BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebelum masuknya pengaruh Agama Hindu masyarakat di Desa Tanjung Pulo masih menganut Animisme. Setelah masuknya pengaruh Agama Hindu kepada
masyarakat di Desa Tanjung Pulo, menyebabkan Animisme yang dianut masyarakat mengalami perubahan menjadi Agama Pemena. Setelah masuknya Agama Hindu ke
Tanjung Pulo, masyarakat Desa Tanjung Pulo menggunakan upacara keagamaan yang memiliki persamaan dengan budaya Agama Hindu di India. Salah satu
persamaannya adalah kremasi atau pembakaran mayat untuk mendapatkan abu jenasah dan masyarakat di Desa Tanjung Pulo telah menyembah Dewa di dalam
kepercayaan Agama Hindu yaitu Dewa Siwa. Pada tahun 1985 Agama Pemena telah disahkan menjadi Agama Hindu, dan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo
telah resmi diakui menjadi Agama yang resmi karena bukan lagi disebut dengan Agama Pemena.
Penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo mengalami penurunan jumlah penganutnya. Sebelum masuknya kristenisasi dan pengaruh pemberontakan komunis
penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo merupakan Agama yang dominan. Namun akibat dari faktor tersebut penganut Agama Hindu mengalami penurunan
yang sangat banyak. Dibangunnya Pura pada tahun 1985 di Desa Tanjung Pulo sempat memberi harapan untuk penganut Agama Hindu yang tersisa untuk
Universitas Sumatera Utara
berkembang, namun pembangunan Pura yang diberi nama Pura Sekula Serasi tidak mampu meningkatkan jumlah penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo.
Masyarakat di Desa Tanjung Pulo mulai meninggalkan Agama Hindu akibat persepsi negatif dari masyarakat yang belum mengetahui latar belakang Agama Hindu di Desa
Tanjung Pulo. Penganut adalah individu yang mengikuti sebuah kepercayaan dan menjadi
sebuah Komunitas yang saling membantu antara sesama. Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berintraksi
menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas
1
. Komunitas dapat bertahan, berkembang ataupun menurun secara kuantitas. Pemicu
munculnya penurunan komunitas disebabkan oleh suatu sistem yang tidak lagi dianggap menarik, menguntungkan atau tidak sesuai lagi dengan pola pikir
masyarakat pada umumnya, tidak sesuai dengan adat istiadat dan lahirnya komunitas baru yang lebih diterima karena sesuai dengan kondisi yang sedang berlangsung,
yang mengakibatkan komunitas sebelumnya ditinggalkan. Komunitas bisa juga dijelaskan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,
umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
2
1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:F.a.Aksara Baru, 1985, hal. 148.
Sejarah adalah kisah atau cerita yang terjadi pada masa lampau yang memiliki bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keberadaan Agama Hindu adalah salah satu sejarah yang perlu untuk diketahui karena merupakan agama pertama yang masuk ke
2
https:id.wikipedia.orgwikiKomunitas, diakses tanggal 12 Juni 2016.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Sebelum masuknya Hindu masyarakat di Nusantara masih menganut animisme dan dinamisme.
3
Kedatangan orang India ke kawasan Asia Tenggara membawa serta agama dan kebudayaan Hindu, bermula sekitar awal tarikh Masehi. Kebudayaan Hindu
berkembang dan mempengaruhi hampir semua bangsa di dunia. Ketika itu India dan Cina adalah dua kekuatan besar di Asia yang telah memiliki peradaban yang kokoh
dan sudah berkembang sejak ribuan tahun sebelumnya. Kebudayaan intelektual Agama Hindu mempengaruhi kawasan Asia Tenggara yang sangat jauh tertinggal.
Sedemikian kuatnya dominasi politik dan kebudayaan tersebut Masuknya Agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh
Bangsa India.Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur laut dan melakukan perdagangan karena Indonesia memiliki letak geografis yang strategis dan sumber
alam yang bernilai dalam perdagangan.Bersamaan dengan kegiatan tersebut mereka menyebarkan Agama Hindu kepada masyarakat di nusantara.
4
Etnis Tamil di Indonesia berasal dari India bagian selatan. Kelompok suku bangsa Tamil ini banyak terdapat di Sumatera Utara seperti Pematang Siantar, Lubuk
Pakam, Langkat, Binjai dan Medan. Banyak dari mereka yang didatangkan pada zaman kolonial Belanda untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan yang
.Pengaruh kedua bangsa besar India dan Cina, negeri-negeri di Asia Tenggara makin berkembang dan
mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi
3
Animisme adalah sebuah kepercayaan terhadap roh nenek moyangleluhur sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda benda yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan
gaib.
4
J.Fachruddin Daulay “Bandar Barus dalam catatan sejarah” .Medan :Buletin Historisme,. Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU, No. 21, pp. 28-36,2009.
Universitas Sumatera Utara
dibangun di daerah tersebut. Kelompok bangsa Tamil kemudian berkembang secara turun temurun hingga sekarang di Indonesia.
5
Kedatangan orang India selatanTamil Kuil Agama Hindu yang tertua di Sumatera Utara terletak di Kampung Madras,
“Sri Mhariaman”, didirikan pada tahun 1884. Ketika itu sudah banyak kuli orang Tamil bekerja di perkebunan-perkebunan di sekitar Medan. Sedangkan Kuil Agama
Sikh di samping Candi Tamil di Kampung Madras didirikan oleh “Gurdhuara Sahib”. Pendetanya yang pertama ialah Bhai Surain Singh Ji.
6
ke Sumatera Utara tidak lepas dari hubungan erat yang pernah terjadi antara Kerajaan Cola, Kolutungga I dengan
kerajaan Sriwijaya. Dimana Kerajaan Cola menguasai wilayah Tamil di India selatan. Hal ini menyebabkan banyak Etnis Tamil yang menetap di Barus, dimana pada waktu
itu Barus dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu kerajaan Cola memiliki hubungan erat dengan Kerajaan kerajaan yang ada di Nusantara. Begitu
juga dengan Kerajaan Sriwijaya dan cukup berpengaruh dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini telah diteliti oleh Prof. Nilakantisastri, guru besar
dari Universitas Madras pada tahun 1932 bahwa pada tahun 1080 M di Lobu Tua tak jauh dari sungai Singkil ada pemukiman pedagang dari India Selatan.
7
Keterangan batu bertulis Lobu Tua sangatlah penting artinya karena merupakan bukti yang menunjukkan bahwa masyarakat Tamil dalam kegiatan perdagangannya
5
Ayu Sri Mahasti, 2016, “Pangguni UttiramSuatu Ritual Hindu-Tamil di Kuil Shri Thendayanudabani,
Kota Lubuk Pakam, Sumatera Utara ,”Skripsi, Medan: belum diterbitkan,2012, Hal: 1.
6
Tamil adalah etnis dari India selatan yang mayoritas memeluk Agama Hindu.
7
http:id.googleweblight.com?lite_url kompasiana.com, diakses tanggal 11 juli 2016
Universitas Sumatera Utara
sudah tiba di Sumatera, bahkan sudah ada perkampungan mereka di Barus. Di antara para pedagang terdapat juga seniman yang memahat batu bertulis tersebut. Dengan
demikian, selain orang-orang Tamil yang menetap di Barus, yang tercatat sebagai pedagang India, maka pedagang asing lain yang sudah mengunjungi langsung Barus
ialah saudagar-saudagar asal Timur Tengah abad ke-10.
8
Setelah Etnis Tamil di Barus mulai dimasuki bangsa Arab dan Timur tengah pada abad ke-10 dan proses Islamisasi di Barus, maka banyak dari mereka yang
kemudian pergi ke daerah pedalaman Etnis Batak dan hilangnya hubungan Etnis Tamil dengan tanah leluhurnya, begitu juga dengan Kerajaan Panei di Padang Lawas
maka berkembanglah unsur-unsur budaya Hindu kepada masyarakat Batak. Di antaranya adalah Aksara Karo, pengetahuan astrologi, sejumlah kata-kata Sansekerta,
pertanian irigasi, termasuk beberapa alat pertanian, pertenunan dan kesenian, permainan catur, beberapa konsep dan praktek keagamaan, sebagian Marga
Sembiring, upacara kurban dalam hubungan pertanian, organisasi masyarakat dalam klen-klen berkaitan dengan totemisme. Totemisme adalah istilah menunjuk pada suatu
kepercayaan atau agama yang hidup pada suatu komunitas atau organisasi yang mempercayai adanya daya atau sifat Ilahi yang dikandung sebuah benda atau
mahkluk hidup selain manusia
9
8
J.Fachruddin Daulay. Loc. Cit
9
Hassan Shadily, Ensklopedia Indonesia Jilid 6SHI-VAJ. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, hal. 3604, 1980.
. Adat perkawinan eksogami yaitu istilah Antropologi prinsip perkawinan yang mengharuskan orang mencari jodoh di luar lingkungan
Universitas Sumatera Utara
sosialnya seperti di luar lingkungan kerabat, golongan sosial, dan lingkungan pemukiman
10
Jadi dapat disimpulkan penyebaran Hindu di Sumatera Utara dimulai dari daerah Barus. Hal ini terjadi akibat hubungan diplomatis Kerajaan Cola dengan
Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu. Sebagai bukti sewaktu batu bertulis Lobu Tua dibuat di India terdapat berbagai perkumpulan dagang orang-orang Tamil. Salah
satunya yang menetap di Barus ialah perkumpulan bernama “Mupakat 500”. Perkumpulan dagang ini sangat kuat organisasinya dan berdiri sendiri serta tidak
tunduk secara politis kepada seseorang Raja mana pun, sehingga mereka diterima dengan tangan terbuka di negeri-negeri yang dikunjunginya. Perkumpulan dagang ini
mempunyai pasukan tentara bayaran sendiri yang bertugas menjaga barang-barang terutama sewaktu transit dari satu tempat ke tempat lain.
, dan lain-lain. Perkataan marga klen sendiri dalam istilah bahasa Batak berasal dari bahasa Sansekerta, “Varga”.
11
Sejarah kedatangan Hindu pertama kalinya ke Barus merupakan cikal bakal perkembangan Hindu ke daerah lainnya di Sumatera utara. Sesuai dengan judul
penelitian penulis maka dijelaskan juga proses perkembangan Agama Hindu ke Tanah Karo dimana Kebudayaan Hindu yang dibawa oleh orang India Selatan ke
Tanah Karo memiliki peninggalan budaya seperti Sejarah Marga Sembiring yaitu Sembiring Brahmana, Colia, Meliala, Pandia, Muham dimana marga marga ini
identik dengan Bahasa India. Brahmana Kasta, dan Colia Cola, Pandia Pandyth,
10
http:kbbi.web.ideksogami, diakses tanggal 13 juli 2016
11
J Fachruddin Daulay, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
Muham Mouham. Begitu juga tulisan aksara Karo dan kata kata seperti Nggara, Tula, Cukra dudu dan lain lain merupakan pengaruh dari kebudayaan Etnis tamil
Hindu.Sebelum Agama Hindu ada pada etnis Karo, etnis Karo sudah menggunakan sesajen pada kegiatan religi tradisionalnya. Karena pada saat itu, etnis Karo masih
menganut Agama Perbegu atau Pemena. Jenis sesajen yang digunakan berupa bunga, air, buah-buahan, jeruk, apel dan lain-lain, makanan, hewan berupa ayam yang
dipersembahkan kepada Tuhan, roh nenek moyang, dan mahluk halus.
12
Tentang adanya pengaruh Hindu ke Tanah Karo disamping bukti tentang ditemukanya Pura di Sembahe, Bangun Purba, dan Sarinembah, juga terlihat dari
upacara yang berhubungan dengan roh atau tendi dalam bahasa karo
13
. Umpamanya dalam upacara Persilihi dan Erpangir ku Lau
14
Salah satu bukti lain peninggalan kebudayaan Hindu di masyarakat karo adalah “Erlige-lige” yaitu suatu upacara penguburan yang menarik jenazah di atas lige-lige
yaitu suatu bangunan tinggi yang ditarik ratusan orang. Upacara ini sangat mirip dengan upacara yang ada pada Agama Hindu, yang hingga kini masih dilakukan di
Bali. Erlige lige ini terakhir dilakukan di Medan pada tahun 1960. Upacara Pakuwaluh membakar dan menghanyutkan abu jenazah yang dilakukan di sungai
Lau Biang dengan dimasukkan dalam sebuah guci diatas perahu dengan panjang sekitar satu meter. Hal ini dilakukan di Lau Biang karena dalam tafsiran masyarakat
12
Noprianta A, Tarigan,Sesajen: StudiDeskripsi Mengenai makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara, Skripsi, Medan: belum diterbitkan. Hal: 12. 2011.
13
Sarjani Tarigan,Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisasi. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia, 2008, hal. 34.
14
Sempa Sitepu, dkk, Pilar Budaya Karo, Medan: Belum diterbitkan, hal. 166, 171,1996.
Universitas Sumatera Utara
dahulu, sungai Lau Biang yang perpanjanganya adalah Sungai Wampu di Langkat mengalir ke Selat Malaka dan dari sana dengan tuntunan roh-roh akan mengalir ke
Samudra Hindia dan selanjutnya akan sampai di Sungai Gangga di India. Bukan itu saja, banyak tradisi di Karo yang sama dengan kebiasaan masyarakat di India Selatan
misalnya Etnis Karo dahulu selalu melakukan doa di malam bulan purnama serta menyanyikan mangmangtabas mantradoa. Dahulu wanita di Karo juga suka
membuat titik merah di keningnya seperti halnya yang dilakukan wanita di India.
15
Asal kata Hindu berasal dari kata Sungai Shindu yang mengalir di India dan Pakistan. Bangsa asing yang datang ke daerah itu menyebutkannya sungai Hindu.
Lalu Suku Bangsa Arya yang mendiami lembah sungai Hindu, menyebutkan tempat itu kediamaan orang Hindu. Orang asinglah yang kemudian menyebutkan Hindu
untuk nama bangsa dan agama di India, sedangkan rakyat di desa pada umumnya tidak mengetahui Hindu. Agamaya hanya diketahui Agama Dharma dan Thirta.
16
Kedatangan Hindu ke Tanah Karo dibawa pertama kali oleh Bahgawan Bergu yang berasal dari India selatan. Setelah Bahgawan Bergu menyelesaikan
pelayanannya di Tanah Karo, perkembangan Agama Hindu di Tanah karo kemudian dilanjutkan oleh Lemba Ginting. Pada masa Lemba Ginting ajaran Hindu lebih
disesuaikan dengan tradisi dan Budaya Karo. Sedangkan di Desa Tanjung Pulo sendiri Pura Hindu yang pertama dibangun adalah Pura “Sekula Serasi” yang
dibangun pada tahun 1984. Pada tahun 1984 masyarakat yang ada di desa Tanjung
15
http:id.googleweblight.com?lite_url blogspot.com, diakses tanggal 18 september 2015
16
Sarjani Tarigan.Kepercayaan Orang Karo Tempoe Doeloe,Medan:Balai Adat Budaya Karo Indonesia,hal, 24, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pulo masih banyak memeluk Agama Hindu. Sedangkan menurunnya pemeluk agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung dimulai pada tahun 1990. Hal ini
terjadi karena para leluhur yang sudah meninggal yang gigih dalam mengembangkan Agama Hindu, tidak diikuti dengan generasi berikutnya. Salah satu faktor penyebab
penurunan Hindu akibat perkembangan Agama Kristen di wilayah Tanah Karo. Di dalam Agama Hindu ada istilah Kalapatra yang artinya di daerah mana Hindu berada
maka Hindu itu mengikuti budaya, daerah tersebut baik berupa bahasa, ritual dan sembah sembahan. Di desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu mengalami
perkembangan yang pesat pada tahun 1970-1985. Hal ini terjadi karena Pandita yang dipilih adalah masyarakat yang dianggap memiliki kemampuan baik, tanpa terkecuali
pria dan wanita maupun kaum muda Desa. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang belum beragama tertarik dan memeluk Agama Hindu.
Sampai saat ini penganut Agama Hindu yang ada di Desa Tanjung Pulo masih ada lima kepala keluarga dan Pandetanya adalah Katar Kacaribu.Terdapat Pura yang
bernama Pura Sekula Serasi. Tanah tempat dibangunnya Pura Sekula Serasi ini adalah milik Alm. Nikep Singarimbun Beliau dahulu sebagai koordinator Parisada
Hindu Kecamatan Payung sebelum berganti menjadi Kecamatan Tiganderket sekarang.
17
Persatuan Agama Hindu di Tanah Karo berpusat di Kabanjahe yaitu Parisada Hindu Darma Karo. Terdapat koordinator di setiap kecamatan yang mengawasi desa.
17
Wawancara dengan Katar Kacaribu Pendeta Agama Hindu di Desa Tanjung Mbelang kecamatan Tiganderket rabu 18 november 2015.
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang mengawasi dan mengayomi Agama Hindu adalah Parisada Desa. Penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dahulu banyak belajar ke Pura Agung yang
berada di jalan Polonia Medan yaitu Pura Raksabuana Pendeta dari Pura Agung tersebut melayani ke Desa Tanjung Pulo yaitu Pak Dewa. Dia datang ketika pura
didirikan padatahun 1984. Pada masa pelayanan Pak Dewa masyarakat Hindu di Desa Tanjung Pulo pernah dibawa ke Pura Agung untuk melakukan penataran dan
mempelajari ajaran Agama Hindu lebih mendalam. Hasil dari penataran tersebut terjadi regenerasi Pandita atau Guru Hindu dari Karo yang sudah memiliki
kemampuan yang baik tentang Agama Hindu. Pendeta Hindu yang pernah berada di Desa Tanjung Pulo:
1.Pendeta Las Melas Sinulingga berasal dari Desa Bintang Meriah 2.Pendeta Kajam Ginting berasal dari Desa Kidupen
3.Pendeta Rem Ginting berasal dari Desa Durin rugun 4.Pendeta Ngajar Bana Sinuraya berasal dari Desa Sigenderang Juhar
Penulis tertarik melakukan penelitian tentang “ Penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo 1985-2000” karena
Agama Hindu mengalami akulturasi dengan Budaya karo khususnya di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung, bisa dilihat dari adanya komunitas Hindu di Desa Tanjung
Pulo. Agama Hindu di Desa ini tetap bertahan meskipun pada tahun 1965 kristenisasi semakin mrningkat di Tanah Karo. Selain di Tanjung Pulo ada juga wilayah di
Tanah Karo yang memiliki hubungan dengan Hindu seperti di Desa Pintu Besi,
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Lau Rakit, Kabupateen Deliserdang, Desa Bintang Meriah Kecamatan Kutabuluh Simole,di Desa Rumah Pil Pil Sibolangit.
Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo pernah sangat berkembang sehingga penulis tertarik mencari informasi tentang hal tersebut.Tahun penelitian yang dipilih
oleh penulis sendiri pada tahun 1985-2000. Hal ini karena pada tahun 1985 dibangun Pura Sekula Serasi di Desa Tanjung Pulo dan merupakan tempat ibadah pertama di
Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung. Pada tahun 1985 masyarakat Tanjung Pulo masih banyak menganut Hindu.Penganut Agama Hindu di desa ini mampu bertahan
walaupun terjadi proses peningkatan kristenisasi di Tanah Karo pada waktu itu. Mereka juga membangun sebuah Pura Sekula Serasi bergaya Bali. Ada juga pemeluk
Hindu dari Bali yang ikut membangun Pura tersebut. Eksistensi inilah yang menjadikan penelitian ini menarik untuk dikaji. Pada tahun 1985 banyak juga
penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dan sekitarnya belajar ke Parisada Hindu di kota Medan yang terletak di jalan Polonia tepatnya di Pura Raksabuana.
Penulis membatasi pada tahun 2000 karena pada tahun ini terakhir, dilakukan tradisi Hindu seperti upacara besar keagamaan Hindu, upacara kematian, dan tradisi
Hindu lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Pulo, Kecamatan Payung. Saat itu hanya tersisa lima kepala Keluarga dan tetap bertahan menjalankan
aturan Agama Hindu itu sendiri. Pada tahun 1965-1966 proses Kristenisasi di Tanah Karo mengalami
perkembangan yang sangat pesat dimana banyak pembabtisan massal sebagai dampak dari peristiwa G 30 S. Sebelum tahun 1965 Etnis Karo mayoritas menganut Agama
Universitas Sumatera Utara
Pemena dan Hindu. Dampak peristiwa G 30 S tahun 1965, masyarakat yang beragama Hindu khususnya di Tanah Karo mulai meninggalkan Agama Hindu dan
memeluk Agama Kristen. Hal ini karena masyarakat kuatir dianggap sebagai atheis. Pada waktu itu di Indonesia Komunis dianggap orang yang tidak beragama dan
Agama Hindu di Tanah Karo pada waktu itu tidak diakui oleh pemerintah. Akan tetapi di Desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu masih bertahan dan sampai
sekarang terdapat lima kepala keluarga pemeluk Agama Hindu. Inilah salah satu alasan kenapa penulis tertarik menelitinya.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah