Konstruksi Model Life Table Pendidikan

: jumlah siswa pengulang atau siswa yang tidak naik pada tahun t di kelas x+1 : jumlah siswa yang keluar atau putus sekolah pada tahun t di kelas x+1 : jumlah siswa asal dan pengulang pada tahun t+1 dikelas x+1 Dengan menggunakan notasi –notasi di atas, sebelum menyusun model life table pendidikan terlebih dahulu disusun kohort pendidikan yang dijalani oleh seluruh siswa. Cara ini dilakukan agar dalam menyusun life table pendidikan tepat berdasarkan karakteristiknya, yaitu multistate life table multiradix. Dengan demikian dapat dilihat keterkaitan hubungan antar state aktif atau naik kelas a, state tidak naik kelas atau mengulang m, dan state keluar k serta jumlah siswa mampu bertahan pada setiap jenjangnya, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 5. Gambar 5 Konstruksi model life table pendidikan berdasarkan kohort Untuk menghitung jumlah siswa yang mampu bertahan dalam pendidikannya sampai kelas x pada tahun t diperoleh dengan menggabungkan siswa asal a dengan siswa pengulang m yang tidak naik dari kelas x+1, kemudian dikurangi dengan siswa yang tidak naik m dan siswa yang keluar atau berhenti k di kelas x pada akhir tahun t, sehingga dapat ditulis: t+1 l x+1 3.4 Khusus untuk kelas I SDMI didefinisikan t l 1 Dengan menggunakan peluang transisi masing-masing state, dapat dihitung jumlah siswa yang dapat bertahan pada kelas selanjutnya, sebagai berikut: x+n Tahun Pelajaran Kelas t t-1 t t t t+1 t+n .... .... .... .... x+1 t+n-1 t+n t+n t+n t t t+1 t+1 t+n t+n t+n t+n-1 t+n t-1 t t t t t+1 t+1 t+1 t t t t t+1 t t+1 t+1 t+n-1 t+n t+n t+n x 3.5 Dimana p aa adalah transisi dari state a ke state a, p am : transisi dari state a ke state m, p ak : transisi dari state a ke state k, p ma : transisi dari state m ke state a, p mm : transisi dari state m ke state m, dan p mk : transisi dari state m ke state k. Untuk memisahkan siswa berdasarkan statusnya, berdasarkan 3.5 dan 3.3, untuk t l x = ], dimana t l x adalah matriks kolom, sehingga diperoleh: t+1 = P x + P x = = = 3.6 dimana P x adalah matriks peluang transisi yang konstan. Waktu yang dijalani oleh siswa l x dalam interval x,x+1 disimbolkan L x . Pendekatan untuk nilai L x dari kelas I SD sampai dengan kelas XII SMA adalah sama, dengan asumsi bahwa rata-rata siswa akan tidak naik kelas dan keluar sebesar 0,5, sehingga diperoleh hubungan linear 3.7 Total waktu yang dijanani oleh siswa bersekolah setelah mencapai kelas x sampai menamatkan sekolahnya disimbolkan dengan T x . Jumlah ini adalah total dari t L x , sehingga diperoleh 3.8 Contoh menghitung total waktu siswa setelah menamatkan SD, diperoleh dari jumlah waktu bersekolah dari kelas VII SMP sampai dengan kelas XII SMA, sehingga diperoleh: T 6 = L 7 + L 8 + … + L 12 . Selanjutnya untuk menghitung tingkat harapan siswa untuk dapat bertahan dalam pendidikannya di kelas x disimbolkan oleh x . Hal ini merupakan rata-rata waktu yang dijalani oleh seluruh siswa di kelas x, dirumuskan . 3.9 Sebagai contoh untuk menghitung harapan siswa mampu bersekolah sampai kelas X SMA ditahun 2000, dengan menggunakan fungsi 3.9 diperoleh . Dengan demikian selain untuk menentukan harapan untuk dapat bertahan, x dalam bidang pendidikan dapat diartikan sebagai lama sekolah atau lama belajar dari sekolompok siswa.

3.4 Menyusun Life Table Pendidikan di Kabupaten Sintang.

3.4.1 Sumber Data dan Gambaran Umum Data Pendidikan di Kabupaten Sintang

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kompilasi dari Dinas Pendidikan, Kementrian Agama dan Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Sintang. Data tersebut merupakan kumpulan laporan bulanan dari setiap sekolah dan madrasah di Kabupaten Sintang. Untuk menyusun life table pendidikan, peneliti menggunakan data siswa SDMI, SMPMTs, SMAMASMK dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2010. Unsur utama dalam menyusun life table adalah data yang menerangkan kematian atau migrasi. Dalam penelitian ini kematian dapat diartikan pindah atau putus sekolah drop out sedangkan migrasi dapat diartikan masuk sekolah, naik kelas, tidak naik kelas, tidak lulus atau mengulang. Agar dapat menjelaskan isi life table dengan utuh, terlebih dahulu dijelaskan gambaran umum tentang karakteristik data pendidikan di Kabupaten Sintang seperti peluang siswa naik kelas, tidak naik kelas, tidak lulus, dan keluar. Dengan informasi yang akurat tentang penyebab maupun faktor perubahan status, diharapkan tidak salah dalam membuat kesimpulan. Dari data yang diperoleh, kemudian dicari peluang siswa yang naik kelas atau lulus, tidak naik kelas atau tidak lulus dan peluang siswa yang keluar drop out disetiap kelas dan tahun pelajarannya baik menurut sistem periodik maupun sistem kohort. Sebagai contoh, untuk mencari peluang siswa naik kelas x, diperoleh dengan membandingkan jumlah siswa yang berhasil naik kelas x+1 dengan jumlah siswa di kelas x. Begitu pula cara yang dilakukan dalam menghitung peluang siswa yang tidak naik kelas atau tidak lulus dan peluang siswa yang keluar atau putus sekolah drop out. Perhitungan peluang siswa dapat dibedakan dengan sistem periodik dan sistem kohort. Peluang pada sistem periodik diperoleh dari perbandingan jumlah siswa pada kelas tertentu dengan jumlah siswa pada kelas sebelumnya, dalam periode tertentu misalnya satu tahun pelajaran. Sedangkan peluang pada sistem kohort diperoleh dengan membandingkan jumlah siswa pada kelas tertentu dengan jumlah siswa pada kelas sebelumnya antar tahun pelajaran berdasarkan riwayat pendidikan dari kelas I SD hingga kelas XII SMA dan dari tahun 1999-2010. Dari hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan apakah terdapat persamaan antara sistem periodik dengan sistem kohort. Peluang siswa naik kelas atau dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya menurut sistem periodik ditunjukkan Gambar 6. Gambar 6 Peluang siswa dapat melanjutkan kejenjang selanjutnya. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 I II III IV V VI VII VIII IX X XI P el u a n g Kelas tahun 1999 tahun 2000 tahun 2001 tahun 2002 tahun 2003 tahun 2004 tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009