Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SYARIAH DENGAN REKSA DANA KONVENSIONAL

OLEH

IIN QARINA PASARIBU 070502134

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Penelitian dilakukan di Bapepam-LK melalui situs resminya www.bapepam.go.id.

Populasi dalam penelitian ini adalah reksa dana yang dikelola oleh Manajer Investasi yang mengelola kedua sub kategori reksa dana syariah dan konvensional baik jenis campuran, pendapatan tetap maupun saham. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode statistik yaitu uji beda rata-rata dengan menggunakan metode independent sample t-test. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah data yang bersifat sekunder yang diperoleh dari laporan publikasi di Bapepam-lk maupun situs Infovesta.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Sharpe, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Sharpe.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Treynor, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Treynor.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Jensen, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Jensen. Kata kunci: Reksa Dana Syariah, Reksa Dana Konvensional, Metode Sharpe, Metode Treynor, Metode Jensen


(3)

ABSTRACT

The research aims to overview the difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance. This research takes place in Bapepam-LK which is in its official site

The populations in this research are all of mutual funds that managed by investment management company which is managed both of sharia and conventional mutual fund in every type, whether mix mutual fund, fix income mutual fund and stock mutual fund. The method of analysis used are descriptive analysis and statistic analysis. Statistic analysis using different means test which is measured by independent sample t-test. This research is a comparative research. The data used are secondary data obtained through public report in Bapepam-Lk and PT Infovesta.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Sharpe ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Sharpe ratio.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Treynor ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Treynor ratio.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Jensen Alpha ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Jensen Alpha ratio.

Keywords: Sharia mutual fund, Conventional mutual fund, Sharpe ratio, Treynor ratio, Jensen Alpha ratio


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasullullah SAW dan para sahabat rasul.

Skripsi yang berjudul: “Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional” ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Masywar Pasaribu dan Ibunda Mutia Eliza, yang telah memberikan segala dukungan, doa dan kepercayaan kepada penulis.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan, dukungan, nasehat dan bantuan baik secara moril maupun materil dari semua pihak sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi. selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi. selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Drs. Nakman Harahap, MSi., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya sampai skripsi ini diselesaikan.

6. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA selaku dosen penguji I. 7. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku dosen penguji II.

8. Ibu Khaira Amalia yang secara khusus telah memberikan masukan dan bantuannya demi penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak/Ibu dosen pengajar di Fakultas Ekonomi USU yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama kuliah.

10.Sahabat-sahabat terbaik, Adiez, Nurul, Indah, Putri, Lulu, Liza, Nindha, Tika, Nisa, Mida, Ruri, Imey, Ayu, Yoex, kita untuk selamanya.

11.Teman-teman seperjuangan di kepengurusan BP2M FE, Kiki, Nisa, Yanti, Herman, Irul, Moza, Kak Devi, semangat kalian menyemangati penulis. 12.Teman-teman Manajemen 2007 yang tidak dapat dituliskan satu per satu,

terima kasih atas kesempatan mengenal kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan penulis dalam pengulasan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Dan penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kita sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2011 Penulis,

Nama : Iin Qarina Pasaribu NIM : 070502134


(6)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian. ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Uraian Teori ... 8

2.1.1 Teori Investasi... 8

2.1.2 Teori Reksadana... 11

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1...Jen is Penelitian ... 26 3.2...Te


(7)

3.3...Bat

asan Operasional ... 26

3.4...Def inisi Operasional... 27

3.5...Pop ulasi dan Sampel ... 29

3.6...Me tode Pengumpulan Data ... 30

3.7...Jen is dan Sumber Data ... 31

3.8...Tek nik Analisis Data ... 31

3.8.1...Uji Homogenitas ... 32

3.8.2...Uji Hipotesis... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 34

4.1.1 Bapepam-LK ... 34

4.1.2 Manajer Investasi ... 37

4.2 Analisis Deskriptif ... 37

4.3 Uji Homogenitas ... 39

4.4 Uji Hipotesis ... 41

4.4.1 Pengujian Hipotesis Rasio Sharpe ... 42

4.4.2 Pengujian Hipotesis Rasio Treynor... 43

4.4.3 Pengujian Hipotesis Rasio Jensen Alpha ... 44

4.5 Analisis dan Pembahasan... 45

4.5.1 Analisis Rasio Sharpe ... 45

4.5.2 Analisis Rasio Treynor... 49

4.5.3 Analisis Rasio Jensen Alpha ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran... 59


(8)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Reksa Dana dengan Perbandingan NAB Reksa

Dana Syariah dan Reksa Dana Total... 4

Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Reksa Dana dengan Perbandingan NAB Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional... 4

Tabel 3.1 Sampel Reksadana yang akan Diteliti... 30

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif... 37

Tabel 4.2 Hasil Uji Lavene’s Test... 39

Tabel 4.3 Hasil Uji Independent sample T-Test... 42

Tabel 4.4 Nilai Rasio Sharpe Reksa Dana Campuran ... 46

Tabel 4.5 Nilai Rasio Sharpe Reksa Dana Pendapatan tetap... 47

Tabel 4.6 Nilai Rasio Sharpe Reksa Dana Saham ... 48

Tabel 4.7 Nilai Rasio Treynor Reksa Dana Campuran... 50

Tabel 4.8 Nilai Rasio Treynor Reksa Dana Pendapatan Tetap... 51

Tabel 4.9 Nilai Rasio Treynor Reksa Dana Saham... 52

Tabel 4.10 Nilai Rasio Jensen Alpha Reksa Dana Campuran ... 54

Tabel 4.11 Nilai Rasio Jensen Alpha Reksa Dana Pendapatan Tetap ... 55


(9)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah... 3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran i Hasil Uji F ...63

Lampiran ii Beta Reksa Dana ...64

Lampiran iii Return Pasar ...65


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Penelitian dilakukan di Bapepam-LK melalui situs resminya www.bapepam.go.id.

Populasi dalam penelitian ini adalah reksa dana yang dikelola oleh Manajer Investasi yang mengelola kedua sub kategori reksa dana syariah dan konvensional baik jenis campuran, pendapatan tetap maupun saham. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode statistik yaitu uji beda rata-rata dengan menggunakan metode independent sample t-test. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah data yang bersifat sekunder yang diperoleh dari laporan publikasi di Bapepam-lk maupun situs Infovesta.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Sharpe, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Sharpe.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Treynor, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Treynor.

Hasil penelitian dengan alpha (α) 5% menunjukkan hipotesis yang menguji metode Jensen, tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Jensen. Kata kunci: Reksa Dana Syariah, Reksa Dana Konvensional, Metode Sharpe, Metode Treynor, Metode Jensen


(12)

ABSTRACT

The research aims to overview the difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance. This research takes place in Bapepam-LK which is in its official site

The populations in this research are all of mutual funds that managed by investment management company which is managed both of sharia and conventional mutual fund in every type, whether mix mutual fund, fix income mutual fund and stock mutual fund. The method of analysis used are descriptive analysis and statistic analysis. Statistic analysis using different means test which is measured by independent sample t-test. This research is a comparative research. The data used are secondary data obtained through public report in Bapepam-Lk and PT Infovesta.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Sharpe ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Sharpe ratio.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Treynor ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Treynor ratio.

The result obtained with alpha (α) 5 % showed hypothesis which tests Jensen Alpha ratio with value was not proving there is difference between sharia mutual fund performance and conventional mutual fund performance if measured by Jensen Alpha ratio.

Keywords: Sharia mutual fund, Conventional mutual fund, Sharpe ratio, Treynor ratio, Jensen Alpha ratio


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pasar modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua belah pihak yang memiliki dua kepentingan yaitu yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan pihak yang membutuhkan modal (emiten). Sementara dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kesempatan dan kemungkinan bagi pemilik modal (investor) untuk memperoleh imbal hasil, tentu saja sesuai jenis investasi yang dipilih. Kedua peran ini memberikan peranan penting akan pasar modal bagi perekonomian suatu negara. Dengan menyediakan sumber pendanaan maka perusahaan dapat bergerak dan meningkatkan pendapatannya sehingga mendorong meningkatnya perekonomian negara. (Tandelilin, 2010: 26).

Reksa dana merupakan salah satu instrumen yang diperjualbelikan di pasar modal selain saham dan obligasi. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) mendefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek,


(14)

dan ketiga dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa dana itu adalah milik bersama para pemodal.

