Kesimpulan Saran Peternakan Ayam Broiler

58 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Gambaran kelelahan kerja paling dominan disebabkan oleh faktor beban kerja jumlah tenaga bantuan pada pekerja peternakan. Dari ketiga ketegori kelelahan yaitu kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi, kelelahan kerja paling banyak dialami oleh pekerja dengan beban kerja dibantu 1 orang. 2. Gambaran kelelahan kerja paling dominan berdasarkan kelelahan ketegori rendah disebabkan oleh faktor beban kerja. Dari 17 pekerja yang mengalami kelelahan kerja, 7 pekerja memiliki beban kerja dibantu 1 orang 41.18. 3. Gambaran kelelahan kerja paling dominan berdasarkan kelelahan kategori sedang disebabkan oleh faktor umur. Dari 42 pekerja yang mengalami kelelahan kerja, 26 pekerja berada pada kelompok umur 41 tahun 61.9. 4. Gambaran kelelahan kerja kategori tinggi, kelelahan kerja dialami oleh 3 pekerja yang memiliki beban kerja dibantu 1 orang dengan kelompok umur 41 tahun. Universitas Sumatera Utara 59

6.2 Saran

1. Agar pekerja dapat menyesuaikan kemampuan tubuh dengan kapasitas kerja fisik. 2. Agar pekerja dapat menyesuaikan sikap kerja yang sesuai dengan pekerjaan. 3. Agar pekerja dapat mengurangi monotoni kerja yaitu dengan membuat variasi antara kerja berdiri, jongkok dan duduk secara berulang. 4. Agar pekerja memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat setiap 2 jam kerja. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja

2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja

Kata lelah fatique menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme tubuh Suma’mur, 2009. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan adalah ungkapan perasaan yang tidak enak secara umum, suatu perasaan yang kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga Anoraga, 2009. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada hilangnya efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh Tarwaka, 2004. Kelelahan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan hingga berpengaruh pada menurunnya kekuatan bergerak dan akhirnya berpengaruh kepada menurunnya prestasi yang dicapai oleh individu yang mengalami kelelahan Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013. Dari banyak defenisi kelelahan diatas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul dari suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya Sutalaksana, 2005. Universitas Sumatera Utara 11

2.1.2 Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Berdasarkan proses, meliputi : 1. Kelelahan otot muscular fatique Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar . tarwaka,2004 Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar. Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus-menerus. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut ‘Kelelahan Otot’ secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang Universitas Sumatera Utara 12 kurang menguntungkan seperti melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja Budiono, Sugeng,A.M., 2005. 2. Kelelahan Umum Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi Tarwaka, 2004. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30- 40 dari tenaga aerobik. Tarwaka, Bakri Solichul H.A., Sudiajeng L. 2004 Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk. Budiono, Sugeng, A.M., 2005 Universitas Sumatera Utara 13 b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi: 1. Kelalahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi untuk jangka waktu yang panjang. Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti : a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain. b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjan. c. Depresi yang berat, dan lain-lain. Wignjosoebroto, S., 2000 c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi: 1. Kelelahan Fisiologis Kelelahan Fisiologis, adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output yang berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 14 Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, dan kebisingan. Nurmianto E., 2004 2. Kelelahan Psikologis Kelelahan psikologis, adalah kelelahan yang dapat dikatakan kelelahan palsu yang timbul dalam perasaan pekerja. Kelelahan ini dapat dilihat dari perubahan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang sudah tidak konsisten lagi, serta labilnya jiwa dengan adanya perubahan pada kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum atau nilai moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab fisikologis lain seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul didalam tubuh benak dan menimbulkan rasa lelah. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja., 1999 Beberapa jenis kelelahan umum menurut Grandjean 1988 adalah: 1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata. 2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh. 3. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual. Universitas Sumatera Utara 15 4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotor. 5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang. 6. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta pertukaran periode tidur.

