Kesimpulan Sebahagian besar PA sudah tidak bersekolah, hanya 40 yang masih bersekolah.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian mengenai identifikasi bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak di Kota Tanjungbalai dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : a. Dari 13 bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Keppres 59 Tahun 2002, terdapat 8 bentuk pekerjaan yang dianggap relevan yakni anak yang bekerja pada sektor perikanan lepas pantai, anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, anak yang bekerja sebagai pemulung, anak yang bekerja di jalanan dan anak yang bekerja di jermal. Sektor yang disebut terakhir tidak termasuk bentuk pekerjaan yang dikaji lebih lanjut. b. Jumlah terbesar PA berumur di antara 15 – 17 tahun yakni 69 orang atau 62.7 dan berumur 11 – 14 tahun sebanyak 40 orang atau 36.4 . Dan hanya 1 orang yang berumur di bawah 11 tahun. c. Sebahagian besar suku bangsa dari PA adalah Batak yakni 42,7 . Kemudian diikuti oleh Melayu dan Jawa masing-masing 30.9 dan 23.6 . Sukubangsa Batak ini termasuk sub etnik Batak lainnya seperti Mandailing-Angkola, Simalungun, Pakpak, Karo.

d. Sebahagian besar PA sudah tidak bersekolah, hanya 40 yang masih bersekolah.

e. Sebahagian besar PA dengan kategori umur 11 – 14 tahun masih bersekolah. Dari 40 PA yang masuk kategori ini, 29 PA masih bersekolah. Sebaliknya pada PA dengan usia 15 – 17 tahun sebahagian besar tidak sekolah, yakni 55 PA dari 69 PA. f. Faktor utama penyebab PA putus sekolah adalah faktor kemiskinan. Faktor kedua adalah tidak mau sekolah sebagai penyebab putus sekolah, yang disebabkan oleh telah menghasilkan uang, terpengaruh teman-teman sebaya yang sudah tidak bersekolah, maupun karena sistem pengajaran di sekolah yang tidak memotivasi siswa dan fasilitas yang tidak memadai. Faktor lainnya adalah disebabkan PA Universitas Sumatera Utara tidak berani ke sekolah karena berkelahi dengan siswa yang berasal dari sekitar sekolah. g. Bagi PA yang menyatakan masih berkeinginan untuk bersekolah kembali, sebahagian besar menyatakan untuk bisa bersekolah di SLTP 20 PA, dan SLTA 16 PA. Sementara bagi PA yang tidak ingin lagi bersekolah, alasan utama yang disampaikan bahwa mencari uang lebih enak dari sekolah dan sudah muak dengan rutinitas sekolah. Ada juga PA yang beralasan bahwa ukuran tubuhnya yang sudah terlihat dewasa, sehingga merasa malu untuk kembali bersekolah. h. Umumnya responden menyatakan tidak memiliki keterampilan yang dikuasai yang dibayangkan bisa berguna untuk kehidupannya di masa akan datang. Hanya sebagian kecil yang menyatakan memiliki keterampilan dan berguna untuk kehidupannya kelak seperti menjahit dan menyulam, bengkel, menyanyi, sablon, membubul dan beberapa keterampilan yang masih terkait dengan pekerjaannya saat ini. i. Cita-cita PA adalah menjadi TNIPOLRI, dokter, guru, tekong, toke pengusaha, berjualan, anggota DPRD, teknisi, pengacara, pelaut, sisanya menyatakan tidak memiliki cita-cita. j. Sebagian besar rumah keluarga PA terbuat dari papan, sisanya semi permanen, permanent. Sbahagian besar keluarga PA menempati rumah sewa, sisanya milik sendiri. Sebagian besar sudah menggunakan PLN, dan sisanya masih menggunakan lampu teplok. Sebagian besar MCK menggunakan air sungailaut, sisanya menggunakan PAM, dan sumur.

k. Pekerjaan orangtua laki-laki PA sebagian besar adalah sebagai nelayan dan

Dokumen yang terkait

SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN DAN PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut).

0 3 14

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN DAN PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut).

0 3 21

PENUTUP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN DAN PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut).

0 4 7

IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG KOMITE AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK KABUPATEN SRAGEN

0 5 94

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN DAN PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut).

0 2 15

Pengaturan Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak di Indonesia Ditinjau dari Konvensi Hak Anak 1989. (Studi Tentang : Pekerja Anak Jermal di Sumatera Utara).

0 0 6

Dilema Pekerja Anak (Studi Kasus tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak di Kota Surakarta Dilema pekerja anak

0 1 14

ILO No 182 Tentang Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Bentuk bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak

0 0 11

Identifikasi Aspek Pengaruh Bentuk Kota

0 8 43

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG - Identifikasi Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak Di Kota Tanjungbalai

0 0 11