Manajemen Rantai Pasok PENDAHULUAN

2.3. Manajemen Rantai Pasok

Menurut Ma’arif dalam Marimin dan Nurul 2011 Supply Chain Management SCM merupakan suatu perluasan dari logistic management di perusahaan. Dalam manajemen logistik diketahui bahwa yang dibahas adalah perusahaan, pemasok dan pelanggan. Gambar 2. Simplifikasi model Supply Chain dan 3 macam aliran yang dikelola Pujawan, 2005 Dalam SCM, kesemua rantai ini, dimulai dari perusahaan, pemasok, pelanggan, grosir, pengecer, diintegrasikan menjadi satu. Tujuannya adalah supaya lebih efisien. Pada suatu rantai pasok biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya Pujawan, 2005. Istilah supply chain management SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver Weber dalam Marimin dan Nurul 2011 Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat atau Supplier Tier 2 Supplier Tier 1 Manufac turer Distribut or Ritel atau Toko Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation Finansial : pembayaran Material : retur, recycle, repair Informasi : order, ramalan pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi. Idealnya, hubungan antar pihak pada suatu supply chain berlangsung jangka panjang. Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi. Efisiensi bisa tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi ongkos-ongkos untuk mendapatkan perusahaan partner baru. Namun perlu dicatat bahwa orientasi jangka panjang dalam konteks supply chain di lapangan harus tetap diinterpretasikan secara fleksibel. Dalam konteks lingkungan bisnis yang semakin dinamis dewasa ini, ukuran ‘jangka panjang’ berlaku sangat relatif. Dalam Marimin dan Nurul 2011 disebutkan manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena : 1 produk pertanian bersifat mudah rusak, 2 proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, 3 hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, 4 produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.

2.4. Supply Chain Management untuk Agroindustri