2.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja

Grandjean 1991 menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara memepertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan cancel out the stress. Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: intensitas lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll, circadian rhythm, problem psikis tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll, kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi Tarwaka, 2015. Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja dalam satu menit, sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20 akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari, lebih lanjut Suma’mur 2009 juga mengatakan Universitas Sumatera Utara 16 bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat, kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan kerja otot dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama. Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan stress yang dialami oleh tubuh manusia. Wignjosoebroto S., 2000 Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan dan proses pemulihannya. Lingkungan yang tidak ergonomis Status kesehatan psikologi, tanggung jawab, emosi Monotomi intensitas dan durasi kerja fisikmental Perasaan lelah Pemulihanistirahat Gambar 1. Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor Penyebabnya Sumber : Grandjean 1991:838. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. ILO.Ganeva. Universitas Sumatera Utara 17 Istirahat yang diperlihatkan pada skema adalah sebagai jalan satu-satunya pengosongan dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat secara normal jika organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian penentu berperan pada saat bekerja sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat bekerja sampai tidur pada malam hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai keseimbangan antara total beban kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu istirahat yang memungkinkan. ILO, 2003 Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang menggairahkan. Budiono, Sugeng, A.M., 2005 Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran. Nurmianto E, 2004 Universitas Sumatera Utara 18 Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif. Tarwaka, 2004

2.1.4 Gejala-gejala Kelelahan Kerja

Kelelahana dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti : 1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki teras berat, menguap, pikiran merasa acau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan. 3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan. Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 Universitas Sumatera Utara 19 menunjukkan kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999 Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan- perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting da lam sebab ataupun akibat Suma’mur, 2009.

2.1.5 Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau, mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga Universitas Sumatera Utara 20 menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999. Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia oksida glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat produk sisa. Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk- produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan. Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulakan CO2, saerolatic, phospati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Oleh Karena itu, dengan Universitas Sumatera Utara 21 adanya aktivitas bekerja persediaan glikogen dalam hati akan menipis. Kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati hanya tersisa 0,7. Untuk kelelahan fisiologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran Cortex cerebri atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak aktivasi. Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh ke arah reaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak Sutalaksana, 2005. Dalam bukunya “Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas”, Tarwaka 2004 menyebutkan bahwa sampai saat ini masih ada Universitas Sumatera Utara 22 dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori klinis dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya ransangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Ransangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akna menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang.

2.1.6 Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan sebagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengolahan kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja ditempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cutiempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelanggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental psikologis, pemamfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan Universitas Sumatera Utara 23 perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologis dan psikologis kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan. Demikian pula sangat besar peran dari pengorganisasian proses produksi yang tepat. Suma’mur, 2009. Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan sedangkan menurunnya rasa lelah recovery adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar sampai tidur malam hari. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya : 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh 2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan 3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melibihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya 4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa- masa libur dari rekreasi, dan lain-lain 5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau wangi-wangian dan lain-lain. 6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, Universitas Sumatera Utara 24 menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999 Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. Budiono, Sugeng, A.M., 2005 Tarwaka 2004 menyebutkan bahwa agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut ini akan diuraikan secara skematis antara faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah seperti pada skema di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 2. Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan Tarwaka, 2015

