Pengujian Hipotesis Ketiga ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 kinerja reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja reksa dana syariah. Pada tahun
2005 kinerja reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja reksa dana konvensional, dengan asumsi variabel lain konstan lihat tabel 21. Uji asumsi normalitas klasik yang
harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi lihat tabel 22.
H. Pengujian Hipotesis Ketiga [Security Selection and Market Timing Ability]
Berdasarkan hasil regresi model Henriksson dan Merton pada reksa dana syariah tahun 2004, 2005, dan 2006 menunjukkan bahwa alfa bernilai negatif yang berarti tidak
dimilikinya security selection ability dari manajer portofolionya. Koefisien regresi untuk variabel dummy bernilai positif menunjukkan bahwa semua reksa dana walaupun tidak
signifikan memiliki market timing ability. Nilai koefisien ini adalah 0.125, 0.009, dan 0.232 yang berarti market timing ability memberikan kontribusi kenaikan return portofolio
sebesar 12.5, 0.9, dan 23.2 basis poin per tahun, dengan asumsi variabel lain konstan lihat tabel 23.
Berdasarkan hasil regresi model Henriksson dan Merton pada indeks syariah JII tahun 2004, 2005, dan 2006 menunjukkan bahwa alfa bernilai negatif yang berarti tidak
dimilikinya security selection ability dari manajer portofolionya. Koefisien regresi untuk variabel dummy bernilai positif menunjukkan bahwa indeks syariah JII walaupun tidak
signifikan memiliki market timing ability. Nilai koefisien ini adalah 0.001, 0.014, dan 0.003 yang berarti market timing ability memberikan kontribusi kenaikan return portofolio
sebesar 0.1, 1.4, dan 0.3 basis poin per tahun, dengan asumsi variabel lain konstan lihat tabel 23.
Berdasarkan pengujian normalitas bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F 0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu
kinerja. Berdasarkan pengujian model Henriksson dan Merton, terhadap security selection ability
dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, sedangkan terhadap market timing ability
dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja manajer indeks syariah JII. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
pengalaman yang relatif masih sedikit dari manajer portofolio mengingat manajer portofolio baru memulai mengelola reksa dana syariah pada tahun 1997. Para manajer
investasi hendaknya dapat meningkatkan kemampuannya dalam memilih sekuritas yang menguntungkan dalam portofolionya. Strategi pasif yang digunakan manajer investasi
dalam mengelola portofolionya dengan mengikuti indeks pasar tidaklah cukup untuk memaksimalkan return yang diharapkan investor pemilik portofolio tersebut.
Pengujian regresi untuk tahun 2004 angka R sebesar 0.990 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua variabel independennya
adalah kuat karena nilai R di atas 0.5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R
2
sebesar 0.981 yang berarti 98.1 dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R
2
yang lain. Nilai SEE Standard Error of Estimate lebih besar daripada nilai SD Standar Deviasi, maka model
regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE Standard Error of Estimate
pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD Standar Deviasi, maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja. Uji asumsi normalitas klasik
yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi lihat tabel 24. Berdasarkan hasil regresi model Henriksson dan Merton pada reksa dana
konvensional tahun 2004 dan 2006 menunjukkan bahwa alfa bernilai positif yang berarti dimilikinya security selection ability dari manajer portofolionya sedangkan pada tahun
2005 menunjukkan bahwa alfa bernilai negatif yang menunjukkan tidak dimilikinya security selection ability
dari manajer portofolionya. Koefisien regresi untuk variabel dummy
bernilai positif menunjukkan bahwa semua reksa dana walaupun tidak signifikan memiliki market timing ability. Nilai koefisien ini adalah 0.098, 0.176, dan 0.567 yang
berarti market timing ability memberikan kontribusi kenaikan return portofolio sebesar 9.8, 17.6, dan 56.7 basis poin per tahun, dengan asumsi variabel lain konstan
lihat tabel 25.
Berdasarkan hasil regresi model Henriksson dan Merton pada indeks konvensional LQ45 tahun 2004 dan 2006 menunjukkan bahwa alfa bernilai positif yang berarti
dimilikinya security selection ability dari manajer portofolionya sedangkan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa alfa bernilai negatif yang menunjukkan tidak dimilikinya
security selection ability dari manajer portofolionya. Koefisien regresi untuk variabel
dummy pada tahun 2004 dan 2005 bernilai positif menunjukkan bahwa indeks walaupun
tidak signifikan memiliki market timing ability. Nilai koefisien ini adalah 0.004, dan 0.038 yang berarti market timing ability memberikan kontribusi kenaikan return portofolio
sebesar 0.4 dan 3.8 basis poin per tahun, dengan asumsi variabel lain konstan. Koefisien regresi untuk variabel dummy pada tahun 2006 bernilai negatif menunjukkan bahwa
indeks walaupun tidak signifikan tidak memiliki market timing ability. Nilai koefisien ini adalah -0.132 yang berarti market timing ability memberikan kontribusi penurunan return
portofolio sebesar -13.2 basis poin per tahun, dengan asumsi variabel lain konstan lihat tabel 25.
Berdasarkan pengujian normalitas bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F 0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu
kinerja. Berdasarkan pengujian model Henriksson dan Merton, terhadap security selection ability
dan market timing ability dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer indeks konvensional LQ45.
Manajer investasi juga perlu meningkatkan kemampuannya untuk meredam gejolak pasar supaya return portofolio yang dikelolanya tetap lebih baik daripada return pasarnya.
Kemampuan ini disebut safety rating yaitu seberapa jauh reksa dana tersebut dapat meredam akibat kondisi penurunan harga sekuritas sehingga NAB reksa dana tidak
mengalami penurunan yang sama atau lebih buruk dari pada penurunan harga sekuritas
secara keseluruhan.
Pengujian regresi untuk tahun 2004 angka R sebesar 0.892 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua variabel independennya
adalah kuat karena nilai R di atas 0.5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R
2
sebesar 0.795 yang berarti 98 dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R
2
yang lain. Nilai SEE Standard Error of Estimate lebih besar daripada nilai SD Standar Deviasi, maka model
regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE Standard Error of Estimate
pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD Standar Deviasi, maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja Uji asumsi normalitas klasik
yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi lihat tabel 26. Berdasarkan model Henriksson dan Merton terhadap pengujian security selection
ability dan market timing ability juga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006
kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, kecuali tahun 2005, dengan asumsi variabel lain konstan
lihat tabel 27. Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah
yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi lihat tabel 29.