Vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan peningkatan aliran darah, penyumbatan lokal hiperemia, dan timbulnya warna kemerahan serta rasa hangat.
Peningkatan permeabilitas vaskular menyebabkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular yang berakumulasi dan dinamakan edema. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga viskositas darah meningkat dan sirkulasi melambat. Proses ini disebut dengan
stasis.
30,31
Makrofag jaringan yang diaktifkan melepas sitokin IL-1, IL-6, dan TNF- α
yang menginduksi perubahan lokal dan sistemik. Ketiga sitokin tersebut menginduksi koagulasi. IL-1 adalah sitokin proinflamasi yang menginduksi ekskresi molekul
adhesi ICAM-1 Intercellular Adhesion Molecule dan VCAM-1 Vascular Adhesion Molecule pada sel endotel. Neutrofil, monosit, dan limfosit mengenal molekul adhesi
tersebut dan bergerak ke dinding pembuluh darah dan selanjutnya ke jaringan. IL-1 bersama dengan TNF-
α memacu makrofrag dan sel endotel untuk memproduksi kemokin, yaitu suatu kelompok protein kecil yang bekerja sebagai aktivator dan
kemoaktraktan untuk bagian leukosit.
30,31
Respon sistemik ditandai oleh induksi demam, peningkatan sintesis hormon seperti ACTH Adeno Corticotropic Hormone, hidrokortison, peningkatan produksi
leukosit, dan APP Acute Phase Protein di hati. Peningkatan suhu mencegah pertumbuhan sejumlah kuman patogen dan meningkatkan respon imun terhadap
patogen.
30,31
2.3 Rasa Sakit Nosiseptif
Menurut International Association for the Study IASP, rasa sakit diartikan sebagai perasaan dan pengalaman tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
19
Nosiseptif dapat diartikan sebagai deteksi ancaman dan transmisi lanjutan dari infomasi yang disampaikan ke otak.
Ancaman dapat berupa panas, kemis, atau mekanis.
32
Kulit dan jaringan somatik diinervasi oleh neuron aferen primer yang dihubungkan oleh sinaps dengan neuron sekunder pada ujung dorsal tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara
Neuron aferen utama memiliki tiga fungsi sehubungan dengan perannya dalam nosisepsi, yaitu mendeteksi ancaman atau rasangan yang menyebabkan kerusakan
transduksi, bagian dari hasil sensor yang diterima dari terminal sekitar ke sumsum tulang belakang konduksi, dan sinapsis menyampaikan sensori ini ke neuron dengan
lamina spesifik pada tanduk dorsal transmisi. Informasi sensor timbul dari rangsangan berupa ancaman yang kemudian disampaikan ke struktur supraspinal
termasuk thalamus dan batang otak.
32
Rasa sakit memiliki sifat yang subjektif, sehingga sulit untuk menilai secara objektif pengalaman yang tampak. Pada praktik klinik, instumen spesifik diperlukan
untuk mengukur kualitas rasa sakit. Instrumen tersebut bervariasi, yaitu verbal, numerik, atau dari raut wajah.
33
Undimensional instrument merupakan salah satu instumen yang digunakan dalam menilai rasa sakit yang mengukur satu aspek dari sebuah atribut.
Beberapa skala yang termasuk dalam instrumen ini adalah Visual Analogue Scale VAS,
Verbal Descriptor Scale VDS, Numeric Rating Scale NRS, dan Faces Pain Scale FPS.
34
1. Visual Analogue Scale VAS VAS banyak digunakan oleh ahli anestesi untuk menilai intensitas rasa sakit
akut pada pemeriksaan klinis.
33
VAS menilai rasa sakit yang timbul pada 24 jam terakhir.
32
Skal a terdiri atas garis horizontal sepanjang 10cm yang diawali dengan “no
pain ” dan pada ujung lainnya “worst pain imaginable”. Pasien diminta untuk
menandai pada poin yang mengindikasikan level rasa sakitnya.
33,34
2. Verbal Descriptor Scale VDS VDS diperkenalkan oleh Keeled dan membuat validitas statistik dan
realibitiasnya. VDS berisi tiga sampai lima poin deskriptor yang diurutkan, seperti “none, slight, mild, moderate, and severe” yang menggambarkan intensitas rasa sakit
akut. Pasien diminta untuk memilih satu dari lima deskriptor yang paling akurat untuk menggambarkan intensitas rasa sakit pasien pada saat itu.
34
Universitas Sumatera Utara
3. Numeric Rating Scale NRS NRS merupakan instrumen yang digambarkan oleh Downie pada 1978.
34
Skala ini terdiri atas angka dari 0 yang men gindikasikan “No pain” hingga 10 yang
mengindikasikan “Worst pain imaginable”. Pasien diminta untuk menandai sebuah angka dari 0 hingga 10 sesuai dengan tingkat rasa sakit.
33
4. Faces Pain Scale FPS FPS efektif digunakan untuk mengevaluasi intensitas rasa sakit pada anak dan
lansia dengan gangguan kognitif. Skala ini terdiri atas enam raut wajah mulai dari “No pain” yang terletak di urutan paling kiri hingga “Very much pain” yang terletak
di urutan paling kanan.
33
2.4 Kaempferia galanga linn Kencur 2.4.1 Pengertian