2.1.7 Pengukuran Kelelahan Kerja

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktifitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat 11. dan lain-lain CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomi 4. Sikap kerja alamiah 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan 11. dan lain-lain RESIKO 1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stress akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cedera 8. Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. dan lain-lain. MANAJEMEN PENGENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris 2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua Universitas Sumatera Utara 26 cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja. Wignjosoebroto S, 2000 Sampai saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean 1993 mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut; kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan, uji psiko-motor psychomotor test, uji hilangnya kelipan flicker-fusion test, perasaan kelelahan secara subjektif subjective feelings of fatique, dan uji mental dengan bourdon wiersman test Tarwaka, 2004 1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output kerusakan produk, penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal factor. 2. Uji psiko-motor psychomotor test a. Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran Universitas Sumatera Utara 27 waktu reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan klit atau goyangan badan. Terjadinya pemenjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. b. Sanders McCormick 1987 mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 sd 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu- individu lainnya. c. Setyawati 1996 melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. d. Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli. 3. Uji hilangnya kelipan flicker-fusion test Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk Universitas Sumatera Utara 28 mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4. Perasaan kelelahan secara subjektif subjective feelings of fatigue Subjective Self Rating Test dari Indutrial Fatique Research Committee IFRC Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : a. 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di aki, mguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil dan ingin berbaring. b. 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan. c. 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat. 5. Alat ukur perasaan kelelahan kerja KAUPK2 Menurut Setyawati KAUPK2 Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang Universitas Sumatera Utara 29 tidak menyenangkan yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu. Sidabalok Lince, 2007. Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat.

2.2 Peternakan Ayam Broiler

Usaha peternakan ayam broiler terlihat mulai kembali berkembang setelah Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997. Kota Payakumbuh merupakan salah satu sentra produksi ayam ras pedaging dan petelur di Provinsi Sumatera Barat. Usaha peternakan ayam ras pedaging dan petelur di wilayah Kota Payakumbuh, pada satu sisi telah berdampak positif dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat yang melibatkan banyak peternak dengan skala usaha mulai dari ribuan ekor sampai dengan puluhan ribu ekor ayam per peternak. Skala usaha peternakan ayam broiler, terdiri dari Roni F, 2007; skala kecil peternakan rakyat dengan jumlah ayam yang dibudidayakan 1.000 – Universitas Sumatera Utara 30 50.000 ekor, tetapi umumnya 5.000 – 25.000 ekor. Peternakan rakyat mempunyai beberapa karakter, seperti modal terbatas, kontiniutas usaha sepanjang tahun tidak berjalan lancar, kandang di bangun dengan sederhana dan dekat dengan tempat tinggal, serta kepemilikannya bersifat perorangan. Skala sedang peternakan mapan atau peternakan besar dengan jumlah ayam yang dipelihara 50.000 – 500.000 ekor. Status kepemilikan masih perorangan. Manajemen pemeliharaan lebih maju dari pada manajemen yang dilaksanakan di peternakan rakyat. Namun secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum. Skala besar skala perusahaan secara legal telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dipelihara bervariasi, umumnya diatas 1.000.000 ekor sampai dengan berjuta-juta ekor. Pengoperasian usahanya bisa ditangani sendiri, ada juga dengan menjalin kerjasama dengan peternak rakyat atau disebut pola kemitraan. Rencana besarnya skala usaha yang akan dijalankan, tentu akan dibutuhkan pedoman untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak, perusahaan peternakan, dan masyarakat, termasuk untuk meningkatkan daya saing yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 31PermentanOT.14022014 tentang pedoman budi daya ayam pedaging dan petelur yang baik adalah: Prasarana yang terdiri dari lahan dan lokasi budi daya ayam pedaging dan petelur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut ; Upaya Kelestarian Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan UKLUPL, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP, Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota RTRWK, atau Rencana Detail Tata Ruang Daerah RDTRD, letak dan ketinggian lokasi dari wilayah sekitarnya memperhatikan Universitas Sumatera Utara 31 topografi dan fungsi lingkungan serta bebas dari bakteri patogen yang membahayakan ayam pedaging dan petelur, mudah diakses atau terjangkau alat transportasi. Serta tersedia cukup air bersih sesuai dengan baku mutu, dan sumber energi yang cukup sesuai kebutuhan dan peruntukannya. Pada bangunan untuk usaha budi daya ayam pedaging dan petelur yang baik meliputi jenis bangunan, konstruksi bangunan, dan tata letak bangunan. Jenis bangunan terdiri dari ; kandang anak ayam dan kandang pembesaran, kandang isolasi ayam sakit, gudang penyimpanan pakan, peralatan, dan tempat penyimpanan obat, saluran air, bak air, dan bak pengolah limbah digester dan tempat pemusnahanpembakaran bangkai ayam. Selain jenis bangunan tersebut di atas hendaknya mempunyai bangunan kantor untuk urusan administrasi dan mess karyawan. Konstruksi bangunan dilengkapi antara lain dengan ; ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara dengan baik, saluran limbah dan pemanfaatannya, gudang penyimpanan pakan, obat, alat dan mesin yang mampu memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan higienis dan kandang yang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik. Penataan letak bangunan kandang memperhatikan drainase dan mendapat sinar matahari yang cukup. Penataan letak bangunan kandang dan bangunan lainnya di dalam lokasi budi daya ayam pedaging dan petelur sebagai berikut : dikelilingi bangunan pagar setinggi 2 dua meter dengan pintu masuk tunggal one way system untuk kendaraan dan orang yang selalu tertutup, dan dilengkapi dengan alat desinfeksi, bangunan kantor dan mess karyawan atau pengelola budi daya terpisah dari kandang dan dibatasi dengan pagar rapat, jarak terdekat antara kandang dengan Universitas Sumatera Utara 32 bangunan lain bukan kandang minimal 25 dua puluh lima meter, bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan penyakit, posisi kandang membujur dari barat ke timur atau sebaliknya untuk mengurangi sinar matahari langsung dan jarak antara lokasi budi daya ayam pedaging dan petelur dengan lokasi budi daya unggas lainnya ditetapkan berdasarkan hasil analisis risiko yang dilaksanakan oleh Dinas KabupatenKota yang membidangi fungsi kesehatan hewan. Pelaksanaan biosekuriti dalam budi daya ayam pedaging dan petelur yang baik pada perusahaan peternakan sebagai berikut: lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk dan di pintu masuk dilakukan penyemprotan desinfektan, tata letak bangunankandang sesuai dengan peruntukannya, rumah tempat tinggal, kandang ayam pedaging dan petelur serta kandang hewan lain ditata pada lokasi yang terpisah, pemilikmanajer harus mampu membatasi masuknya orang, hewan dan peralatan ke peternakan, area parkir efektif, berpagar, dan diberi gerbang, prosedur pelaporan yang ketat keluar masuknya staf dan pengunjung ke peternakan dan gunakan tanda di pintu gerbang dan di kantor. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan, tempatbak untuk cairan desinfektan dan tempat cuci tangan disediakan dan diganti setiap hari dan ditempatkan di dekat pintu masuk lokasi kandangpeternakan, pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material, hewanunggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, dan liter yang dapat membawa penyakit unggas, semua material dilakukan desinfeksi Universitas Sumatera Utara 33 dengan desinfektan baik sebelum masuk maupun keluar lokasi peternakan, pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke lokasi peternakan, setiap orang yang menderita sakit dapat membawa penyakit unggas agar tidak memasuki kandang, setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang, harus mencuci tangan dengan sabundesinfektan dan mencelupkan alas kaki ke dalam tempatbak cairan desinfektan, setiap orang yang berada di lokasi kandang harus menggunakan pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung tangan, masker penutup hidung atau mulut, sepatu boot dan penutup kepala, mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik, entok, burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan, kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa alas kandanglitter dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala sesuai prosedur, tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama berada di lokasi kandang, tidak membawa ayam pedaging dan petelur yang mati atau sakit keluar dari area peternakan, ayam pedaging dan petelur yang mati di dalam area peternakan harus dibakar dan dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kotoran ayam pedaging dan petelur diolah misalnya dengan dibuat kompos sebelum kotoran dikeluarkan dari area peternakan dan air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke dalam tempat penampungan limbah, sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk lokasi kandang. Dalam melakukan budi daya ayam pedaging dan petelur yang baik, Sumber Daya Manusia yang terlibat harus memenuhi persyaratan antara lain Universitas Sumatera Utara 34 sebagai berikut: berbadan sehat, mempunyai keterampilan dalam budi daya ayam atau mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Chandra, 2015

2.3 Kerangka Konsep Penelitian