22
dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori klinis dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan
adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada
otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.
Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya ransangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Ransangan
aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya
frekuensi tersebut akna menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat
gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang.
2.1.6 Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan sebagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengolahan kondisi
pekerjaan dan lingkungan kerja ditempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, pengaturan cutiempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
pengaturan cuti yang tepat, penyelanggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental psikologis, pemamfaatan masa libur dan
peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan
Universitas Sumatera Utara
23
perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologis dan psikologis kerja merupakan upaya
yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan. Demikian pula sangat besar peran dari pengorganisasian proses produksi yang tepat.
Suma’mur, 2009. Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya
pekerjaan yang dilakukan sedangkan menurunnya rasa lelah recovery adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha
pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar sampai tidur malam hari.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya :
1.
Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh
2.
Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan
3.
Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melibihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan
pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa- masa libur dari rekreasi, dan lain-lain
5. Mengatur
lingkungan fisik
sebaik-baiknya, seperti
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau
wangi-wangian dan lain-lain. 6.
Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja,
Universitas Sumatera Utara
24
menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999
Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai
indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. Budiono, Sugeng, A.M., 2005
Tarwaka 2004 menyebutkan bahwa agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya
kelelahan. Berikut ini akan diuraikan secara skematis antara faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak
menimbulkan resiko yang lebih parah seperti pada skema di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2. Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan Tarwaka, 2015
2.1.7 Pengukuran Kelelahan Kerja