr Sf Biaya Tataniaga Nilai Marjin Tataniaga Pr- Pf Qr,f Harga Jumlah Marjin Tataniaga Pr-Pf Pr Pf Qr,f R = penerimaan C = biaya Py = harga output Y = output FC = biaya tetap fixed cost VC = biaya variabel variable cost Secara teoritis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan si Peneliti ; misalnyaRC yang lebih dari satu, bila suatu usahatani itu dikatakan menguntungkan Soekartawi, 2006.

2.9. Struktur Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi 2006, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR i = Y i . Py i ..................................................................................... 2 Dimana : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Adapun pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Pd = TR – TC ........................................................ 3 Dimana : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Dalam banyak hal jumlah TC ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Oleh karena itu dalam analisis yang dilakukan perlu disebutkan analisis apa yang digunakan.

2.10. Kemitraan Usaha

Secara harfiah kemitraan diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis maka keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. kemitraan merupakan sebuah solusi untuk mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi sebagian lapisan masyarakat dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa mendatang. Kemitraan dijadikan solusi karena keberadaannya maupun fungsi dan peranannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat Hafsah, 2000. Kemitraan usaha adalah adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengahbesar perusahaan mitra disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat SK. Mentan No. 940KptsO12101097, Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian. Masih dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 940KptsO12101097 tujuan dari diadakannya kemitraan usaha adalah 1 meningkatkan pendapatan, 2 keseimbangan usaha, 3 meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok, 4 meningkatkan skala usaha, 5 meningkatkan kemampuan usaha, sehingga kelompok tani petani menjadi kelompok tanipetani yang tangguh dan mandiri. Adapun pola-pola kemitraan yang banyak dilaksanakan oleh beberapa kemitraan usaha pertanian di Indonesia adalah : 1. Inti-Plasma Merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra bertindak sebagai plasma. Dalam hal ini perusahaan mitra mempunyai kewajiban : 1 berperan sebagai perusahaan inti, 2 menampung hasil produksi, 3 membeli hasil produksi, 4 memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, 5 memberikan pelayanan kepada kelompok mitra berupa permodalankredit, sarana produksi dan teknologi, 6 mempunyai usaha budidaya pertanianmemproduksi kebutuhan perusahaan, dan 7 menyediakan lahan. Adapun kewajiban kelompok mitra : 1 berperan sebagai plasma, 2 mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen, 3 menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra, 4 memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari pola ini adalah : 1 kedua belah pihak saling mempunyai ketergantungan dan sama-sama memperoleh keuntungan, 2 terciptanya peningkatan usaha, dan 3 dapat mendorong perkembangan ekonomi. Namun, dikarenakan belum adanya kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma, kelemahan pola ini menyebabkan perusahaan inti mempermainkan harga komoditi plasma. 2. Subkontrak Subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Kelompok mitra dalam hal ini memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Tugas perusahaan mitra dalam pola subkontrak meliputi : 1 menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, 2 menyediakan bahan bakumodal kerja, dan 3 melakukan kontrol kualitas produksi. Adapun tugas kelompok mitra adalah : 1 memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, 2 menyediakan tenaga kerja, 3 membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Pola subkontrak ini sangat kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan produktivitas serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Namun sisi kelemahannya tampak dari hubungan yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi produsen kecil dan mengarah pada monopoli atau monopsoni. 3. Dagang umum Salah satu pola kemitraan dimana perusahaan mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Keuntungan pola ini adalah pihak kelompok mitra tidak perlu bersusah payah dalam memasarkan hasil produksinya sampai kepada konsumen. Sementara kelemahannya terletak pada harga dan volume produk yang sering ditentukan secara sepihak oleh perusahaan mitra sehingga merugikan kelompok mitra. 4. Keagenan Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Sementara perusahaan mitra bertanggung jawab atas mutu dan volume produk. Keuntungan pola ini bagi kelompok mitra bersumber dari komisi yang diberikan perusahaan mitra sesuai dengan kesepakatan. Namun disisi lain pola ini memiliki kelemahan dikarenakan kelompok mitra dapat menetapkan harga produk secara sepihak. Selain itu kelompok mitra tidak dapat memenuhi target dikarenakan pemasaran produknya terbatas pada beberapa mitra saja. 5. Kerjasama Operasional Agribisnis KOA Dalam pola ini perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Sedangkan kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Keunggulan pola ini hampir sama dengan pola inti-plasma, namun dalam pola ini lebih menekankan pada bentuk bagi hasil. 6. Pola Kemitraan Penyertaan Saham Dalam pola kemitraan ini, terdapat penyertaan modal equity antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-kurangnya 20 dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak. 7. Waralaba Merupakan pola hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memberikan hak lisensi, merek dagang, saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usahanya sebagai penerima waralaba. Kelebihan pola ini, kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghematan modal dan efisiensi. Selain itu pola ini membuka kesempatan kerja yang luas. Kelemahannya adalah bila terdapat pihak yang ingkar dalam menepati kesepakatan sehingga terjadi perselisihan. Selain itu, pola ini menyebabkan ketergantungan yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat. Sebaliknya perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas mengontrol atau mengendalikan perusahaan terwaralaba terutama dalam hal penjualan.

2.11. Penelitian Terdahulu