Manfaat yang dapat diperoleh oleh investor jika melakukan investasi pada produk reksa dana adalah walaupun dengan modal terbatas, investor tetap dapat melakukan penganekaragaman dalam investasi efek sehingga mampu memperkecil risiko. Secara umum manfaatnya juga adalah sebagai wahana bagi para pemodal kecil atau investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan melakukan investasi ke perusahaan. Melalui reksa dana inilah maka akan terkumpul dana dalam jumlah besar sehingga memudahkan penganekaragaman portofolio investasi. Sebagian besar investor hanya memiliki pengetahuan dan keahlian yang terbatas untuk mengetahui saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya, yang sekiranya baik untuk dibeli. Dengan melakukan investasi pada reksa dana yang dikelola manajer investasi, maka hal tersebut bukan lagi menjadi hambatan bagi investor untuk dapat berinvestasi.

Perkembangan yang terjadi belakangan ini pasca krisis ekonomi yang pelik tahun 2009 lalu berhasil membuktikan bahwa sistem ekonomi konvensional tidak tahan terhadap krisis. Banyaknya bank dengan sistem konvensional yang jatuh karena krisis tentu saja mempengaruhi keadaan keuangan negara. Namun, di tengah krisis yang terjadi, perbankan yang menjalankan sistemnya dengan prinsip syariah tampak tenang-tenang saja. Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran


(15)

pembiayaan yang bermasalah pada perbankan syariah dan tidak terjadinya hambatan dalam kegiatan operasionalnya.

Begitu pula dengan reksa dana sebagai instrumen keuangan tentu tidak terlepas dari pengaruh krisis keuangan. Jika dilihat dari sub kategorinya, reksa dana untuk tiap-tiap kategori terbagi dua yakni reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Tentu saja kinerjanya berbeda-beda mengingat sistem pengelolaannya yang berbeda. Reksa dana syariah merupakan reksa dana yang seluruh asetnya dialokasikan di instrumen-instrumen keuangan syariah seperti saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JEI), obligasi syariah, dan instrumen lainnya yang membentuk portofolio. Sementara dalam penjualannya tidak ada perbedaan sama sekali.

Sumber: bapepamlk.go.id

Gambar 1.1: Perkembangan Reksa Dana Syariah

Dari grafik dapat dilihat juga di tahun 2009 terdapat peningkatan jumlah reksa dana syariah yang cukup besar. Hal ini dikarenakan efek pasca krisis yang melanda perekonomian dunia khususnya Indonesia, sehingga para pelaku bisnis dan investor yang merasa bahwa sistem perekonomian konvensional mengalami


(16)

kemunduran beralih ke sistem perekonomian yang berbasis syariah. Juga dalam penggunaan instrumen keuangan seperti reksa dana ini, terlihat bahwa geliat penggunaan instrumen keuagan berbasis syariah lebih bergairah. Pada tahun-tahun berikutnya reksa dana syariah senantiasa meningkat baik jumlah maupun Nilai Aktiva Bersih atau NAB-nya

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah Reksa dana dan Perbandingan NAB Reksa dana Syariah dengan Reksa dana Total

Perbandingan Jumlah Reksa

Dana Perbandingan NAB (Rp Milyar) Tahun Reksa

dana Syariah Reksa dana Total Persentase Reksa dana Syariah Reksa dana Total Persentase

2003 4 186 2,15% 66,94 69.447,00 0,10%

2004 11 246 4,47% 592,75 104.037,00 0,57%

2005 17 328 5,18% 559,10 29.405,73 1,90%

2006 23 403 5,71% 723,40 51.620,08 1,40%

2007 26 473 5,50% 2.203,09 92.190,63 2,39%

2008 36 567 5,97% 1.814,80 74.065,81 2,45%

2009 46 610 7,54% 4.629,22 112.983,35 4,10%

2010 48 612 7,84% 5.225,78 149.087,37 3,51%

Sumber: bapepamlk.go.id

Pada tabel di atas kembali ditemukan kenaikan jumlah reksa dana maupun kenaikan jumlah NAB dari reksa dana syariah. Pada tabel ini disajikan perbandingan reksa dana syariah dengan keseluruhan total reksa dana. Kenaikan yang terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah reksa dana total yang beredar, menunjukkan geliat masyarakat pemodal semakin besar dalam menginvestasikan dana dalam reksa dana. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa jumlah persentase reksa dana syariah relatif kecil dibandingkan keseluruhan reksa dana, namun ini cukup menunjukkan bahwa reksa dana syariah cukup diminati.


(17)

Tabel 1.2

Perbandingan Jumlah Reksa dana dan Perbandingan NAB Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional

Perbandingan Jumlah Reksa Dana (buah)

Perbandingan NAB (Rp Milyar)

Tahun

Reksa Dana Syariah

Reksa Dana Konvensional

Reksa Dana Syariah

Reksa Dana Konvensional

2003 4 182 66,94 69.380,00

2004 11 235 592,75 103.444,25

2005 17 311 559,10 28.846,63

2006 23 380 723,40 50.896,68

2007 26 447 2.203,09 89.987,54

2008 36 531 1.814,80 72.251,01

2009 46 564 4.629,22 108.354,13

2010 48 564 5.225,78 143.861,59

Sumber: bapepamlk.go.id (diolah)

Dari tabel dapat dilihat perbandingan reksa dana syariah dibandingkan dengan reksa dana konvensional. Tidak dapat dikesampingkan fakta bahwa reksa dana konvensional sudah lebih dulu beroperasi dibandingkan reksa dana syariah yang baru muncul tahun 2003. Meskipun demikian, peningkatan baik jumlah maupun NAB menunjukkan bahwa masyarakat pemodal menaruh perhatian juga terhadap reksa dana syariah.

Baik buruknya suatu reksa dana ditentukan dari kinerjanya. Pengukuran kinerja reksa dana dilakukan oleh manajer investasi dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan melalui pemantauan NAB. NAB merupakan jumlah nilai pasar wajar dari efek-efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi seluruh kewajibannya. NAB sangat bergantung pada kinerja aset-aset yang membentuk portofolio reksa dana. Dan NAB yang dipengaruhi oleh harga pasar menjadi dasar bagi para investor untuk kemudian membeli atau menjual kembali


(18)

reksa dananya. Melihat kenaikan yang terjadi pada NAB reksa dana syariah ini menandakan kenaikan kinerja dari reksa dana tersebut.

Dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, maka Indonesia juga mengadopsi hukum-hukum ekonomi Islam sebagai acuannya. Tidak heran jika kemudian para pengusaha muslim pun akan melakukan usahanya dengan landasan syariat. Tidak tertutup kemungkinan para pengusaha muslim ini akan memilih instrumen keuangan yang sesuai hukum Islam sebagai pendukung bisnisnya. Namun, dengan kinerja yang senantiasa meningkat peminat reksa dana syariah tetap masih belum signifikan. Menurut Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto, dibanding laju positif beberapa industri berbasis syariah, seperti perbankan syariah dan saham syariah, industri reksa dana syariah masih jalan di tempat atau stagnan. Dibandingkan dengan reksa dana konvensional yang lebih berkembang. Padahal sudah tampak bahwa kinerjanya senantiasa meningkat (republika.co.id: Rabu, 25 Mei 2011). Hal ini tentu berkaitan erat dengan kinerja kedua jenis reksa dana tersebut, karena bagaimana pun juga sebelum melakukan investasi, setiap investor akan memeriksa lebih dulu kinerja dari portofolio reksa dana yang akan digunakannya.

Berdasarkan uraian tersebut penelitian bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbadingan Kinerja Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional”


(19)

1.2Perumusan Masalah

Reksa dana yang terbagi dua berdasarkan sub bagiannya yaitu konvensional dan syariah memiliki kinerja yang berbeda-beda meskipun mereka dikelola oleh manajer investasi yang sama. Tentunya sebelum menentukan akan menggunakan reksa dana yang mana, investor akan mengidentifikasi lebih dulu mana yang kinerjanya lebih baik.

Oleh karena itu, penelitian ini merumuskan permasalahannya menjadi “Apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengilustrasikan penggunaan metode evaluasi kinerja reksa dana yang terdiri dari Sharpe ratio, Treynor ratio dan Jensen ratio.

2. Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi calon investor

Sebagai masukan dalam menentukan keputusan terkait pemilihan jenis reksa dana yang akan diinvestasikan.


(20)

Sebagai tambahan informasi mengenai perbandingan kinerja reksa dana sehingga di kemudian hari dapat lebih memaksimalkan kinerja reksa dana yang dikelolanya.

3. Bagi peneliti

Sebagai pengembangan pola berfikir peneliti mengenai instrumen keuangan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut di masa depan mengenai instrumen keuangan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Teori Investasi

2.1.1.1 Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin (2010: 1) investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa depan. Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset nyata seperti: tanah, emas, rumah dan aset nyata lainnya. Atau pada aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor (Tandelilin 2010: 2) yang pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual dan investor institusional. Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktifitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Secara khusus, alasan seseorang melakukan investasi antara lain sebagai berikut (Tandelilin, 2010: 8):

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan 2. Mengurangi tekanan inflasi


(22)

2.1.1.2 Proses Manajemen Investasi

Dari Fabozzi (2000: 20) tanpa melakukan perbedaan terhadap investor institusional, proses manajemen investasi meliputi lima langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan sasaran investasi

Hal ini tentu tergantung pada institusi itu sendiri sehingga harus disesuaikan dengan kemampuan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan dan risiko maka sasaran investasi dapat dinyatakan dalam tingkat pengembalian maupun risiko.

