BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebelum kedatangan Agama Hindu ke Tanah Karo, masyarakat Tanah Karo masih menganut Animisme dan Dinamisme. Kedatangan Bahgawan Agastya dari
bangsa India seorang Maharesi yang pertama kali mengembangkan Agama Hindu ajaran Bhagavat Brgu di Tanah Karo menjadi awal perkembangan Agama Hindu ke
Tanah Karo.Agama Hindu cepat berkembang di Tanah Karo karena memakai sistem Kalapatra dan Bahgawan Agastya sendiri menikah dengan putri Karo keturunan
Marga Purba dengan demikian semakin cepatlah perkembangan Agama Hindu di Tanah Karo. Selain itu Bahgawan Agastya juga memiliki kesaktian sehingga banyak
masyarakat Karo yang kemudian menjadi muridnya. Dengan berkembangnya Agama Pelbegu di masyarakat Karo kebudayaan
Agama Hindu yang berasal dari India yang dibawa oleh Bahgawan Agastya juga masuk dan diikuti oleh masyarakat Karo seperti pembakaran jenasahPakuwaluh,
pemotongan gigierkiker dan sebagian Marga Sembiring. Perkembangan Agama Hindu di Tanah Karo mengalami kemunduran setelah
masuknya Agama Kristen pada tahun 1890 dan Agama Islam pada tahu 1888 ke Tanah Karo, masuknya Agama Kristen yang dibawa oleh Nederlandsche Zending
Genootschap NZG kolonial Belanda menyebabkan banyak umat Hindu menjadi
Universitas Sumatera Utara
Agama Kristen karena kolonial Belanda mengirimkan langsung Pendeta dari Belanda dan Nederlandsche Zending Genootschap NZG membangun rumah sakit, gereja,
memberikan pendidikan, yang menyebabkan banyak masyarakat Karo masuk ke Agama Kristen karena merasa nyaman dan bermanfaat. Kedatangan Agama Kristen
merupakan salah satu faktor penyebab terbesar menurunnya Agama Pelbegu di Tanah Karo.
Pada tahun 1946 satu tahun setelah Indonesi merdeka Agama Pelbegu diubah menjadi Agama Pemena pergantian nama ini terjadi karena kata Pelbegu dianggap
sebagai Agama mistis oleh masyarakat Karo yang belum mengetahui Agama Pelbegu sama dengan Agama Hindu sebenarnya. Kata Pemena sendiri beraerti yang pertama.
Terjadinya revolusi Komunis pada tahun 1965 menyebabkan banyak masyarakat Karo yang menganut Agama Pemena kemudian pindah menjadi Agama
Kristen dimana pada tahun ini terjadi pembabtisan massal masyarakat Karo, terjadinya perpindahan kepercayaan ini disebabkan oleh banyak masyarakat Karo
yang beraliran komunis dan pada saat itu komunis dilarang dan ditangkap oleh pemerintah Indonesia. Di dalam Komunis sendiri Agama Pemena dianggap sebagai
Agama yang Atheis. Terjadinya gejolak ini meresahkan umat Hindu di Indonesia khususnya Parisada Hindu Dharma Indonesia, dan pada tahun 1985 dibentuk Parisada
Hindu Dharma Karo yang bertujuan untuk melindungi penganut Agama Hindu dan memberikan pelayanan kepada penganut Agama Hindu di Tanah Karo.
Universitas Sumatera Utara
Sama halnya dengan apa yang terjadi terhadap penganut Hindu di Tanah Karo, penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo juga mengalami penurunan umat
Agama Hindu, masuknya Agama Kristen dan Agama Islam, kurangnya pewarisan ajaran Agama Hindu kepada generasi muda, dan tidak ada mata pelajaran Agama
Hindu di sekolah menyebabkan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo banyak meninggalkan Agama Hindu. Untuk mengatasi gejolak ini Penganut Agama
Hindu di Desa Tanjung Pulo dan Parisada Hindu Dharma Karo membangun Pura Sekula Serasi pada tahun 1985, untuk mempertahankan umat Hindu di Desa Tanjung
Pulo. Sampai sekarang penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo menyisakan lima kepala keluarga dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai penganut
Agama Hindu.
5.2. SARAN