15
4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu
bagian dari sistem psikomotor. 5.
Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang.
6. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang
dan malam serta pertukaran periode tidur.
2.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja
Grandjean 1991 menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara memepertahankan
kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan cancel out the stress. Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam,
tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: intensitas lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll,
circadian rhythm, problem psikis tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll, kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi Tarwaka, 2015.
Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksimum
otot hanya dapat bekerja dalam satu menit, sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot
statis sebesar 15-20 akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari, lebih lanjut Suma’mur 2009 juga mengatakan
Universitas Sumatera Utara
16
bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat, kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan kerja otot dinamis. Pada kondisi yang hampir sama,
kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.
Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang
terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan
stress yang dialami oleh tubuh manusia. Wignjosoebroto S., 2000
Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan dan proses pemulihannya.
Lingkungan yang tidak ergonomis Status kesehatan
psikologi, tanggung jawab, emosi
Monotomi intensitas dan durasi kerja
fisikmental
Perasaan lelah Pemulihanistirahat
Gambar 1. Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor Penyebabnya Sumber : Grandjean 1991:838. Encyclopaedia of Occupational Health and
Safety. ILO.Ganeva.
Universitas Sumatera Utara
17
Istirahat yang diperlihatkan pada skema adalah sebagai jalan satu-satunya pengosongan dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat
secara normal jika organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian
penentu berperan pada saat bekerja sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat bekerja sampai tidur pada malam
hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai keseimbangan antara total beban
kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu istirahat yang memungkinkan. ILO, 2003
Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai
penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang
tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang menggairahkan. Budiono, Sugeng, A.M., 2005
Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan
fisik, sikap mental output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran. Nurmianto E, 2004
Universitas Sumatera Utara
18
Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat
dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan
normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik
secara objektif maupun subjektif. Tarwaka, 2004
2.1.4 Gejala-gejala Kelelahan Kerja