2. Membuat kebijakan investasi

Penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva di mana investor memutuskan bagaimana dana institusi sebaiknya didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva utama yang ada, yang biasanya meliputi saham, obligasi, real estat, dan sekuritas-sekuritas luar negeri.

3. Pemilihan strategi investasi

Strategi-strategi investasi dapat dibedakan menjadi strategi investasi aktif dan strategi pasif. Strategi investasi aktif menggunakan informasi-informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dibandingkan portofolio yang hanya didiversifikasi secara luas. Hal pentingnya adalah harapan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari kelompok aktiva. Sedangkan strategi investasi pasif melibatkan input


(23)

ekspektasional minimal, dan sebagai gantinya bergantung pada diversifikasi untuk mencocokkan kinerja dari berbagai indeks pasar. Akibatnya, strategi pasif mengasumsikan bahwa pasar akan merefleksikan seluruh informasi yang tersedia pada harga sekuritas. Pemilihan strategi investasi sendiri tergantung pada pandangan klien atau manajer keuangan mengenai harga pasar yang efisien dan tergantung pada karakteristik dari kewajiban klien.

4. Memilih aktiva

Hal ini membutuhkan evaluasi terhadap masing-masing sekuritas. Dalam strategi aktif, hal ini berarti usaha untuk mengidentifikasi kesalahan penetapan harga sekuritas. Pada tahap ini manajer investasi berusaha merancang portofolio yang efisien, yaitu yang memberikan pengembalian yang diharapkan terbesar untuk tingkat risiko tertentu, atau dengan kata lain, tingkat risiko terendah untuk tingkat pengembalian tertentu.

5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja

Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam manajemn investasi. Namun meskipun ini dikatakan sebagai langkah terakhir, sebenarnya proses manajemen investasi merupakan sebuah siklus yang berkesinambungan. Langkah ini sendiri meliputi pengukuran kinerja portofolio dan selanjutnya pengevaluasian kinerja tersebut secara relative terhadap beberapa patokan duga (benchmark). Patok-duga merupakan kinerja serangkaian sekuritas yang telah ditentukan,


(24)

diperoleh untuk tujuan perbandingan. Dengan mengasumsikan bahwa risiko portofolio sama dengan portofolio patok-duga, maka manajer investasi telah menunjukkan kinerja yang lebih baik apabila memiliki pengembalian yang bak. Namun apabila ternyata keberhasilan tersebut tidak dapat membawa hasil bagi perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kegagalan tersebut bukanlah karena kinerja manajer investasi melainkan pada usaha penetapan tujuan dan kebijakan investasi.

2.1.2 Teori Reksa dana

2.1.2.1 Pengertian Reksa dana

Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata ‘reksa’ yang berarti jaga atau pelihara dan kata ‘dana’ yang berarti (kumpulan) uang. Sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai ‘kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan)’. Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (Darmadji dan Fakhruddin: 2006).

Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”


(25)

Dari kedua definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksa dana yaitu (Manurung: 2002):

1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi.

2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan

3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.

2.1.2.2 Klasifikasi Reksa dana

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 212), reksa dana dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain dari: (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio investasi, (4) tujuan investasi. Karena penelitian ini meneliti mengenai dua sub ketgori reksa dana konvensional dan syariah, maka peneliti menembahkan penjelasan mengenai kedua jenis reksa dana tersebut.

2.1.2.2.1 Berdasarkan Bentuk

Dilihat dari bentuknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: a. Reksa dana berbentuk perseroan (corporate type)

perusahaan penerbit reksa dana bentuk ini menghimpun dana dengan menjual saham, kemudian dana dari hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. Reksa dana bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas


(26)

2) pengelolaann kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk

3) penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian.

b. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (contractual type)

Reksa dana bentuk ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP), dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif sedangkan Bank Kustodian berwenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Reksa dana bentuk ini yang lebih popular dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana berebentuk perseroan. Reksa dana bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) bentuk hukumnya dalah Kontrak Investasi Kolektif

2) Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak.

3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilakukan oleh Bank Kustodian berdasarakan kontrak.

2.1.2.2.1 Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: a. Reksa dana bersifat tertutup (closed-end fund)

reksa dana tertutup merupakan suatu bentuk reksa dana yang investor pemegang unit penyertaannya tidak dapat menjual kembali unit penyertaan tersebut kepada Manajer Investasi. Pemegang Unit penyertaan hanya dapat


(27)

menjual kembali unit penyertaan melalui Bursa Efek tempat saham tersebut dicatatkan.

b. Reksa dana bersifat terbuka (open-end fund)

reksa dana terbuka merupakan reksa dana yang pemegang unit penyertaannya dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimiliki setiap saat diinginkan langsung kepada Manajer Investasi. Manajer Investasi reksa dana melalui Bank Kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan pada saat tersebut.

2.1.2.2.3 Berdasarkan Portofolio Investasi

Jika dilihat dari portofolio investasinya, maka reksa dana dapat dibedakan menjadi :

a. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana jenis ini menekankan pada upaya menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal dengan membentuk portofolio yang terdiversifikasi pada berbagai instrumen jangka pendek (kurang dari satu tahun), seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper, Promissory Notes, Call Money, Banker’s Acceptance, Repurchase Agreement, dan lain-lain.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Pengalokasian aset pada reksa dana pendapatan tetap dikonsentrasikan pada berbagai tipe obligasi yang dikelompokkan menjadi obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan obligasi pemerintah daerah (municipal bond) yang dapat mengeneralisasi adanya tingkat pengembalian yang


(28)

stabil dengan tingkat kemungkinan risiko yang lebih rendah dibandingkan kemungkinan risiko pada reksa dana saham.

c. Reksa Dana Saham

Reksa dana jenis ini mengalokasikan lebh dari 80 persen dananya pada efek yang bersifat ekuitas (saham), terutama saham biasa (common stock). Saham dikenal dengan karakteristik ‘imbal hasil tinggi risiko tinggi’. Artinya, reksa dana saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang tinggi pula.

d. Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran membentuk diversifikasi portofolio dengan mengkombinasikan pengalokasian aset pada saham, sekuritas pendapatan tetap, dan efek pasar uang. Komposisi pengalokasian aset di antara ketiganya berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-masing Manajer Investasi, dan biasanya kebijakan investasi ini tercantum pada masing-masing prospektus reksa dana.

2.1.2.2.4 Berdasarkan Tujuan Investasi

Klasifikasi reksa dana berdasarkan tujuan investasinya terbagi atas a. Growth fund

Reksa dana jenis ini menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana, sehingga biasanya reksa dana ini mengalokasikan dananya pada saham.


(29)

b. Income fund

Reksa dana ini menekankan pada upaya mendapatakan pendapatan yang konstan, sehinga reksa dana jenis ini mengalokasikan dannaya pada obligasi atau surat utang.

c. Safety fund

Reksa dana jenis ini lebih mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Pengalokasian dananya ditempatkan pada instrumen-instrumen di pasar uang seperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan surat utang jangka pendek.

2.1.2.2.5 Berdasarkan Hukum

Karena penelitian ini membandingkan reksa dana berdasarkan hukumnya, maka disertakan juga klasifikasi reksa dana berdasarkan hukum terbagi atas: (Gemala dkk: 2005)

a. Reksa Dana Konvensional

Reksa dana konvensional merupakan instrumen reksa dana yang keberadaanya tidak berlandaskan prinsip-prinsip syariah atau syariat Islam. Unsur-unsur yang dikandung oleh reksa dana konvensional yang tidak sesuai dengan syariat Islam antara lain dari segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksa dana konvensional bebas berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan darui berbagai bidang usaha termasuk bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan ribawi, dan lain-lain yang tentunya tidak sesuai dengan


(30)

prinsip-prinsip syariah. Meskipun demikian, sebenarnya dalam reksa dana konvensional berisi akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Dan di sana terdapat banyak manfaat seperti memajukan perekonomian, meminimalkan risiko dalam pasar modal dan sebagainya.

b. Reksa Dana Syariah

Pada dasarnya reksa dana syariah merupakan islamisasi dari reksa dana konvensional. Menurut Pasal 1 angka 27 UU No. 8 Tahun 1996 tentang Pasar Modal, reksa dana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Pembeda reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis instrumen investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di samping itu, dalam pengelolaan dana reksa dana ini tidak mengijinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan di antara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki.

Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No.20/DSN/-MUI/VI/2001. Fatwa tersebut memuat antara lain:


(31)

i. Pada reksa dana konvensional, masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksana investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan.

ii. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bak umum syariah dan surat utang sesuai syariah.

iii. Jenis usaha emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa-jasa merusak modal dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tisak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya.

iv. Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksa dana syariah jika struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan


(32)

yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.

v. Mekanisme operasioanl reksa dana syariah terdiri dari: Wakalah antara Manajer Investasi dan pemodal; serta Mudharabah antara Manajer Investasi dengan penggunaan investasi.

vi. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menaggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, (3) Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.

vii.Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksa dana syariah adalah (1) penghasilan dari saham berupa dividen, rights, dan capital gain. (2) penghasilan dari obligasi yang sesuai syariah. (3) penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang. (4) penghasilan dari deposito.

2.1.2.3 Pengelola Reksa dana

Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh perusahaan Manajemen Investasi yang telah mendapatkan izin dari BAPEPAM. Perusahaan Manajemen Investasi yang mengelola reksa dana dapat berupa perusahaan yang secara khusus bergerak


(33)

sebagai perusahaan investasi (investment management company) ataupun perusahaan efek yang pada umumnya membentuk divisi tersendiri yang khusus menangani reksa dana.

Selain perusahaan manajemen investasi yang berfungsi sebagai pengelola reksa dana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan reksa dana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang dantanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksa dana sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan bersama Manajer Investasi.

Undang-undang Pasar Modal menyebutkan bahwa Manajer Investasi tidak boleh memegang langsung kekayaan reksa dana. Kekayaan reksa dana tersebut wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak memiliki afiliasi dengan Manajer Investasi untuk menghindari adanya kecurangan atau benturan kepantingan dalam pengelolaan kekayaan tersebut.

2.1.2.4 Pengukuran Kinerja Portofolio 2.1.2.4.1. Metode Sharpe

Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atas risiko atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksa dana dengan rata-rata kinerja investasi yang dihasilkan yang bebas risiko (risk free aset). Investasi bebas risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI).


(34)

Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium terhadap standard deviasinya, yaitu (Pratomo dan Hugraha: 2001)

Si = Si = indeks sharpe

= rata-rata dari return reksa dana i selama periode pengamatan

= rata-rata dari return investasi bebas risiko selama periode pengamatan = standard deviasi dari return reksa dana i selama periode pengamatan

Dalam ukuran kinerja ukuran Sharpe, suatu reksa dana dinyatakan superior risk-adjusted performance jika memiliki nilai Sharpe atau RVAR yang besar dari nilai Sharpe indeks pasar. Semakin besar nilai Sharpe suatu reksa dana, maka hal itu menunjukkan kinerja yang lebih baik dari reksa dana tersebut.

2.1.2.4.2. Metode Treynor

Metode Treynor menunjukkan hubungan antara portofolio excess return dengan risiko sistematis yang ada. Untuk mengetahui kinerja reksa dana dengan treynor adalah rasio risk premium terhadap risiko sistematis baku atau mengukur besarnya penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk setiap risiko sistematis yang diambil, atau mengukur pengembalian per unit dari total risiko sistematis. Diasumsikan bahwa risiko tidak sistematis diminimalkan melalui diversifikasi portofolio, sehingga lebih singkatnya indeks ini menunjukkan risiko premium per risiko sistematis. Perbedaannya dengan indeks Sharpe adalah, kalau indeks Sharpe menggunakan risiko total portofolio atau standar deviasi sedangkan Treynor menggunakan risiko sistematis atau lebih


(35)

Model pengukuran Treynor diukur dengan beta, yang merupakan parameter yang menunjukkan volatilitas relatif dari pengembalian portofolio terhadap pengembalian pasar, sehingga dirumuskan sebagai berikut: (Pratomo dan Hugraha: 2001)

Ti = Ti = indeks treynor

= rata-rata kinerja reksa dana periode pengamatan

= rata-rata kinerja investasi bebas risiko pada periode pengamatan = beta portofolio

Dari pengukuran indeks Treynor dapat dilihat semakin tinggi angka indeksnya maka reksa dana tersebut semakin baik kinerjanya.

2.1.2.4.3. Metode Jensen

Untuk mengevaluasi kinerja reksa dana, Michail C. Jensen membuat model yang didasarkan pada Capital Aset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana treynor, yang dipertimbangkan adalah risiko sistematis, dengan memodifikasi untuk merefleksikan superioritas ataupun inferioritas manajer investasi dalam melakukan peramalan harga sekuritas. Jensen berpendapat bahwa kinerja raksadana yang baik adalah reksa dana yang memiliki kinerja portofolio melebihi kinerja pasar sesuai dengan risiko sistematis yang dimilikinya. Indeks Jensen sering juga disebut dengan Jensen alpha, dan dirumuskan sebagai berikut: (Pratomo dan Hugraha: 2001)


(36)

α : indeks Jensen

rp : pengembalian (return) portofolio rm : pengembalian (return) pasar rf : risk free rate

Dari pengukuran indeks Jensen dapat dilihat bahwa semakin tinggi angka indeksnya maka reksa dana tersebut semakin baik kinerjanya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kinerja reksa dana telah dilakukan oleh Hutagalung (2009) yang meneliti perbedaan kinerja reksa dana saham terhadap indeks harga saham gabungan dengan metode sharpe dan treynor. Hasil penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% tersebut menunjukkan hipotesis 1 di mana nilai –t Hitung (-18,609) < -t tabel (-4,303) yang berarti secara keseluruhan terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode sharpe selama tahun 2006-2008. Pada hipotesis 2, nilai –t hitung (-1,102) > -tabel (-4,303) yang berarti tidak terdapat kinerja reksa dana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode treynor selama tahun 2006-2008.

Sementara penelitian terhadap perbandingan kinerja reksa dana telah dilakukan oleh Rachmawati (2008) yang membandingkan reksa dana berbasis syariah dan berbasis konvensional menggunakan risk-adjusted ratio, besar AUM (Aset Under Management), pertumbuhan AUM, dan biaya reksa dana. Penilaian ketiga unsur tersebut menggunakan Z-score dan memperoleh hasil bahwa kinerja


(37)

produk reksa dana berbasis syariah lebih baik daripada kinerja reksa dana berbasis konvensional.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008: 89). Kinerja reksa dana dapat diukur dengan beberapa metode yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jansen (Pratomo dan Nugroho: 2001).

Pengukuran kinerja reksa dana hanya didasarkan atas perubahan NAB/unit dan ada tidaknya pembagian keuntungan. Dari dua data inilah, kinerja reksa dana diukur. Perubahan aset (NAB) bukan merupakan indicator kinerja, karena danya faktor masuk keluarnya dana oleh investor. Publikasi reksa dana selalu membandingkan kinerja dan sangat jarang dtemukan perbandingan atau pemeringkatan yang membandingkan total aset yang dikelola, jumlah investor atau pertumbuhan keduanya. Menurut Ridho (2008: 101) yang membandingkan kinerja reksa dana syariah dan konvensional menemukan bahwa sebenarnya secara bisnis kinerja reksa dana syariah tidak kalah menguntungkan dengan reksa dana konvensional. Selain itu, secara religius lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena melaksanakan serangkaian proses yang sesuai dengan prinsip-prinsip.

Gambar berikut menunjukkan model kerangka konseptual yang menggambarkan komparasi kedua jenis reksa dana.

Kinerja reksadana berbasis syariah

Kinerja reksadana berbasis


(38)

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Sumber: Pratomo dan Nugroho (2001), Ridho (2008), diolah 2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2008: 93).

Hipotesis penelitian ini berdasarkan uraian di atas adalah terdapat perbedaan kinerja reksa dana berbasis syariah dengan reksa dana berbasis konvensional yang diukur berdasarkan Sharpe ratio, Treynor ratio, dan Jensen ratio.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Ginting dan Situmorang (2008: 57) menjelaskan bahwa jenis penelitian menurut tingkat eksplanasinya terbagi tiga jenis yakni penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian ini sendiri merupakan penelitian yang menjelaskan perbandingan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Maka jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yang membandingkan kedua jenis reksa dana tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Bapepam-LK melalui situs resminya September 2011.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah:

a. Reksa dana yang diteliti adalah reksa dana berbasis syariah yang dibandingkan dengan reksa dana berbasis konvensional dari kategori campuran, saham, dan pendapatan tetap.

b. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana adalah Sharpe ratio, Treynor ratio, dan Jansen ratio.


(40)

3.4 Definisi Operasional

Berdasarkan konsep-konsep dasar teori, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sharpe ratio, Treynor ratio, dan Jansen ratio.

