55
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas,
keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan katsuyou, bisa berdiri sendiri, dan menduduki jabatan predikat dalam suatu kalimat. Verba ini digolongkan ke dalam
tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjugasinya, yaitu kelompok I 五段動詞
„godan-doushi’, kelompok II 一段動詞
„ichidan-doushi’, dan kelompok III 変格
動 詞 „henkaku-doushi’. Verba tetsudau termasuk dalam verba kelompok I dan
tasukeru termasuk dalam verba kelompok II. 2.
Verba tetsudau dan tasukeru termasuk dalam kata yang bersinonim karena memiliki makna yang sama yaitu menolong. Meskipun memiliki makna yang sama, namun
penggunaan kedua verba tersebut dalam kalimat akan merubah nuansa makna kalimat sebelumnya. Sehingga verba tetsudau dan tasukeru belum tentu dapat saling
menggantikan dalam sebuah kalimat yang sama. Dengan kata lain, ada yang bisa dan ada yang tidak bisa saling menggantikan.
3. Verba tetsudau memiliki makna; melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan secara
bersama-sama orang yang dibantu dan yang membantu untuk meringankan beban pelaku inti kegiatan; sesuatu yang membantu mempengaruhi terjadinya suatu hal.
Sedangkan verba tasukeru memiliki makna; mengeluarkan tenaga sendiri untuk menolong makhluk hidup lain agar ia terbebas dari bahaya; membantu pekerjaan
atau hal yang sedang dilakukan orang lain yang kebingungan agar beban yang bersangkutan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
56 4.
Perbedaan makna verba tetsudau dan tasukeru adalah sebagai berikut: a.
Tetsudau, posisinya hanya sebatas asisten pembantu. Dengan kata lain, porsi pekerjaannya hanya sebagian kecil saja bila dibandingkan dengan pelaku utama
kegiatan. Sedangkan tasukeru, porsi kerjanya bisa dikatakan 50:50. b.
Tetsudau, orang yang dibantu memiliki tenagakemampuan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Sedangkan tasukeru, orang yang dibantu
merasa kebingungan dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya seorang diri. c.
Tetsudau, tidak digunakan dalam kalimat yang bernuansa membahayakan nyawa atau keadaan darurat lainnya. Sedangkan tasukeru, bisa juga digunakan dalam
kalimat yang bernuansa bahaya. d.
Tetsudau, pekerjaan harus selalu dilakukan bersama-sama dengan pelaku utama pekerjaan. Sedangkan tasukeru, pekerjaan bisa dilakukan bersama, bisa juga tidak.
5. Dalam hal perbandingan makna, verba tetsudau dan tasukeru dapat saling
menggantikan dalam kalimat tertentu. Akan tetapi, meskipun bisa saling menggantikan, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan makna
yang sangat besar. Apabila verba tetsudau diganti menjadi verba tasukeru, maka perubahan makna kalimat yang terjadi menjadi adanya kesan kebingungan atau rasa
tidak mampu pada orang yang dibantu. Jika sebaliknya, maka kesannya pekerjaan yang dilakukan terasa lebih ringan dan tidak ada kesan rasa putus asa atau
kebingungan yang dialami oleh pelaku utama kegiatan. Nuansa bahaya yang dimiliki oleh kalimat yang menggunakan verba tasukeru menjadi hilang sama sekali.
4.2 Saran