Karakteristik Biodiesel HASIL DAN PEMBAHASAN

32 Gambar 4.9 Perbandingan Fasa Metanol Minyak tanpa dan dengan Penambahan DES Gambar 4.9 merupakan hasil observasi kondisi dari minyak dan metanol yang dilakukan dalam tabung reaksi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat pada penambahan DES dan tanpa penambahan DES setelah pengadukan, antara minyak dan metanol tidak terlihat adanya meniscus pada interfacial area. Meniscus adalah kelengkungan permukaan suatu zat cair di dalam tabung reaksi. Meniscus terjadi karena besarnya gaya adhesi atau kohesi pada zat. DES yang ditambahkan akan bekerja pada interfacial area antara minyak dan etanol, membentuk meniscus dan capillary bridge, membuat gaya tarik-menarik antar molekul minyak dan etanol sehingga mengurangi surface tension dan mempercepat transfer massa dan dapat menjadi media reaksi antara etanol dan minyak [39]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, baik dengan penambahan DES dan tanpa DES tidak terdapat meniscus, sehingga hal ini mungkin menjadi salah satu penghambat transfer massa dalam transesterifikasi biodiesel.

4.5 Karakteristik Biodiesel

Karakteristik biodiesel yang dihasilkan serta perbandingannya dengan Standar ASTM D6751 dan SNI 04-7182-2006 dapat dilihat pada tabel 4.2. Salah satu patokan dari kualitas biodiesel adalah perbandingan dari sifat fisik dan kimianya dengan salah satu standar yang memadai. Standar dari biodiesel selalu diperbaharui, disebabkan evolusi dari mesin pembakar, standar emisi, evaluasi dari bahan baku yang digunakan untuk produksi biodiesel, dan lain-lain. Standar umum yang dipakai untuk kualitas biodiesel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berbeda dari setiap daerah, termasuk Universitas Sumatera Utara 33 karakteristik dari bahan bakar diesel yang ada, tipe mesin diesel yang umum, peraturan emisi untuk mesin tersebut, perkembangan dan kondisi iklim dari negara atau daerah tempat produksi, dan tujuan dari pemakaian biodiesel. Standar biodiesel Brazil dan A.S dapat diaplikasikan untuk FAME dan fatty acid ethyl esters FAEE, dan standar biodiesel Eropa hanya diaplikasikan untuk FAME [42]. Tabel 4.2 menunjukkan data karakteristik dari biodiesel yang dihasilkan pada penelitian ini dan perbandingannya dengan Standar ASTM D6751 dan SNI 04-7182-2006. Tabel 4.2 Perbandingan Karakteristik Biodiesel Hasil Penelitian dengan Standar ASTM D6751 dan SNI 04-7182-2006. Biodiesel Hasil Penelitian Standar ASTM D6751 Standar SNI 04- 7182-2006 Parameter Unit Tanpa DES DES 1:2 1,5 Ester Content Densitas pada 15 ̊C Densitas pada 40 ̊C Viskositas kinematik pada 40 ̊C Flash Point Free Glycerine Total Glycerine Monoglyceride content Diglyceride content Triglyceride content mm kgm 3 kgm 3 mm 2 s ̊C mm mm mm mm mm 99,03 862,4 5,04 0,26 0,49 96,23 889,9 5,39 0,54 0,26 3,15 - - - 3,5-5 130 0,02 0,24 0,80 0,20 0,20 96,5 - 850-900 2,3 - 6 100 0,02 0,24 - - - Tidak dilakukan pengujian Dari hasil uji beberapa karakteristik biodiesel, dapat dilihat bahwa biodiesel yang disintesis pada penelitian ini belum memenuhi keseluruhan standar ASTM D6751 dan SNI 04-7182-2006. Hal ini menunjukkan penambahan co-solvent DES dalam proses metanolisis DPO tidak sesuai karena tidak mampu menghasilkan biodiesel yang memenuhi standar kualitas biodiesel. Universitas Sumatera Utara 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Proses degumming yang dilakukan pada bahan baku CPO meningkatkan kadar ALB sebesar 0,73 yang menyebabkan getah dan impuritis berkurang dimana getah dan impuritis dapat mengganggu kestabilan oksidatif minyak dan memiliki kemampuan mengemulsi yang kuat sehingga harus dilakukan proses degumming sebagai pretreatment awal pada CPO. 2. Hasil proses metanolisis DPO dalam sistem pelarut DES berbasis ChCl : Gliserol tidak sebaik hasil proses etanolisis DPO dalam sistem pelarut DES berbasis ChCl : Gliserol. Kemurnian ester yang diperoleh dari proses metanolisis adalah 96,23 sedangkan hasil kemurnian ester pada proses etanolisis adalah 99,72 . 3. Pada reaksi metanolisis, metanol berperan ganda yaitu sebagai HBD dan reaktan sehingga DES berbasis ChCl : Gliserol tidak cocok digunakan dalam proses metanolisis DPO dalam produksi biodiesel. 4. Hasil yield metil ester tertinggi adalah 85,00 diperoleh pada kondisi operasi 60°C dengan dosis katalis 1 bb, rasio molar metanol : CPO sebesar 6:1, dan dosis DES 1,5 selama 60 menit. 5. Analisis fisik yang dilakukan pada biodiesel yaitu analisis densitas dan viskositas kinematik pada biodiesel tanpa DES memperoleh hasil berturut- turut yaitu 862,4 kgm 3 dan 5,04 cSt dan dengan penambahan DES sebanyak 1,5 memperoleh hasil berturut-turut yaitu 889,9 kgm 3 dan 5,389 cSt. Kandungan monogliserida, digliserida, dan trigliserida pada metil ester dengan penambahan DES lebih besar dibandingkan dengan tanpa DES. Universitas Sumatera Utara