3.4.1. Sharpe Ratio

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa Sharpe ratio adalah

Si = Si = indeks sharpe

= rata-rata dari return reksa dana i selama periode pengamatan

= rata-rata dari return investasi bebas risiko selama periode pengamatan = standard deviasi dari return reksa dana i selama periode pengamatan

Langkah-langkah untuk mengukur kinerja reksa dana dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

a) Menghitung rata-rata return NAB bulanan dengan fungsi AVERAGE pada Microsoft excel.

b) Menghitung standard deviasi bulanan dengan mempergunakan fungsi STDEV di Microsoft excel pada return bulanan.

c) Menghitung rata-rata tahunan suku bunga SBI-3 bulan sebagai risk free rate-nya.

d) Menghitung sharpe ratio dengan mengurangkan rata-rata tahunan return NAB dengan rata-rata tahunan risk free rate, kemudian hasilnya (excess return) dibagi dengan standard deviasi tahunan.


(41)

3.4.1. Treynor Ratio

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, model pengukuran treynor diukur dengan beta, yang merupakan parameter yang menunjukkan volatilitas relatif dari pengembalian portofolio terhadap pengembalian pasar, sehingga dirumuskan sebagai berikut:

Ti = Ti = indeks treynor

= rata-rata kinerja reksa dana periode pengamatan

= rata-rata kinerja investasi bebas risiko pada periode pengamatan = beta portofolio

Langkah-langkah untuk mengukur kinerja reksa dana dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

a) Menghitung rata-rata return NAB bulanan dengan fungsi AVERAGE pada Microsoft excel.

b) Menghitung beta masing-masing reksa dana dengan menggunakan fungsi analysis tools pada Microsoft excel. Untuk reksa dana konvensional maka nilai return pasar yang digunakan adalah nilai IHSG sementara untuk reksa dana syariah menggunakan nilai JII. c) Menghitung treynor ratio dengan mengurangkan rata-rata tahunan

return NAB dengan rata-rata tahunan risk free rate, kemudian hasilnya (excess return) dibagi beta reksa dana.


(42)

3.4.1. Jansen Ratio

Indeks Jensen sering juga disebut dengan Jensen alpha, dan dirumuskan sebagai berikut:

α = rp – [rf + βp (rm – rf)]

α : indeks Jensen

rp : pengembalian (return) portofolio rm : pengembalian (return) pasar rf : risk free rate

Dari pengukuran indeks jensen dapat dilihat semakin tinggi angka indeksnya maka reksa dana tersebut semakin baik kinerjanya.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 115). Populasi yang diambil sebagai objek penelitian ini adalah seluruh reksa dana syariah dan reksa dana konvensional baik dari jenis pendapatan tetap, saham, dan campuran yang dikelola oleh 13 Manajer Investasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono: 116). Sampel merupakan perwakilan dari seluruh populasi sehingga harus benar-benar reprsentatif dan dapat diberlakukan kepada seluruh populasi.


(43)

Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria penentuan sampel yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Reksa dana konvensional yang dipilih adalah yang sudah dan tetap aktif selama periode penelitian (2008-2010).

2. Reksa dana syariah yang dipilih adalah yang sudah dan tetap aktif selama periode penelitian (2008-2010).

3. Informasi yang digunakan berasal dari publikasi laporan reksa dana yang diposting di situs PT Infovesta.

Maka sampel yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1

Sampel Reksa Dana yang Akan Diteliti

Katagori

reksa dana Nama Manajer Investasi

Nama reksa dana konvensional

Nama reksa dana syariah PT Andalan Artha Advisindo

Sekuritas

AAA Balanced Fund

AAA Amanah Syariah Fund PT Cimb Principal Asset

Management CIMB-Principal Balanced Growth CIMB-Principal Islamic Balanced Growth

PT Danareksa Investment Management

Danareksa Anggrek Danareksa Syariah

Berimbang PT Kresna Graha Sekurindo

Tbk

Kresna Optimus IPB Syariah

PT Mandiri Manajemen Investasi

Mandiri Investa Aktif

Mandiri Investa Syariah Berimbang

PT Mega Capital Indonesia Mega Dana

Campuran

Mega Dana Syariah Campuran

PT Trimegah Asset Management

Trim Kombinasi 2 Trim Syariah

Berimbang

MNC Asset Management MNC Dana Likuid MNC Dana Syariah

PT BNI Securities Dana Berbunga Tiga BNI Dana Syariah

PT Mega Capital Indonesia Medali Dua Medali Syariah

Pendapatan tetap

PT PNM Investment Management

PNM Dana Sejahtera II

PNM Amanah Syariah PT Batavia Prosperindo Aset

Manajemen

Batavia Dana Saham Batavia Dana Saham Syariah PT BNP Paribas Investments

Partners

BNP Paribas Ekuitas BNP Paribas Pesona Amanah Saham

PT Cimb Principal Asset Management

CIMB-Principal Equity Aggressive

CIMB-Principal Islamic Equity


(44)

Growth Syariah PT Mandiri Manajemen

Investasi

Mandiri Investa Atraktif

Mandiri Investa Atraktif Syariah PT Trimegah Asset

Management

Trim Kapital Trim Syariah

Saham

Sumber : bapepam.go.id, infovesta.com (diolah)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bapepam-LK, PT Infovesta, dan Bank Indonesia.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian pihak lain. Data diperoleh dari situs resmi milik Bapepam-LK dan situs resmi PT Infovesta sebagai pihak swasta yang menyediakan data instrument keuangan serta situs resmi Bank Indonesia. Berikut adalah data beserta sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

a) Daftar reksa dana aktif selama periode penelitian (2008-2010) yang diperoleh dari situs Bapepam-LK dan situs PT Infovesta.

b) Return NAB/bulan sampel penelitian selama periode 2008-2010 yang diperoleh dari situs PT Infovesta.

c) Data bunga SBI selama tahun periode penelitian yang diperoleh dari Bank Indonesia.


(45)

d) Nilai IHSG dari Yahoo Finance dan nilai JII dari PT Infovesta.

3.8 Teknik Analisis Data

Penellitian ini bermaksud membandingkan data dari dua populasi yaitu reksa dana syariah dan reksa dana konvensional maka dari itu pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Pada pengujian ini tidak diperlukan uji asumsi klasik karena distribusi data telah dianggap normal. Pada penelitian ini hanya digunakan uji homogenitas dengan menggunakan Lavene’s Test. Uji ini dimaksudkan hanya untuk melihat kesamaan varians, jika ternyata variansnya berbeda antara kedua kelompok populasi maka akan digunakan asumsi varians yang berbeda pada uji hipotesis.

3.8.1 Uji Homogenitas

Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk melihat apakah dalam dua grup atau populasi terdapat kesamaan varians. Uji ini diperlukan untuk menetukan alat statistik yang dilakukan dengan asumsi populasi yang sama atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan uji Lavens’s Test. Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Jika –Ftabel > Fhitung > +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas <level of significant sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).


(46)

b) Jika –Ftabel < Fhitung < +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

3.8.2 Uji Hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:

Ha : μ1 ≠ μ2 : ada perbedaan

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah:

a) Ha ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

b) Ha tidak ditolak apabila -ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Bapepam-LK

Bapepam-LK merupakan penggabungan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK). Institusi pengawasan terpadu ini dibentuk dengan maksud untuk menciptakan lembaga pengawas yang terintegrasi bagi pasar modal, perbankan, dana pensiun, asuransi serta lembaga keuangan lainnya. Hal ini ditujukan dalam rangka mengurangi tingkat risiko di sektor keuangan dan mengantisipasi berkembangnya universal product, meningkatkan kepercayaan pasar, perlindungan konsumen, transparansi, standar praktik bisnis keuangan, dan mengurangi kejahatan di bidang keuangan.

GBHN 1999 – 2004 telah merespon dinamika perubahan industri jasa keuangan tersebut, dimana dinyatakan bahwa dalam rangka menciptakan industri pasar modal yang efektif dan efisien, perlu dibentuk suatu lembaga independen yang mengawasi kegiatan di bidang pasar modal dan lembaga keuangan. Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, disebutkan bahwa pengawasan industri jasa keuangan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen.

Dalam Road Map Departemen Keuangan dan Kebijakan Sektor Keuangan, telah dicanangkan adanya integrasi pengawasan sektor jasa keuangan non bank yang merupakan langkah awal untuk membentuk suatu pengawas jasa keuangan


(48)

yang terintegrasi. Penggabungan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) merupakan persiapan dalam rangka pembentukan institusi dimaksud.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor KMK 606/KMK.01./2005 tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, organisasi unit eselon I Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) digabungkan menjadi satu organisasi unit eselon I, yaitu menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan Lembaga Keuangan).

