Aplikasi Pengawetan serta Perhitungan Retensi dan Penetrasi

Tabel 3 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah skala laboratorium Sumber: SNI 1999 3.4 Pengawetan Kayu Metode Rendaman Dingin 3.4.1 Persiapan Contoh uji yang digunakan berukuran 5 x 5 x 40 cm 3 , dari bagian gubal dengan 3 kali ulangan untuk masing-masing jenis kayu. Bahan pengawet yang digunakan adalah senyawa boron dengan tiga macam konsentrasi, yaitu: 5, 10 dan 15 bv.

3.4.2 Aplikasi Pengawetan serta Perhitungan Retensi dan Penetrasi

Sebelum diawetkan, contoh uji terlebih dahulu dikeringkan hingga mencapai kadar air kurang dari 30. Kemudian kedua ujung contoh uji dilaburi cat untuk mencegah masuknya bahan pengawet dari arah longitudinal dan ditimbang berat awalnya B 1 . Contoh uji selanjutnya diatur dalam wadah, diberi ganjal diantara tumpukan dan diberi pemberat agar kayu tidak mengapung saat bahan pengawet ditambahkan Gambar 2. Kemudian ke dalam masing-masing wadah dimasukkan bahan pengawet yang telah disediakan. Contoh uji direndam selama 2 jam. Setelah proses perendaman selesai, contoh uji dikeluarkan dan ditiriskan, lalu ditimbang beratnya B 2 . Nilai retensi dapat dihitung dengan rumus: R = [B 2 – B 1 V] x k Dimana: R = Retensi bahan pengawet kgm 3 B 2 = Berat kayu setelah diawetkan kg B 1 = Berat kayu sebelum diawetkan kg V = Volume contoh uji m 3 K = Konsentrasi bahan pengawet bv Kelas Ketahanan Penurunan Berat I Sangat tahan 3,52 II Tahan 3,52-7,50 III Sedang 7,51-10,96 IV Buruk 10,97-18,94 V Sangat buruk 18,95-31,89 Gambar 2 Pengawetan contoh uji dengan rendaman dingin. Setelah penimbangan contoh uji untuk retensi selesai, dilanjutkan dengan pengukuran penetrasi: contoh uji diangin-anginkan selama dua minggu hingga mencapai kondisi kering udara, lalu dipotong melintang menjadi empat bagian yang sama. Pada permukaan lintang yang akan diuji penetrasinya mula-mula disemprotkan pereaksi I yang terdiri dari 5 curcuma dalam alkohol dan dibiarkan mengering selama 3-5 menit. Kemudian pada penampang lintang yang sudah kering tersebut disemprotkan pereaksi II yang terdiri dari 20 ml HCl yang diencerkan dengan alkohol menjadi 100 ml lalu dijenuhkan dengan asam salisilat. Adanya bahan pengawet ditandai dengan perubahan warna penampang lintang contoh uji dari kuning menjadi merah. Pembuatan perekasi I dan II mengikuti Abdurrohim dan Djarwanto 2000. Penetrasi diukur dengan cara: gambaran penampang lintang sisi ABCD pada Gambar 3 dipindahkan ke atas plastik transparan, lalu diukur kedalaman masuknya bahan pengawet mm menggunakan kertas milimeter. Dari nilai penetrasi, klasifikasi tingkat keterawetan kayu dapat ditentukan Tabel 4. Tabel 4 Kelas keterawetan kayu Kelas Keterawetan Dalamnya Penetrasi I Mudah permeable 90 II Sedang moderately resistant 50 - 90 III Sukar resistant 10 - 50 IV Sangat sukar extremely resistant 10 Sumber: Smith dan Tambiyin 1970 dalam Wahyudi et al. 2007 Wadah Stiker Contoh uji Larutan Pemberat Gambar 3 Cara pengukuran penetrasi. a = Bagian yang ditembus oleh bahan pengawet dan b = Bagian yang tidak ditembus oleh bahan pengawet. Nilai penetrasi senyawa boron dihitung menggunakan rumus: P = L 1 L x 100 Dimana : P = Penetrasi L 1 = Luas permukaan yang berwarna a, cm 2 L = Luas total permukaan contoh uji segi empat ABCD, cm 2

3.5 Analisis data