35 Timbang seksamaNatrium Alginat, didispersikan ke sejumlah akua DM
dan didiamkan selama 24 jam. Ekstrak kunyit digerus dengan etanol secukupnya hingga larut, kemudian ditambahkan Tween 80. Natrium alginat dimasukkan dan
dihomogenkan. Kemudian diteteskan ke dalam larutan kalsium klorida CaCl
2
0,15 M dengan curing time 4-5 menit. Beads dibilasdengan akua DM, dikumpulkan dan dikeringkan di suhu ruangan selama 2 hari.Beads disimpan
dalam desikator hingga waktu pemakaian.
3.5.7 Karakterisasi beads 3.5.7.1 Penentuan berat beads
Dilakukan penimbangan 20 beads sebanyak 6 kali.
3.5.7.2 Penentuan ukuran beads
Dilakukan pengukuran sebanyak 6 beads dari 3 sisi diameter, dirata- ratakan diameter untuk memperolah diameter beads.
3.5.8 Penentuan PenjerapanBeads
Ditimbang ±50 mg beads, diekstrak dengan etanol 96 secukupnya sampai larutan tidak menghasilkan absorbansi pada spektrofotometer.
Dimasukkan hasil ekstrak ke labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan medium lambung buatan pH 1,2. Dipipet 1 ml ke dalam labu 20 ml, kemudian dipipet
kembali 1 ml ke dalam labu 10 ml. Diukur pada λ 428 nm.
3.5.9 Studi pelepasan in-vitro
Medium disolusi : medium lambung buatan pH 1,2
Kecepatan Pengadukan : 50 rpm
Volume medium : 900 ml
Metode : dayung
Sampel : beadsalginat dari ekstrak kunyit
Universitas Sumatera Utara
36 Ditimbang beadsalginat dan dimasukkan ke apparatus disolusi tipe dayung
berisi 900 ml medium lambung buatan, suhu 37±0,5
o
C dengan kecepatan 50 rpm. Sampel diambil pada interval waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, 45
menit, 60 menit, lalu sampel selanjutnya diambil pada interval 30 menit. Diambil aliquot sebanyak 5 ml dan dijaga volume nya tetap 900 ml. Pengambilan
dilakukan pada tempat yang sama yaitu pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah
Ditjen POM, 1995. Sampel dianalisis dengan Spektrofotometer pada λmaks
untuk menentukan konsentrasi obat.
3.5.10 Uji bioadhesi
Dipilih formula dengan pelepasan paling bagus dan dilakukan uji bioadhesif in vitro. Mukosa lambung tikus dibersihkan, dan direndam dalam NaCl
fisiologis. Mukosa lambung ditempelkan ke kaca objek dengan bagian muka menghadap ke atas. Dimiringkan kaca objek dengan sudut 45
. Sebanyak 20 beads ditempelkan di atas mukosa lambung, kemudian ditetesi cairan lambung
buatan dan dibiarkan 1 menit. Mukosa dialiri dengan cairan lambung buatan suhu 37 ± 0,5
C dengan kecepatan 22 ml menit. Dihitung jumlah beads yang tertinggal pada 5 menit dan 10 menit. Dihitung nomor adhesi dengan rumus:
Na = �
N No
� � 100
Keterangan: Na =nomor adhesi; N = jumlah beads setelah pengaliran; No = jumlah beadsawal 20 butir.
Universitas Sumatera Utara
37
3.5.11 Induksi luka lambung dengan larutan HCl 1 M dan penyembuhan lesi lambung menggunakan beads alginat dari ekstrak kunyit
Tikus yang dipakai berjenis kelamin jantan dengan berat 150-200 g. Semua tikus diaklimatisasi selama 1 minggu sebelum perlakuan. Tikus
dipuasakan selama 36 jam, kemudian diinduksi dengan 1 ml larutan HCl 1 M untuk membuat luka lambung Bangun, et al., 2016. Setelah 1 jam induksi, 3
tikus dikorbankan dengan dislokasi, kemudian lambung dibuka dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9, dan luka diamati secara makroskopik dan mikroskopik
histopatologi. Tikus yang tersisa dibagi ke dalam 2 grup, tiap grup terdiri atas 12 tikus.
Grup I: kontrol normal hanya diberikan akuades per oral tiap hari; grup II: Grup uji diberikan beads alginat ekstrak kunyit sebanyak 100 mgkgBB tikus per oral
setiap hari. Tikus diberikan pelet standar dan air minum adlibitum. Kemudian, masing – masing 3 tikus dikorbankan dengan dislokasi leher pada hari ke-2, 4, 6
dan 8. Mukosa lambung diamati secara makroskopik jumlah lesi dan luas luka. Panjang dan lebar tiap-tiap ulkus diukur dengan menggunakan jangka sorong
area ulkus mm
2
. Untuk pengamatan mikroskopik, mukosa lambung direndam dalam larutan formalin 10 untuk histopatologi. Sampel diproses secara histologi
dengan pewarnaan haematoxylin-eosin dan diamati secara mikroskopis menggunakan mikroskopik cahaya dengan perbesaran 40 dan 100.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Herbarium Medanense MEDA terhadap tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan Curcuma domestica Val. suku
Zingiberaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2 Karakteristik Simplisia
Hasil karakterisasi simplisia rimpang kunyit dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia rimpang kunyit
No. Pemeriksaan karakteristik
simplisia A
B 1
Kadar air 11,95
8-13,7 2
Kadar sari larut etanol 20,81
10 3
Kadar sari larut air 17,31
15 4
Kadar abu total 7,185
9 5
Kadar abu tidak larut asam 0,44
1,6 Keterangan:
A: kadar hasil penelitian B: kadar menurut MMI
Kadar air dalam simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia rimpang
kunyit adalah 11,95. Kadar air simplisia terkait dengan proses pengeringan simplisia. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air simplisia sehingga
simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu lama. Kadar air di atas persyaratan MMI untuk simplisia kunyit yakni 8-13,7 dapat
menyebabkanpertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara