Keefektifan suatu bahan pengawet tergantung pada daya racunnya atau kemampuannya menjadikan kayu itu beracun terhadap organisme perusak Hunt
dan Garratt 1986. Lebih lanjut Nandika et al. 1996 menyatakan bahwa keberhasilan suatu perlakuan dengan bahan pengawet juga dipengaruhi oleh
kesempurnaan penetrasi dan jumlah retensinya pada kayu setelah perlakuan.
2.5.1 Bahan Pengawet Larut Air
Sifat-sifat yang menguntungkan dari bahan pengawet kelompok ini antara lain: a dapat diangkut dalam bentuk padat atau dalam konsentrasi tertentu ke
tempat penggunaan, b pada umumnya murah, c formulasinya mudah diatur agar bersifat racun terhadap cendawan atau serangga, d kayu awetan tetap bersih dan
dapat dicat, e umumnya tidak berbau dan f tidak meningkatkan sifat bakar kayu dan dapat dikombinasikan dengan bahan penghambat api fire retardant.
Kelemahannya adalah dapat meningkatkan kadar air kayu awetan sehingga menimbulkan perubahan dimensi dan memerlukan proses pengeringan kembali
setelah kayu diawetkan. Kelemahan lain adalah pada umumnya mudah tercuci atau mudah luntur Hunt dan Garratt 1986. Salah satu jenis bahan pengawet
golongan ini adalah boron. Boron merupakan garam inorganik berbentuk padat mirip tepung, berwarna
putih dan tidak berbau. Senyawa boron terdiri dari campuran asam boraks H
3
BO
3
dan borak Na
2
B
4
O
7
dan termasuk bahan pengawet yang paling banyak digunakan untuk mengawetkan kayu Duljapar 2001. Menurut Hunt dan Garratt
1986, kayu yang diawetkan dengan boron tidak cocok untuk digunakan di lokasi yang berhubungan dengan tanah atau keadaan lembab hujan karena fikasasinya
rendah. Sifat-sifat dari senyawa boron adalah Hunt dan Garratt 1986: a
Beracun terhadap jamur dan serangga perusak kayu tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan ternak.
b Dapat diaplikasikan dengan berbagai metode pengawetan.
c Tidak korosif terhadap logam, tidak berbau dan tidak merubah warna kayu
sehingga dapat digunakan untuk mengawetkan alat rumah tangga yang terbuat dari kayu.
d Kayu yang diawetkan dengan persenyawaan boron dapat dicat, diplitur, atau
direkat dengan baik.
Bahaya yang dapat disebabkan dari penggunaan senyawa ini adalah dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, kerongkongan dan paru-paru, serta
bersifat racun jika termakan atau terserap melalui luka.
2.6 Retensi dan Penetrasi