Klasifikasi Diagnosis Stomatitis Aftosa Rekuren

9. Defisiensi Nutrisi Nolan et al. pada tahun 1991 menyebutkan bahwa pasien dengan kadar zat besi, folat, zinc, atau vitamin B 1 , B 2 , B 6 , B 12 yang rendah terdapat pada sejumlah kecil, yaitu 5 hingga 10 pasien SAR. Selain itu, menurut Ogura et al. pada tahun 2001, defisiensi kalsium dan vitamin C telah ditemukan pada beberapa pasien SAR. 10 Pengaruh defisiensi vitamin B12 terhadap SAR masih belum jelas. Tetapi, terdapat respon pada pemberian terapi vitamin B 12 dan tingginya insidens SAR pada pasien yang mengalami defisiensi vitamin B 12 . 25 Pengaruh defisiensi zat besi masih diperdebatkan. Hasil penelitian Porter et al. menyebutkan terjadinya penurunan kadar serum ferritin 11,6 secara signifikan pada pasien SAR yang dibandingkan dengan grup kontrol. Sedangkan, penelitian Wray et al., menyebutkan bahwa defisiensi Fe 2+ jarang ditemukan pada pasien SAR. 25 10. Agen Mikrobial Di antara seluruh faktor yang berpotensi dalam memodifikasi respon imun dan meningkatkan predisposisi SAR, beberapa peneliti menyebutkan bakteri Streptococcus oral, Helicobacter pylori dan antigen virus virus herpes simpleks, virus varicella-zoster, cytomegalovirus, adonevirus. 1 Hubungan antara SAR dan Streptococcus sanguis telah lama dilaporkan merupakan suatu patogenesis penting dalam terbentuknya SAR. 10,11 Helicobacter pylori telah dideteksi pada ulser rongga mulut yang tidak beraturan dan dengan PCR hingga 72 dari pemeriksaan SAR. 11 Menurut penelitian Tes et al. pada tahun 2013, penyingkiran H.pylori terbukti bermanfaat dalam kesembuhan pasien yang menderita SAR. 1

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi SAR berdasarkan gambaran klinis terbagi atas 3, yaitu: 1. SAR tipe Minor SAR minor, disebut juga sebagai Mikulic z’s aphthae atau sariawan ringan, merupakan jenis SAR yang paling sering terjadi dengan prevalensi 75-85 dari Universitas Sumatera Utara seluruh kasus SAR yang pernah dilaporkan. SAR minor dikarakteristikkan dengan ulkus dangkal yang bulat atau oval yang paling sering terjadi pada seluruh mukosa yang tidak berkeratin pada rongga mulut yang bergerak, seperti bibir, mukosa bukal, ventral dan lateral permukaan lidah. Ulser ini dilapisi oleh pseudomembran berwarna putih keabuan dan dikelilingi oleh red halo dengan diameter lebih kecil dari 1 cm dan dapat sembuh tanpa bekas. 4,6,11,23 Gambar 1. SAR Minor. 3 2. SAR tipe Mayor SAR mayor juga disebut periadenitis mucosa necrotica recurrens atau Sutton disease. Ulser jenis ini jarang ditemukan dari seluruh SAR. Ulser ini berbentuk oval dan tidak beraturan dengan ukuran lebih dari 1 cm. Ulser ini sering ditemukan di bibir, palatum lunak, dan tenggorokan serta dapat berlangsung selama 6 minggu dan biasanya setelah sembuh meninggalkan bekas. 4,6,10,11,23,26 Gambar 2. SAR Mayor. 3 Universitas Sumatera Utara 3. Ulser Herpetiformis SAR tipe ini jarang ditemukan, sekitar 1-10 dari seluruh kasus SAR yang pernah dilaporkan. SAR ini digambarkan sebagai penyakit berulang yang berukuran kecil, dalam, dan disertai rasa sakit yang terjadi pada rongga mulut. Puluhan ulser berukuran kecil dapat muncul serentak dan bergabung membentuk ulser yang lebih besar dengan bentuk yang tidak teratur. SAR ini lebih sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang sudah tua daripada jenis SAR lainnya. 4,11,23 Gambar 3. Ulser Herpetiformis. 3

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis SAR ditentukan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis karena tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk ulser ini. 4 Selain itu, riwayat kesehatan diperiksa untuk mengetahui adanya penyakit ulser lain dan kondisi seperti Crohn’s disease, celiac disease, neutropenia, infeksi HIV, dan Behcet’s syndrome. 6 Pemeriksaan sel darah lengkap, estimasi hematinik, dan pemeriksaan anti- endomysial antibodi merupakan indikasi untuk mengetahui adanya gangguan kekebalan tubuh, defisiensi vitamin dan besi, dan malabsorpsi seperti pada celiac disease. 6,27 Biopsi jarang diindikasikan, kecuali ketika pasien diduga dengan diagnosis lain. 27

2.1.6 Manajemen