14
i. Apabila pasien masih memerlukanpelayanan di Faskes tingkat lanjutankarena kondisi belum stabil sehinggabelum dapat untuk dirujuk
balik ke Faskestingkat pertama, maka Dokter SpesialisSubSpesialis membuat surat keterangan yangmenyatakan bahwa pasien masih
dalamperawatan.Apabila pasien sudah dalam kondisi stabilsehingga dapat dirujuk balik ke Faskestingkat pertama, maka Dokter
SpesialisSubSpesialis akan memberikan surat keteranganrujuk balik. j. Apabila Dokter SpesialisSub Spesialistidak memberikan surat
keteranganyang dimaksud pada huruf i dan j makauntuk kunjungan berikutnya pasien harusmembawa surat rujukan yang baru dariFaskes
tingkat pertama BPJS Kesehatan, 2013.
2.5 Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta
diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik Azwar, 1995.
Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar
profesi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
dapat tercapai Bustami, 2011.
15
2.6 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggungjawab lagsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien Menkes RI, 2004. Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan perlindungan terhadap pasien, berfungsi sebagai Bahfen, 2006:
a. Menyediakan informasi tentang obat – obatan kepada tenaga kesehatan lainnya, tujuan yang ingin dicapai mencakup mengidentifikasikan hasil pengobatan dan
tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek samping obat, dan
menentukan metode penggunaan obat. b. Mendapat rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.
c. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang berlawanan, keracunan, dan jika perlu memberikan saran untuk memodifikasi
pengobatan. d. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada
pasien. e. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi
pasien penyakit kronis. f. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat – obatan untuk pelayanan gawat darurat.
g. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat. h. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.
i. Menyediakan pendidikan mengenai obat – obatan untuk tenaga kesehatan.
16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mengetahui pendapat pasien peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi dengan teknik
survei menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional studi potong lintang yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen Nursalam, 2009.
3.2 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu penilaian yang diperoleh langsung melalui pengisian angket kuesioner oleh responden.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 10 November 2014 – 30 November 2014 di RSUD Dr.Pirngadi Medan yang dilakukan dengan cara membagikan
kuesioner kepada pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian Saryono, 2011, sedangkan menurut Sugiyono 2007, populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh