Tidak tersedianya pengajar Agama Hindu di sekolah yang ada di Desa Tanjung Pulo

menurut Agamakepercayaan tahun1999 penganut Agama Hindu di Tanah Karo hanya 0,56 42 Pengajar Agama Hindu identik dengan kata Guru dimana di dalam bahasa Sansekerta yang berarti pengajar atau pemimpin keagamaan maupun spiritual. Di dalam Agama Hindu guru dipandang sebagai pemimpin suci yang memberi kebijakan dan pedoman. Menemukan guru sejati seringkali menjadi syarat mutlak bagi orang yang ingin mencapai pencerahan. .

4.2.2. Tidak tersedianya pengajar Agama Hindu di sekolah yang ada di Desa Tanjung Pulo

43 Sebelum perkembangan Agama Kristen dan Islam di Tanah Karo, masyarakat Karo mayoritas menganut Agama Hindu begitu juga di Desa Tanjung Pulo. Pada masa ini di setiap desa di Tanah Karo mempunyai Guru Agama Hindu dan Pendeta yang menjadi pelayan dan memberikan pengajaran tentang Agama Hindu. Guru Agama Hindu ini didatangkan dari Pura Raksabuana di jalan Polonia Medan. Masyarakat Bali di Medan yang menganut Agama Hindu sering datang melayani ke Tanah Karo. Masyarakat Bali di Medan ikut berpartisipasi dalam mendirikan Pura Sekula Serasi di Tanjung Pulo.Terjalinnya hubungan yang erat sesama penganut Hindu di Medan dan Tanah Karo tidak terlepas peran dari Parisada Hindu Dharma Karo pada tahun 1980-1985. Begitu juga hubungan dengan kementerian Agama, 42 Sumber : Kantor dinas Agama kabupaten Karo 43 Https:id.m.wikipedia.orgwikiGuru_agama_dharma diakses tanggal 22 Desember 2016 Universitas Sumatera Utara Parisada Hindu Provinsi Sumatera utara memiliki kesinambungan dan komunikasi yang baik. Putusnya hubungan kelembagaan Parisada Hindu Dharma Provinsi Sumatera Utara dengan Parisada Hindu Dharma Karo terjadi pada tahun 2000 karena tidak ada lagi hubungan yang baik dan menurunnya umat Hindu di Tanah Karo. Menurunnya penganut Agama Hindu di Tanah Karo pada tahun 2000 menyebabkan Parisada Hindu Dharma Provinsi Sumatera Utara tidak terlalu memperhatikan penganut Agama Hindu di Tanah Karo termasuk di Desa Tanjung Pulo. Pengajar Agama Hindu yang dari Medan tidak pernah lagi melayani ke Tanjung Pulo, dan terputuslah hubungan diantara lembaga keagamaa Hindu di Parisada Hindu Dharma Sumatera Utara, kementerian Agama, dan ke pusat terendah Parisada Dharma Desa Tanjung Pulo. 44 44 Wawancara dengan Dinis Sitepu di Kabanjahe Kabupaten Karo Penyuluh Agama Hindu tanggal 22 Desember 2016 Selain dari pengajar Agama Hindu yang tidak pernah melayani lagi ke Desa Tanjung Pulo. Di Sekolah baik di tingkat Sekolah dasar SD, sekolah menegah pertama SMP, sekolah menegah atas SMA tidak ada mata pelajaran Agama Hindu. Hal ini salah satu faktor kenapa penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo mengalami penurunan yang sangat besar. Murid yang beragama Hindu ketika mengikuti ujian harus memilih mata pelajaran Agama Kristen dan Islam agar mendapat nilai dalam mata pelajaran agama. Hal ini Karena tidak ada mata pelajaran Agama Hindu untuk dipelajari. Tidak hanya di Desa Tanjung Pulo yang tidak memiliki mata pelajaran Agama Hindu di sekolah, bahkan hampir di seluruh Kabupaten Karo. Universitas Sumatera Utara Akibat dari kebijakan pemerintah Kabupaten Karo yang tidak menyertakan Agama Hindu sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah di Kabupaten Karo, maka akhirnya banyak penganut Agama Hindu di Kabupaten Karo yang kemudian pindah Agama menjadi Agama Kristen dan Islam. 4.2.3.Persepsi sebagian masyarakat bahwa Agama Hindu sama dengan ajaran Pelbegu Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya Agama Kristen dan Agama Islam ke Tanah Karo, maka Agama Hindu dianggap sebagai Agama Pelbegu. Masyarakat Karo tidak menyadari bahwa Agama Pelbegu adalah Agama Hindu itu sendiri. Agama Pelbegu sendiri datang dari Maharesi Agastya dimana Beliau adalah pengembang ajaran Agama Hindu Bhagavat Brgu ke Tanah Karo dimana kata Bergu disamakan masyarakat Karo dengan kata Per Begu atau Sipelebegu Kata Pel Begu atau Sipelebegu sendiri datang dari keluhuran dan kesaktian dari Maharesi Agastya yang memberikan ajaran Agama Hindu sekte Ciwa di Tanah Karo. Kemudian setahun setelah Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1946 Agama Pelbegu ini diubah menjadi Agama Pemena 45 45 Agama Pemena artinya Agama yang pertama atau yang pertama dianut oleh masyarakat Karo . Agama Pemena sama dengan Agama Hindu telah diteliti oleh seorang Pendeta dari India pada tahun 1950 bahwa banyak persamaan antara Agama Pemena dengan Agama Hindu yang ada di India seperti upacara menghanyutkan abu jenazah yang dihanyutkan di sungai Gangga juga Universitas Sumatera Utara dilakukan di sungai Lau Biang di Tanah Karo, pemotongan gigi dan menghitamkannya yang disebut dengan Erkiker, erpangir ku lau 46 , dan wanita pemeluk Agama Pemena juga membuat titik merah di keningnya, berdoa di bulan purnama seperti yang dilakukan penganut Hindu. 47 Sebelum menganut Agama Pemena masyarakat Tanjung Pulo masih menganut animisme dan menyembah tempat-tempat keramat di Desa tersebut yang disebut dengan Pulu Balang, dan memiliki mantra doa tersendiri dalam bahasa Karo untuk menyembah roh nenek moyang supaya diberi keselamatan dan rejeki. Kedatangan Agama Pemena ke Tanah Karo mudah diterima masyarakat karena memakai sistem Kalapatra 48 dan tidak menghilangkan budaya asli masyarakat Karo yang telah turun temurun. Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo ketika bulan purnama memberikan sesajen di Pura Sekula Serasi menggunakan mantra dan doa di dalam bahasa Karo, tetapi yang disembah Dewa Siwa yang merupakan salah satu Dewa di dalan ajaran Agama Hindu disinilah letak perbedaan antara Agama Pemena dengan Agama Hindu tetapi yang disembah sama yaitu Dewa Siwa. Begitu juga dalam tata ibadah yang digunakan Agama Pemena memakai tradisi budaya Karo. 49 46 Erpangir ku lau adalah sebuah tradisi Karo dengan mandi di sungai dengan air limau yang bertujuan untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk. Sementara itu Agama Pemena disahkan menjadi Agama Hindu akibat dari terjadinya revolusi komunis di Tanah Karo, dan perkembangan Agama Kristen dan Agama Islam 47 Https:karosiadi.blogspot.co.id201011agama-pertama-sesudah-pemena.html?M=1 diakses tanggal 23 Desember 2016 48 Kalapatra adalah dimana Agama Hindu berada maka Agama Hindu itu menggunakan budaya daerah yang ditempatinya tanpa mengganti tradisi daerah tersebut. 49 Wawancara dengan Aristo Bangun masyarakat Desa Tanjung Pulo tanggal 22 Desember 2016 Universitas Sumatera Utara sehingga Parisada Hindu Dharma Karo menjadikan Agama Pemena Menjadi Agama Hindu supaya diakui menjadi Agama resmi di Indonesia. Pemahaman masyarakat Karo tentang apa itu Agama Pelbegu cenderung bersifat negatif karena di dalam penafsiran masyarakat Karo dan khususnya Tanjung Pulo Agama Pelbegu adalah Agama yang percaya kepada hal-hal yang mistis dan tidak mengetahui bahwa Agama Pelbegu sama dengan Agama Hindu Karo yang ada di Desa Tanjung Pulo, tetapi yang membedakan Agama Pemena dan Agama Hindu di dalam tata ibadah dan tetapi Dewa yang disembah sama yaitu Dewa Siwa. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebelum kedatangan Agama Hindu ke Tanah Karo, masyarakat Tanah Karo masih menganut Animisme dan Dinamisme. Kedatangan Bahgawan Agastya dari bangsa India seorang Maharesi yang pertama kali mengembangkan Agama Hindu ajaran Bhagavat Brgu di Tanah Karo menjadi awal perkembangan Agama Hindu ke Tanah Karo.Agama Hindu cepat berkembang di Tanah Karo karena memakai sistem Kalapatra dan Bahgawan Agastya sendiri menikah dengan putri Karo keturunan Marga Purba dengan demikian semakin cepatlah perkembangan Agama Hindu di Tanah Karo. Selain itu Bahgawan Agastya juga memiliki kesaktian sehingga banyak masyarakat Karo yang kemudian menjadi muridnya. Dengan berkembangnya Agama Pelbegu di masyarakat Karo kebudayaan Agama Hindu yang berasal dari India yang dibawa oleh Bahgawan Agastya juga masuk dan diikuti oleh masyarakat Karo seperti pembakaran jenasahPakuwaluh, pemotongan gigierkiker dan sebagian Marga Sembiring. Perkembangan Agama Hindu di Tanah Karo mengalami kemunduran setelah masuknya Agama Kristen pada tahun 1890 dan Agama Islam pada tahu 1888 ke Tanah Karo, masuknya Agama Kristen yang dibawa oleh Nederlandsche Zending Genootschap NZG kolonial Belanda menyebabkan banyak umat Hindu menjadi Universitas Sumatera Utara