53
Melihat situasi demikian, untuk menghindari semakin dirugikannya masyarakat oleh gadai illegal tersebut, akhirnya pemerintah sendiri secara
monopoli menyelenggarakan gadai. Sampai menjelang akhir periode penjajahan, usaha gadai merupakan
monopoli pemerintah dengan status jawatan dalam lingkungan Kantor Besar Keuangan. Pada tahun 1930, status hukum pegadaian adalah perusahaan Negara,
tetap dengan landasan hukum IBW Indonesische berdrijvenwet. Hal ini diamanatkan dalam pasal 2 IBW, yang bunyinya :
“Penunjukan dari cabang-cabang dinas Negara Indonesia sebagai perusahaan- perusahaan Negara dalam makna undang-undang ini, dilakukan dengan
ordonansi.”
Untuk Jawatan Pegadaian, dengan Stbl. 1930 Nomor : 226.
d. Pegadaian, periode penjajahan Jepang 1942-1965
Pada periode penjajahan Jepang, Pegadaian masih merupakan instansi pemerintah dengan status jawatan pimpinan dan pengawasan Kantor Besar
Keungan. Akan tetapi, pada periode ini lelang dihapuskan dan barang berharga, seperti : emas, intan, dan berlian di pegadaian diambil oleh pemerintah Jepang.
e. Pegadian, periode kemerdekaan
Sampai dengan tahun 1961, pegadaian status hukumnya masih berbentuk jawatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 178 tahun 1961 menjadi
Perusahaan Negara dalam lingkungan kementerian keuangan. Pada tahun 1965, Perusahaan Negara Pegadaian diintegrasikan ke dalam
urusan bank sentral.
54
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 7 tahun 1969, Perusahaan Negara Pegadaian diubah status hukumnya menjadi jawatan pegadaian dalam
lingkungan Departemen keuangan di bawah pimpinan teknis operasional Direktorat Jenderal Keuangan.
Dalam Pasal 2 Surat keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 39M.611971, jawatan pegadaian mempunyai tugas membantu menteri keuangan
dalam : 1.
Membina peekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai, kepada : para petani, nelayan, pedagang kecil, industry kecil
yang bersifat produktif ; 2.
Mencegah adanya pemberian pinjaman tidak wajar, ijon, pegadaian gelap, dan praktik riba lainnya ;
3. Mengusahakan hal-hal lain yang bermanfaat, terutama bagi pemerintah
dan masyarakat ; 4.
Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat. Kemudian pemerintah meningkatkan status Pegadaian dari Perusahaan
Jawatan PERJAN menjadi Perusahaan Umum PERUM yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1990 tentang pengalihan bentuk
Perusahaan Jawatan Perjan Pegadaian, menetapkan bahwa Pegadaian selaku salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan RI Pasal 1.
Dengan landasan hukum itu, diharapkan Pegadaian lebih mampu mengembangkan usahanya selaku Perusahaan Negara dengan status BUMN dan
merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB untuk mencari keuntungan tanpa harus meninggalkan misi utamanya, yaitu :
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai ;
55
b. Turut mencegah adanya praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan
pinjaman tidak wajar lainnya pasal 5 ayat 2. Dari pasal tersebut di atas, dapat disimak bahwa misi pelayanan masyarakat
public service masih menjadi tugas pokok bagi pegadaian tanpa meninggalkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Sejak saat itu, kegiatan perusahaan terus berjalan dan asset atau kekayaannya bertambah. Namun seiring dengan perubahan zaman, pegadaian di
hadapkan pada kebutuhan dalam arti untuk meningkatkan kinerjanya, lebih professional dalam memberikan keleluasaan pengelolaan bagi manajemen dalam
mengembangkan usahanya.
2. Sifat, Maksud dan Tujuan Perum Pegadaian