Pendirian Perusahaan Perseroan Perusahaan Perseroaan Secara Umum

34 persero dapat memberlakukan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas termasuk pula segala peraturan pelaksannya. Mengingat Persero pada dasarnya merupakan Perseroan Terbatas.

1. Pendirian Perusahaan Perseroan

Seperti dijelaskan diatas bahwa ketentuan tentang PT dalam hal ini UU Nomor 40 tahun 2007 berlaku juga bagi perusahaan perseroan. Namun berkaitan dengan pendirian perusahaan perseroan, UU PT memberi rambu-rambu bahwa untuk pendirian perusahaan perseroan tunduk kepada UU BUMN. 108 Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dan ketentuan dalam ayat 5, serta ayat 6 tidak berlaku bagi : Pasal 7 ayat 7 UU PT menjelaskan : a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara; atau b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pasar Modal. Dengan kata lain untuk mendirikan Perusahaan Perseroan hanya ada satu pihak, dalam hal ini Negara Republik Indonesia. 109 Pendirian Persero Diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan Menteri Keuangan. 110 108 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, CV. Nuansa Aulia, Bandung, 2006, hal. 67. Pengkajian bertujuan untuk menentukan layak tidaknya Perseroan tersebut didirikan, melalui kajian atas perencanaan bisnis dan kemampuan untuk 109 Ibid. 110 Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 35 mandiri serta mengembangkan usaha dimasa mendatang. Pengkajian dalam hal ini, melibatkan menteri teknis sepanjang yang menyangkut kebijakan sektoral. 111 Pelaksanaan pendirian Persero dilakukan oleh menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. 112 Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Disini Menteri merupakan wakil Negara selaku pemegang saham pada persero. 113 Modal yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 114 Penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari : 115 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2. Kapitalisasi cadangan. 3. Sumber lainnya. Termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikelola oleh BUMN atau piutang Negara pada BUMN yang dijadikan sebagai penyertaan 111 Mulhadi, Op.Cit., hal.168. 112 Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 113 Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 114 Mulhadi, Op.Cit., hal. 164. 115 Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 36 modal Negara. 116 Yang dimaksud dengan kapitalisasi cadangan adalah penambahan modal disetor yang berasal dari cadangan. 117 Yang dimaksud dengan sumber lainnya tersebut, antara lain keuntungan revaluasi asset. 118 Setiap penyertaan modal Negara atau penambahan penyertaan modal Negara kedalam BUMN dan Perseroan Terbatas yang modalnya berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 119 Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara ke dalam modal BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam BUMN tersebut, sehingga setiap penyertaan tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 120 Penetapan dengan Peraturan Pemerintah bukan hanya mengenai penyertaan modal Negara, 121 melainkan juga setiap perubahan penyertaan modal Negara, baik berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan Negara atas saham persero atau Perseroan Terbatas. 122 Hal ini dilakukan dengan tujuan memperrnudah memonitor dan penatausahaan kekayaan Negara yang tertanam pada BUMN dan Perseroan Terbatas. 123 116 Penjelasan UU BUMN Jadi peraturan pemerintah itu bukan mengesahkan berdirinya perseroan terbatas, melainkan mengesahkan penyertaan 117 Mulhadi, Loc.Cit. 118 Ibid. 119 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 120 Mulhadi, Op.Cit., hal. 165. 121 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 110. 122 Pasal 4 ayat 4 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 123 Mulhadi, Op.Cit., hal. 168. 37 modal dalam Perseroan Terbatas. 124 Namun demikian, bagi penambahan penyertaan modal Negara yang berasal dari kapitalisasi cadangan sumber lainnya tidak perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, melainkan cukup melalui keputusan RUPS bagi perusahaan Perseroan PERSERO atau Menteri bagi Perusahaan Umum PERUM dan dilaporkan kepada menteri keungan. 125 Karena pada prinsipnya kekayaan Negara tersebut telah terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 126 Pemisahan kekayaan Negara unuk dijadikan modal nominal dari suatu persero, dapat dilakukan untuk maksud-maksud sebagai berikut : 127 a. Pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas; b. Penyertaan modal Negara pada Perseroan Terbatas yang di dalamnya belum terdapat saham milik Negara; c. Penyertaan modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang didalamnya telah terdapat saham milik Negara. Penambahan penyertaan modal Negara ke dalam suatu BUMN dan Perseroan Terbatas dilakukan dalam rangka : 128 a. Memperbaiki struktur permodalan BUMN dan Perseroan Terbatas; danatau b. Meningkatkan kapasitas BUMN dan Perseroan Terbatas. 124 Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit. 125 Mulhadi, Loc.Cit. 126 Ibid. 127 Pasal 5 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 128 Pasal 7 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas 38 Penyertaan modal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan Negara. Apabila Negara menyertakan modal dalam pendirian Persero, maka tindakan tersebut dapat diurutkan sebagai berikut : 129 a Penyertaan Modal dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah. b Menteri keungan menyetujui rancangan Anggaran Dasar c Menteri Keuangan atau Menteri lain yang diberi kuasa membawa rancangan Anggaran Dasar Persero menghadap notaris untuk dibuatkan akta pendirannya. d Dan seterusnya berlaku prosedur menurut Undang-undang No. 40 tahun 2007. Selain itu pendirian perusahaan perseroan dapat juga dilakukan dengan pengalihan bentuk perusahaan, seperti pengalihan bentuk badan hukum Perum menjadi persero yang didirikan berdasarkan Undang-undang, mengenai peralihan perusahaan persero tersebut terdapat didalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan bentuk badan hukum Badan Usaha Milik Negara. Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. 130 Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyedian barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi, baik di pasar dalam negeri maupun internasional. 131 129 Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit. Jika keuntungan usaha sebagai hasil 130 Pasal 12 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 131 Mulhadi, Loc.Cit. 39 kinerja Persero dapat meningkatkan nilai Persero yang bersangkutan, maka hal ini akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait. 132

2. Kedudukan Hukum Perusahaan Perseroan

Dokumen yang terkait

Perubahan Status Perusahaan Listrik Negara Dari Perum Menjadi Perseroan Dalam Kaitannya Dengan Public Service Obligation (PSO)

9 142 156

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

6 42 83

Perubahan Status Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP) Ditinjau Dari Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

1 77 156

Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia

7 71 150

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 10

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 15

KAJIAN YURIDIS PERUBAHAN STATUS BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH (PD) MENJADI PERSEROAN TERBATAS (PT) (studi Terhadap Rencana Perubahan Status Bank Nagari Sumatera Barat).

0 0 11

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi PT (Persero) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 0 12

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi Perusahaan Terbatas (PT) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 1 6

Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

0 0 13