Pegadaian, periode penjajahan Jepang 1942-1965 Pegadian, periode kemerdekaan

53 Melihat situasi demikian, untuk menghindari semakin dirugikannya masyarakat oleh gadai illegal tersebut, akhirnya pemerintah sendiri secara monopoli menyelenggarakan gadai. Sampai menjelang akhir periode penjajahan, usaha gadai merupakan monopoli pemerintah dengan status jawatan dalam lingkungan Kantor Besar Keuangan. Pada tahun 1930, status hukum pegadaian adalah perusahaan Negara, tetap dengan landasan hukum IBW Indonesische berdrijvenwet. Hal ini diamanatkan dalam pasal 2 IBW, yang bunyinya : “Penunjukan dari cabang-cabang dinas Negara Indonesia sebagai perusahaan- perusahaan Negara dalam makna undang-undang ini, dilakukan dengan ordonansi.” Untuk Jawatan Pegadaian, dengan Stbl. 1930 Nomor : 226.

d. Pegadaian, periode penjajahan Jepang 1942-1965

Pada periode penjajahan Jepang, Pegadaian masih merupakan instansi pemerintah dengan status jawatan pimpinan dan pengawasan Kantor Besar Keungan. Akan tetapi, pada periode ini lelang dihapuskan dan barang berharga, seperti : emas, intan, dan berlian di pegadaian diambil oleh pemerintah Jepang.

e. Pegadian, periode kemerdekaan

Sampai dengan tahun 1961, pegadaian status hukumnya masih berbentuk jawatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 178 tahun 1961 menjadi Perusahaan Negara dalam lingkungan kementerian keuangan. Pada tahun 1965, Perusahaan Negara Pegadaian diintegrasikan ke dalam urusan bank sentral. 54 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 7 tahun 1969, Perusahaan Negara Pegadaian diubah status hukumnya menjadi jawatan pegadaian dalam lingkungan Departemen keuangan di bawah pimpinan teknis operasional Direktorat Jenderal Keuangan. Dalam Pasal 2 Surat keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 39M.611971, jawatan pegadaian mempunyai tugas membantu menteri keuangan dalam : 1. Membina peekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai, kepada : para petani, nelayan, pedagang kecil, industry kecil yang bersifat produktif ; 2. Mencegah adanya pemberian pinjaman tidak wajar, ijon, pegadaian gelap, dan praktik riba lainnya ; 3. Mengusahakan hal-hal lain yang bermanfaat, terutama bagi pemerintah dan masyarakat ; 4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat. Kemudian pemerintah meningkatkan status Pegadaian dari Perusahaan Jawatan PERJAN menjadi Perusahaan Umum PERUM yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1990 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Perjan Pegadaian, menetapkan bahwa Pegadaian selaku salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan RI Pasal 1. Dengan landasan hukum itu, diharapkan Pegadaian lebih mampu mengembangkan usahanya selaku Perusahaan Negara dengan status BUMN dan merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB untuk mencari keuntungan tanpa harus meninggalkan misi utamanya, yaitu : a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai ; 55 b. Turut mencegah adanya praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman tidak wajar lainnya pasal 5 ayat 2. Dari pasal tersebut di atas, dapat disimak bahwa misi pelayanan masyarakat public service masih menjadi tugas pokok bagi pegadaian tanpa meninggalkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sejak saat itu, kegiatan perusahaan terus berjalan dan asset atau kekayaannya bertambah. Namun seiring dengan perubahan zaman, pegadaian di hadapkan pada kebutuhan dalam arti untuk meningkatkan kinerjanya, lebih professional dalam memberikan keleluasaan pengelolaan bagi manajemen dalam mengembangkan usahanya.

2. Sifat, Maksud dan Tujuan Perum Pegadaian

Dokumen yang terkait

Perubahan Status Perusahaan Listrik Negara Dari Perum Menjadi Perseroan Dalam Kaitannya Dengan Public Service Obligation (PSO)

9 142 156

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

6 42 83

Perubahan Status Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP) Ditinjau Dari Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

1 77 156

Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia

7 71 150

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 10

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 15

KAJIAN YURIDIS PERUBAHAN STATUS BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH (PD) MENJADI PERSEROAN TERBATAS (PT) (studi Terhadap Rencana Perubahan Status Bank Nagari Sumatera Barat).

0 0 11

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi PT (Persero) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 0 12

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi Perusahaan Terbatas (PT) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 1 6

Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

0 0 13