Kedudukan Hukum Perusahaan Perseroan Pembubaran dan Pemberesan Perusahaan Perseroan

39 kinerja Persero dapat meningkatkan nilai Persero yang bersangkutan, maka hal ini akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait. 132

2. Kedudukan Hukum Perusahaan Perseroan

Setelah kita ketahui sesuai dengan uraian diatas Perusahaan Perseroan Persero sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, bahwa terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, 133 1 Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. yang sekarang telah digantikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka kedudukan hukum persero dalam keadaan statis tunduk kepada hukum perdata karena perbuatan hukum pendirian, berdasarkan pada pasal 7 ayat 1 UUPT yang bunyi selengkapnya adalah sebagai berikut. Hubungan hukum intern diperlukan hukum perdata bagi perbuatan dan hubungan hukum dengan pihak ketiga ekstern. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas yang menegaskan bahwa Perseroan Terbatas adalah merupakan Badan Hukum. Perseroan Terbatas dimasukkan Dalam kelompok perseketuan yang berbadan hukum dan menjadi subjek hukum dalam lalu lintas hukum disamping orang. 134 132 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 112. 133 Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 134 Agus Budiarto, Op.Cit., hal. 20. 40 Akan tetapi hal yang spesifik yang merupakan ciri khas dari Persero ini sehingga berbeda dengan Perseroan Terbatas Swasta, yakni dalam hal modal perusahaan, yang menyebutkan bahwa modal dari Perusahaan Perseroan adalah terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikitnya 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 135

3. Pembubaran dan Pemberesan Perusahaan Perseroan

Pengertian Pembubaran BUMN atau perusahaan Perseroan tidak dijelaskan didalam Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara, tetapi pengertian tentang pembubaran BUMN dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Pembubaran adalah pengakhiran Persero atau Perum yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 136 Pembubaran BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 137 Karena pendirian BUMN dilakukan dengan Peraturan Pemerintah yang menyebutkan besarnya penyertaan modal Negara dalam pendirian BUMN dimaksud, maka pembubaran BUMN tersebut harus dilakukan pula dengan Peraturan Pemerintah. 138 135 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Dalam Peraturan Pemerintah tentang pembubaran BUMN, dapat pula ditetapkan agar sisa hasil likuidasi dijadikan penyertaan modal Negara pada 136 Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 137 Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 138 Penjelasan Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 41 BUMN lain yang telah ada atau dijadikan penyertaan dalam rangka pendirian BUMN baru. 139 Jik tidak ditetapkan demikian, sisa hasil likuidasi disetorkan langsung ke kas Negara, karena merupakan hak Negara sebagai pemegang saham atau pemilik modal BUMN. 140 Pembubaran persero dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip- prinsip yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas. 141 Pembubaran Persero dapat terjadi : 142 a. Berdasarkan keputusan RUPS; b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir; c. Berdasarkan penetapan pengadilan; d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan; e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang; atau f. Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembubaran Persero karena keputusan RUPS diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri keuangan. 143 139 Mulhadi, Op.Cit., hal. 184. Usulan pembubaran persero disampaikan oleh Menteri kepada Presiden setelah dilakukan pengkajian dan diputusakan oleh RUPS. Penyampain usulan tersebut disertai dengan rancangan Peraturan 140 Ibid. 141 Pasal 80 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 142 Pasal 142 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 143 Pasal 81 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 42 Pemerintah. 144 Pengkajian terhadap rencana pembubaran Persero dapat mengikutsertakan Menteri Teknis, Menteri lain danatau pimpinan instansi lain yang dipandang perlu dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen. 145 Keterlibatan Menteri Teknis dalam rangka pembubaran Persero berkaitan dengan kebijakan sektoral yang menjadi kewenangan Menteri Teknis tersebut danatau kewajiban pelayanan umum public service obligation danatau karena peraturan perundang-undangan. 146 Yang dimaksud dengan Menteri Teknis disini adalah Menteri yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha. 147 Suatu persero dapat melakukan penggabungan atau peleburan diri dengan Persero lainnya atau Perum yang telah ada atau sebaliknya. Penggabungan dan peleburan tersebut dapat dilakukan tanpa didakan likuidasi lebih dahulu. Dengan adanya penggabungan tersebut, Persero yang menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan dengan adanya peleburan, BUMN yang saling meleburkan menjadi bubar dan membentuk BUMN baru. 148 Menteri segera mengajukan rancangan Peraturan Pemerintah kepada presiden mengenai pembubaran Persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS. Pengajuan rancangan Peraturan Pemerintah dimaksud tidak memerlukan 144 Penjelasan Pasal 81 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 145 Pasal 81 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 146 Penjelasan Pasal 81 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 147 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 148 Mulhadi, Op.Cit., hal. 183. 43 pengkajian, 149 karena bubarnya Persero tersebut sebagai konsekuensi yuridis. Rancangan Peraturan Pemerintah dimaksud hanya bersifat administratif dan tidak menjadi syarat bubarnya persero. 150

C. Peranan Pemerintah dalam Perekonomian melalui Perusahaan Perseroan

Dokumen yang terkait

Perubahan Status Perusahaan Listrik Negara Dari Perum Menjadi Perseroan Dalam Kaitannya Dengan Public Service Obligation (PSO)

9 142 156

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

6 42 83

Perubahan Status Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP) Ditinjau Dari Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

1 77 156

Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia

7 71 150

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 10

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 15

KAJIAN YURIDIS PERUBAHAN STATUS BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH (PD) MENJADI PERSEROAN TERBATAS (PT) (studi Terhadap Rencana Perubahan Status Bank Nagari Sumatera Barat).

0 0 11

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi PT (Persero) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 0 12

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi Perusahaan Terbatas (PT) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 1 6

Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

0 0 13