Bapepam dan Lembaga Keuangan mempunyai tugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut Bapepam dan Lembaga Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan peraturan di bidang pasar modal; 2. Penegakan peraturan di bidang pasar modal;

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di pasar modal;

4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan Perusahaan Publik;


(49)

5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

6. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;

7. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;

8. Pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

9. Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga keuangan;

10.Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan;

11.Pelaksanaan tata usaha Badan.

Organisasi Bapepam dan Lembaga Keuangan terdiri dari 1 Ketua Badan sebagai eselon I dan membawahi 12 unit eselon II (1 Sekretariat dan 11 Biro Teknis), dimana lingkup pembinaan dan pengawasan meliputi aspek pasar modal, dana pensiun, perasuransian, perbankan dan usaha jasa pembiayaan serta modal ventura. Penggabungan ini mencerminkan respon dan langkah awal Departemen Keuangan atas semakin terintegrasinya industri jasa keuangan.

Adapun visi dan misi dari Bapepam-LK adalah menjadi otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.


(50)

4.1.2 Manajer Investasi

Manajer Investasi (MI) adalah perusahan yang telah mendapatkan izin dari Bapepam untuk mengelola reksa dana. Perusahaan pengelola reksa dana dapat berupa (Darmadji dan Fakhruddin: 217):

1. Perusahaan Efek, di mana umumnya membentuk divisi atau PT tersendiri yang khusus menangani reksa dana.

2. Perusahaan yang secara khusus bergerak sebagai perusahaan investasi. Adapun MI yang tercatat di Bapepam berjumlah 82 perusahaan tapi tidak semuanya memiliki kelengkapan data yang dipublikasikan.

4.2 Analisis Deskriptif

Data yang digunakan berjumlah 32 reksa dana dengan time series selama 3 tahun sehingga diperoleh sampel sebanyak 96. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio atau Jensen Alpha.

Deskripsi data penelitian secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Group Statistics

Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Konvensional 48 1.0943 3.23632 .46712

sharpe

Syariah 48 .8631 1.99983 .28865

Konvensional 48 50.0022 331.42858 47.83759 treynor

Syariah 48 79.9178 758.20248 109.43710

Konvensional 48 .8832 3.81814 .55110

alpha

Syariah 48 .7485 3.88676 .56100


(51)

Berikut ini merupakan penjelasan dari data deskriptif yang telah diolah: 1. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa reksa dana syariah memiliki

rata-rata (mean) rasio Sharpe sebesar 0.8631%, lebih kecil jika dibandingkan dengan mean rasio Sharpe reksa dana konvensional yang sebesar 1.0943%. Ini berarti pada tahun 2008-2010 kinerja reksa dana konvensional lebih baik dibandingkan reksa dana syariah jika diukur dengan rasio Sharpe. Namun demikian, standard deviasi dari reksa dana konvensional juga lebih tinggi, ini menandakan tingkat risiko yang lebih tinggi juga dibandingkan reksa dana syariah.

2. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa reksa dana syariah memiliki mean rasio Treynor sebesar 79.9178%, lebih besar jika dibandingkan dengan mean rasioTreynor reksa dana konvensional yang sebesar 50.022%. ini menandakan pada tahun 2008-2010 kinerja reksa dana syariah lebih baik jika dibandingkan dengan reksa dana konvensional jika diukur dengan rasio Treynor.

3. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa reksa dana syariah memiliki mean rasio Alpha sebesar 0.7485%, lebih kecil jika dibandingkan dengan rasio Alpha reksa dana konvensional sebesar 0.8832%. Hal ini menandakan kinerja reksa dana konvensional pada tahun 2008-2010 lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksa dana syariah apabila diukur dengan rasio Jensen Alpha.


(52)

4.3 Uji Homogenitas

Tujuan dari uji homogenitas ini adalah untuk melihat apakah dalam dua grup atau populasi terdapat kesamaan varians. Uji ini diperlukan untuk menetukan alat statistic yang dilakukan dengan asumsi populasi sama atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test.

Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Jika –Ftabel > Fhitung > +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas <level of significant sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).

2. Jika –Ftabel < Fhitung < +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

Hasil dari uji Lavene’s Test dapat diliat pada tabel 4.2 berikut Tabel 4.2

Hasil Uji Lavene’s Test Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

sharpe 1.223 1 94 .272

treynor .890 1 94 .348

alpha .001 1 94 .980


(53)

Berdasarkan tabel 4.2 hasil pengujian homogenitas setiap variabel antara dua populasi yaitu reksa dana syariah dan reksa dana konvensional maka didapat hasil sebagai berikut:

1. Variabel Sharpe memiliki nilai Fhitung sebesar 1.223 dan nilai signifikasinya adalah sebesar 0.272. Ftabel pada penelitian ini adalah sebesar 3.090. Karena nilai Fhitung < Ftabel (1.223 < 3.090) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0.272 > 0.05), maka variabel Sharpe untuk kedua populasi dikatakan memiliki varians yang sama dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

2. Variabel Treynor memiliki nilai Fhitung sebesar 0.890 dan nilai signifikansinya adalah 0.348. Karena nilai Fhitung < Ftabel (0.890 < 3.090) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0.348 > 0.05), maka variabel Treynor untuk kedua populasi dikatakan memiliki varians yang sama dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

3. Variabel Jensen Alpha memiliki nilai Fhitung 0.001 dan nilai signifikansinya adalah 0.980. Karena Fhitung < Ftabel (0.001 < 3.090) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0.980 > 0.05) maka variabel Jensen Alpha untuk kedua populasi dikatakan memiliki varians yang sama danuntuk uji hipotesis akan digunakan asumsi variabel populasi yang sama (equal variance assumed).


(54)

4.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan Independent sample T-test yang bertujuan menunjukkan signifikasi beda rata-rata dua kelompok sampel. Dalam hal ini kelompok reksa dana syariah dan kelompok reksa dana konvensional. Sedangkan independen di sini dalam arti keduanya tidak terkait, tidak saling berhubungan, dan berasal dari dua populasi yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan hipotesis statistik yaitu Ha : μ1 ≠ μ2 : ada perbedaan

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah:

c) Ha ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

d) Ha tidak ditolak apabila -ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.

Uji hipotesis dengan uji Independent Sample T-Test sebagai uji hipotesisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini


(55)

Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-Test

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper Equal

Variances assumed

1.223 .272 .421 94 .675 .23120 .54911 -.85907 1.32148 sharpe

Equal variances not assumed

.421 78.326 .675 .23120 .54911 -.86192 1.32433

Equal variances assumed

.890 .348 -.250 94 .803 -29.91552 119.43582 -267.05813 207.22710 treynor

Equal variances not assumed

-.250 64.329 .803 -29.91552 119.43582 -268.49252 208.66149

Equal variances assumed

.001 .980 .171 94 .864 .13463 .78641 -1.42681 1.69606 alpha

Equal variances not assumed

.171 93.970 .864 .13463 .78641 -1.42681 1.69607

Sumber: hasil pengolahan SPSS oleh peneliti

4.4.1 Pengujian Hipotesis Variabel Sharpe

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Sharpe antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Hal ini menyebabkan penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi atau tes untuk equality of means menggunakan t-test dengan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua populasi sama).

Tabel 4.3 menunjukkan thitung untuk Sharpe dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi sama) adalah 0.421. Sementara ttabel dalam penelitian ini adalah 1.6640. Oleh karena nilai thitung < ttabel dan tingkat


(56)

signifikansinya lebih besar dari α (0.272 > 0.005) maka Ha ditolak atau H0 diterima.

Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) Sharpe reksa dana syariah dan reksa dana konvensional berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Sharpe.

4.4.2 Pengujian Hipotesis Variabel Treynor

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Treynor antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Hal ini menyebabkan penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi atau tes untuk equality of means menggunakan t-test dengan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua populasi sama).

Tabel 4.3 menunjukkan thitung untuk Treynor dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi sama) adalah -0.250. Sementara ttabel dalam penelitian ini adalah 1.6640. Oleh karena nilai -ttabel < thitung (-1.6640 < -0.250) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0.348 > 0.005) maka Ha ditolak atau H0 diterima.

Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) Treynor reksa dana syariah dan reksa dana konvensional berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Treynor. Tanda negatif dari nilai thitung menunjukkan bahwa nilai mean dari populasi pertama lebih rendah daripada mean populasi kedua.


(57)

4.4.3 Pengujian Hipotesis Variabel Jensen Alpha

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Jensen Alpha antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Hal ini menyebabkan penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi atau tes untuk equality of means menggunakan t-test dengan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua populasi sama).

Tabel 4.3 menunjukkan thitung untuk Jensen Alpha dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi sama) adalah 0.171. Sementara ttabel dalam penelitian ini adalah 1.6640. Oleh karena nilai thitung < ttabel (0.171 < 1.6640) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0.980 > 0.005) maka Ha ditolak atau H0 diterima.

Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) Jensen Alpha reksa dana syariah dan reksa dana konvensional berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa kinerja reksa dana syariah dan kinerja reksa dana konvensional ada perbedaan jika diukur dengan rasio Jensen Alpha.

4.5 Analisis dan Pembahasan

Setelah melakukan penelitian terhadap reksa dana baik syariah maupun konvensional periode 2008-2010 dengan menggunakan rasio pengukur kinerja reksa dana yaitu Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedua jenis reksa dana baik syariah maupun konvensional. Hal ini sejalan dengan penelitian Rachmawati yang menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kedua jenis reksa dana ini.


(58)

4.5.1 Analisis Rasio Sharpe

Pengukuran kinerja dengan rasio Sharpe tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi Sharpe sebesar 0.272 setelah dilakukan uji-t. Nilai signifikansi yang lebih besar daripada nilai α ini memenuhi syarat diterimanya H0 atau ditolaknya Ha.

Pengukuran Sharpe merupakan pengukuran kinerja untuk mengetahui kinerja reksa dana melalui rasio risk premium terhadap simpangan baku. Juga dapat disebut pengukuran besarnya penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk setiap risiko yang diambil atau mengukur return per unit dari total risiko. Risk Premium adalah selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksa dana dengan rata-rata kinerja investasi bebas risiko (risk free asset), dalam penelitian ini diasumsikan Sertifikat Bank Indonesia. Sedangkan standard deviasi merupakan total risiko dari reksa dana itu sendiri. Sehingga dapat dilihat dari rasio Sharpe apabila indeks Sharpe semakin tinggi maka semakin baik kinerja reksa dana tersebut.

4.5.1.1. Analisis Sharpe Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan bersifat utang. Perbandingan reksa dana campuran antara sub kategori syariah dan konvensional berdasarkan rasio Sharpe selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.


(59)

Tabel 4.4

Nilai Rasio Sharpe reksa Dana Campuran Nama Reksa Dana Campuran sharpe

2008 rank 2008 sharpe 2009 rank 2009 sharpe 2010 rank 2010

AAA Balanced Fund -0.4414 6 0.6531 10 0.5009 1

CIMB-Principal Balanced

Growth -0.4771 7 0.7507 4 0.4159 14

Danareksa Anggrek -0.4214 3 0.7537 3 0.3684 12

Kresna Optimus -0.4382 5 0.4735 14 0.3606 8

Mandiri Investa Aktif -0.3715 1 0.7058 8 0.4896 3 Mega Dana Campuran -0.7211 14 0.5837 11 0.4514 6

Trim Kombinasi 2 -0.6023 11 0.5345 13 0.3666 11

AAA Amanah Syariah Fund -0.4241 4 0.7139 6 0.4898 9 CIMB-Principal Islamic

Balanced Growth -0.5621 9 0.7106 7 0.459 13

Danareksa Syariah Berimbang -0.4884 8 0.9298 1 0.5327 2

IPB Syariah -0.6122 12 0.6667 9 0.4707 7

Mandiri Investa Syariah

Berimbang -0.3811 2 0.7785 2 0.4877 10

Mega Dana Syariah -0.6392 13 0.7236 5 0.4109 4

Trim Syariah Berimbang -0.5761 10 0.5762 12 0.4515 5 Sumber: infovesta.com (diolah)

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 indeks Sharpe seluruh reksa dana bernilai negatif. Hal ini dipengaruhi oleh nilai risk free rate (SBI) pada tahun tersebut positif sehingga perbandingan return reksa dana dengan SBI menjadi negatif. Di tahun 2008 tampak bahwa kinerja terbaik disuguhkan oleh reksa dana Mandiri Investa Aktif dengan indeks Sharpe -0.3715, sementara indeks terendah dimiliki oleh Mega Dana Campuran yaitu -0.7211.

Di tahun 2009 tampak bahwa kinerja reksa dana syariah meningkat sebagaimana peringkatnya. Tampak Danareksa Syariah Berimbang memiliki nilai Sharpe yang paling baik yaitu 0.9298, yang menunjukkan kinerjanya dari tahun 2008. Selanjutnya reksa dana syariah lainnya juga tidak terlalu buruk peringkatnya dan memiliki nilai Sharpe yang juga baik, terlihat dari peringkatnya


(60)

meskipun Trim Syariah Berimbang tampak agak di urutan terbawah urutannya. Di tahun 2010 AAA Balanced Fund menjadi reksa dana di peringkat pertama yang memiliki nilai Sharpe terbaik pada kelompok reksa dana campuran.

4.5.1.2. Analisis Sharpe Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa dana pendapatan tetap melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek bersifat utang. Tujuan reksa dana ini adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Perbandingan dan pemeringkatan reksa dana campuran antara sub kategori syariah dan konvensional berdasarkan rasio Sharpe selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5

Nilai Rasio Sharpe Reksa Dana Pendapatan Tetap Nama Reksa Dana

Pendapatan Tetap sharpe 2008 rank 2008 sharpe 2009 rank 2009 sharpe 2010 rank 2010

MNC Dana Likuid 14.1687 1 9.1827 2 15.4962 6

Dana Berbunga Tiga -0.0837 5 0.3261 1 1.0008 1

Medali Dua -0.3757 8 0.9323 3 0.5883 8

PNM Dana Sejahtera II -0.2408 7 3.3263 7 0.7371 5

MNC Dana Syariah 7.5198 2 10.6839 8 1.4033 2

BNI Dana Syariah 0.3337 4 1.7346 4 2.0575 7

Medali Syariah -0.2192 6 0.7407 5 1.081 4

PNM Amanah Syariah 0.9474 3 4.5164 6 2.9586 3

Sumber: infovesta.com (diolah)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat pada tahun 2008 yang memiliki kinerja reksa dana terbaik pada kelompok reksa dana pendapatan tetap adalah MNC Dana Likuid dengan indeks Sharpe 14.1678. Sementara yang memiliki indeks Sharpe terendah adalah reksa dana Medali Dua dengan indeks -0.3757. Dapat dilihat bahwa di tahun-tahun berikutnya pun kinerja reksa dana pendapatan tetap baik


(61)

yang syariah maupun yang konvensional berfluktuasi, dibuktikan dengan berubahnya urutan reksa dana yang memiliki kinerja tertinggi maupun terendah. 4.5.1.3. Analisis Sharpe Reksa Dana Saham

Reksa dana saham melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan dengan betuk saham maa risikonya lebih tinggi daripada reksa dana sebelumnya. Perbandingan reksa dana campuran antara sub kategori syariah dan konvensional berdasarkan rasio Sharpe selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Nilai Rasio Sharpe Reksa Dana Saham Nama Reksa Dana Saham sharpe

2008 rank 2008 sharpe 2009 rank 2008 sharpe 2010 rank 2008

Batavia Dana Saham -0.3664 1 0.6559 7 0.4619 3

BNP Paribas Ekuitas -0.4142 3 0.752 2 0.2581 10

CIMB-Principal Equity

Aggressive -0.4725 8 0.785 1 0.4092 6

Mandiri Investa Atraktif -0.4234 4 0.7414 4 0.539 1

Trim Kapital -0.4658 6 0.6308 8 0.4412 5

Batavia Dana Saham Syariah -0.469 7 0.6225 9 0.3956 8 BNP Paribas Pesona Amanah -0.4479 5 0.7479 3 0.5122 2 CIMB-Principal Islamic Equity

Growth Syariah -0.6182 9 0.6863 6 0.4023 7

Mandiri Investa Atraktif Syariah -0.3806 2 0.7322 5 0.4608 4

Trim Syariah Saham -0.6311 10 0.5547 10 0.3845 9

Sumber: infovesta.com (diolah)

Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa yang memiliki kinerja tertinggi adalah reksa dana Batavia Dana Saham dengan indeks -0.3664 dan yang terendah adalah reksa dana Trim Syariah Saham dengan indeks -0.6311. pada tahun berikutnya, tahun 2009, yang memiliki kinerja tertinggi adalah reksa dana BNP


(1)

Ridho, Ali, 2008. “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Konvensional dan Syariah

dengan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen Periode Tahun 2003-2007”,

Thesis FE

, Universitas Indonesia

Internet


(2)

Hasil Uji F

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean N Mean

Std.

Deviation Std. Error

Lower Bound

Upper

Bound Minimum Maximum konvensiona

l

48 1.0943 3.23632 .46712 .1546 2.0340 -.72 15.50 syariah 48 .8631 1.99983 .28865 .2824 1.4438 -.64 10.68 sharpe

Total 96 .9787 2.67841 .27336 .4360 1.5214 -.72 15.50 konvensiona

l

48 50.0022 331.42858 47.83759 -46.2346

146.2391 -203.91 2266.40 syariah 48 79.9178 758.20248 109.43710

-140.241 3

300.0768 -700.34 5153.53 treyno

r

Total 96 64.9600 582.22012 59.42259 -53.0088

182.9288 -700.34 5153.53 konvensiona

l

48 .8832 3.81814 .55110 -.2255 1.9918 -5.90 7.18 syariah 48 .7485 3.88676 .56100 -.3801 1.8771 -8.55 7.37 alpha

Total 96 .8158 3.83287 .39119 .0392 1.5925 -8.55 7.37

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.283 1 1.283 .177 .675

Within Groups 680.236 94 7.237

sharpe

Total 681.519 95

Between Groups 21478.517 1 21478.517 .063 .803

Within Groups 3.218E7 94 342357.952 treynor

Total 3.220E7 95

Between Groups .435 1 .435 .029 .864

Within Groups 1395.199 94 14.843

alpha

Total 1395.634 95

Robust Tests of Equality of Means

Statistica df1 df2 Sig. sharpe Brown-Forsythe .177 1 78.326 .675 treynor Brown-Forsythe .063 1 64.329 .803

alpha Brown-Forsythe .029 1 93.970 .864


(3)

Beta Reksa Dana

Jenis Reksa

Dana Nama Reksa Dana beta 2008 beta 2009 beta 2010 AAA Balanced Fund 0.620813 1.005312 0.736527 CIMB-Principal Balanced

Growth 1.034792 0.859639 0.81481

Danareksa Anggrek 0.707407 0.745373 0.748286

Kresna Optimus 0.689263 0.673454 0.700966

Mandiri Investa Aktif 0.9817 0.704803 0.747133 Mega Dana Campuran 0.550332 0.384025 0.59309 Trim Kombinasi 2 0.758486 0.879131 0.738082 AAA Amanah Syariah Fund 0.312157 0.211899 0.692293 CIMB-Principal Islamic

Balanced Growth 0.800287 0.31998 0.862422

Danareksa Syariah Berimbang 0.537133 0.477376 0.701686

IPB Syariah 0.596637 0.613048 0.869683

Mandiri Investa Syariah

Berimbang 0.55427 0.330574 0.676041

Mega Dana Syariah 0.641958 0.566572 0.760143 Campuran

Trim Syariah Berimbang 0.745686 0.799336 0.816608

MNC Dana Likuid -0.04409 0.144553 0.083437

Dana Berbunga Tiga 0.150757 0.074082 0.267492

Medali Dua -0.0005 -0.00732 0.003371

PNM Dana Sejahtera II 0.068063 -0.01629 0.079729 MNC Dana Syariah 0.000164 -0.00732 0.055186 BNI Dana Syariah -0.09727 0.022159 0.022622

Medali Syariah 0.166242 -0.24675 0.113528

Pendapatan Tetap

PNM Amanah Syariah -0.00375 -0.00217 -0.00105 Batavia Dana Saham 0.987182 1.013759 1.000089 BNP Paribas Ekuitas 1.206633 0.967827 0.748509 CIMB-Principal Equity

Aggressive 1.08238 0.782853 0.940466

Mandiri Investa Atraktif 1.287757 0.872672 0.884357

Trim Kapital 1.169864 0.891094 1.150726

Batavia Dana Saham Syariah 0.851954 1.14791 0.94659 BNP Paribas Pesona Amanah 0.82407 0.800639 1.040233 CIMB-Principal Islamic Equity

Growth Syariah 0.900958 0.774733 0.923609

Mandiri Investa Atraktif

Syariah 0.826459 0.659458 0.902293

Saham


(4)

Return Pasar

Return IHSG

Return JII

Bulan

IHSG

2008

IHSG

2009

IHSG

2010

JII

2008

JII

2009

JII

2010

Jan -0.02272

-0.01678

0.030161

-0.03089

0.064818

0.048474

Feb 0.036041

-0.03541

-0.02366

0.053951

-0.02809

-0.03873

Mar -0.1009

0.011559

0.089552

-0.09112

0.031407

0.038249

Apr -0.05834

0.020132

0.069834

-0.07585

0.154596

0.077079

May 0.060676

0.011264

-0.05866

0.046039

0.164134

-0.05258

Jun -0.03899

0.05736

0.041731

-0.02197

0.091642

0.031977

Jul -0.01898

0.146271

0.053403

-0.09635

0.057771

0.02943

Aug

-0.06013

0.007877

0.004105

-0.10703

0.130476

0.017778

Sep

-0.15394

0.053832

0.136092

-0.13934

-0.0014

0.070348

Oct

-0.31422

-0.04048

0.038277

-0.02879

0.03055

0.059003

Nov

-0.01206

0.020332

-0.02864

-0.09189

-0.00962

-0.01491

Dec

0.091717

0.04906

0.048793

0.069153

0.040969

-0.0147


(5)

Nilai Risk Free Rate (Sertifikat Bank Indonesia)

Tanggal Lelang 3 bulan % Tanggal Lelang 3 Bulan % Tanggal Lelang 3 Bulan %

2-Jan-08 8 7-Jan-09 10.60948 6-Jan-10 6.58728

9-Jan-08 8 8-Jan-09 10.56546 13-Jan-10 6.59497

16-Jan-08 8 14-Jan-09 10.48523 20-Jan-10 6.59349

23-Jan-08 8 21-Jan-09 10.20147 27-Jan-10 6.59662

6-Feb-08 7.94 22-Jan-09 10.09444 4-Feb-10 6.59641

13-Feb-08 7.95 28-Jan-09 9.9296 10-Feb-10 6.59391

20-Feb-08 7.94 4-Feb-09 9.43697 17-Feb-10 6.59141

27-Feb-08 7.93 11-Feb-09 9.28888 24-Feb-10 6.59367

5-Mar-08 7.96 18-Feb-09 9.20327 4-Mar-10 6.59541

12-Mar-08 7.94 25-Feb-09 9.25217 10-Mar-10 6.56825

26-Mar-08 7.96 4-Mar-09 8.85546 17-Mar-10 6.52418

2-Apr-08 7.97 11-Mar-09 8.82201 24-Mar-10 6.55365

9-Apr-08 7.98 18-Mar-09 8.739 31-Mar-10 6.55831

16-Apr-08 7.98 25-Mar-09 8.60977 7-Apr-10 6.56308

23-Apr-08 7.99 1-Apr-09 8.55534 14-Apr-10 6.55479

30-Apr-08 7.99 8-Apr-09 8.31588 28-Apr-10 6.49513

7-May-08 8.21 15-Apr-09 8.1676 12-May-10 6.51027

14-May-08 8.24 22-Apr-09 8.05414 26-May-10 6.57796

21-May-08 8.26 29-Apr-09 7.94628 9-Jun-10 6.59605

27-May-08 8.31 6-May-09 7.69542 7-Jul-10 6.63019

4-Jun-08 8.35 13-May-09 7.57747 11-Aug-10 6.63341

11-Jun-08 8.59 20-May-09 7.47731 8-Sep-10 6.63677

18-Jun-08 8.69 27-May-09 7.38687 13-Oct-10 6.36967

25-Jun-08 8.73 3-Jun-09 7.10906 10-Nov-10 6.36967

2-Jul-08 8.77 10-Jun-09 7.07074 8-Dec-10 6.36967

9-Jul-08 8.96 17-Jun-09 7.07378

16-Jul-08 8.97624 24-Jun-09 7.04875

23-Jul-08 9.21 1-Jul-09 7.0136

29-Jul-08 9.23 9-Jul-09 6.87797

6-Aug-08 9.24 15-Jul-09 6.80863

13-Aug-08 9.27 22-Jul-09 6.80576

20-Aug-08 9.27 29-Jul-09 6.79276

27-Aug-08 9.28 5-Aug-09 6.6721

4-Sep-08 9.36 12-Aug-09 6.67474

10-Sep-08 9.48 19-Aug-09 6.65243

17-Sep-08 9.57 26-Aug-09 6.63228


(6)

15-Oct-08 10.39 16-Sep-09 6.57995

22-Oct-08 10.66 24-Sep-09 6.56769

27-Oct-08 10.76 30-Sep-09 6.55245

29-Oct-08 10.98 7-Oct-09 6.59599

6-Nov-08 11.14 14-Oct-09 6.59719

12-Nov-08 11.22 21-Oct-09 6.59216

19-Nov-08 11.25 28-Oct-09 6.59732

26-Nov-08 11.24 4-Nov-09 6.59629

4-Dec-08 10.99 11-Nov-09 6.59332

5-Dec-08 10.99 18-Nov-09 6.59079

10-Dec-08 10.98 25-Nov-09 6.59111

17-Dec-08 10.98 3-Dec-09 6.58754

24-Dec-08 10.85 9-Dec-09 6.59372

31-Dec-08 10.83 16-Dec-09 6.56695

23-Dec-09 6.58349