51
c. Berdasarkan pengkajian memenuhi persyaratan ekonomis yang diperlukan
bagi berdirinya suatu badan usaha mandiri. Pengusulan pendirian Perum kepada Presiden oleh menteri dapat
dilakukan atas inisiatif Menteri dan dapat pula atas inisiatif dari Menteri Teknis atau dari Menteri Keungan sepanjang memenuhi kriteria diatas.
175
1. Sejarah singkat berdirinya Perum Pegadaian
Pegadaian sebagai lembaga perusahaan yang memberikan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu
sejak masa VOC kurang lebih tahun 1746. Sampai dewasa ini, Pegadaian telah mengalami lima periode
pemerintahan, yaitu : a.
Periode VOC 1746-1811, b.
Periode penjajahan Inggris 1811-1816 c.
Periode penjajahan Belanda 1816-1942 d.
Periode penjajahan Jepang 1942-1945 e.
Periode kemerdekaan Dengan tetap melaksanakan fungsi penyaluran pinjaman dengan
jaminan benda-benda bergerak.
a. Pegadaian, periode VOC 1746-1811
Bank Van leening nama lembaga gadai pada masa itu, selain memberikan pinjaman gadai, juga bertindak sebagai wessel bank.
175
Mulhadi, Op.Cit., hal. 177.
52
Pada mulanya lembaga ini merupakan perusahaan campuran antara pemerintah VOC dan swasta dengan perbandingan modal 23 modal VOC dan 13 modal
swasta. Namun sejak tahun 1794, Bank Van Leening menjadi monopoli dan diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah.
b. Pegadaian, Periode penjajahan Inggris 1811-1816
Raffles selaku pimpinan tertinggi pemerintah kerajaan Inggris di Indonesia pada masa itu tidak menyetujui Bank Van Leening dikelola oleh pemerintah.
Tujuan Licentie Stelsel adalah memperkecil peranan Woeker lintah darat. Akan tetapi, tujuan tersebut tidak mencapai sasaran, kemudian Licentie Stelsel
diganti dengan Pacht stelsel.
c. Pegadaian, periode penjajahan Belanda 1816-1942
Pada tahun 1956, pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht stelsel. Dari hasil penelitian, diketahui adanya penyimpangan
yang sangat merugikan rakyat. Oleh karena itu, sejak tahun 1870 pacht stelsel diganti kembali dengan Licentie stelsel.
Kenyataan Licentie stelsel secara moral dan materil tidak menguntungkan, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, sehingga pada tahun 1880 kembali
diberlakukan pacht stelsel. Untuk pelaksanaannya, pemerintah melakukan pengawasan dengan ketat, hal ini menyebabkan orangswasta penyelenggarakan
usaha gadai pacht pandhuis secara legal. Di lain pihak, penyimpangan dari gadai illegal tetap berlangsung dan sangat merugikan masyarakat.
53
Melihat situasi demikian, untuk menghindari semakin dirugikannya masyarakat oleh gadai illegal tersebut, akhirnya pemerintah sendiri secara
monopoli menyelenggarakan gadai. Sampai menjelang akhir periode penjajahan, usaha gadai merupakan
monopoli pemerintah dengan status jawatan dalam lingkungan Kantor Besar Keuangan. Pada tahun 1930, status hukum pegadaian adalah perusahaan Negara,
tetap dengan landasan hukum IBW Indonesische berdrijvenwet. Hal ini diamanatkan dalam pasal 2 IBW, yang bunyinya :
“Penunjukan dari cabang-cabang dinas Negara Indonesia sebagai perusahaan- perusahaan Negara dalam makna undang-undang ini, dilakukan dengan
ordonansi.”
Untuk Jawatan Pegadaian, dengan Stbl. 1930 Nomor : 226.
d. Pegadaian, periode penjajahan Jepang 1942-1965